Makna Pertemuan Prabowo dan Narendra Modi : Relasi Kultural Indonesia-India Berlangsung Sejak Zaman Ramayana dan Mahabaratha
Jakarta, (Metrobali.com)
Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, melakukan pertemuan bilateral dengan Perdana Menteri India, Narendra Modi, pada Sabtu, 25 Januari 2025.
Pertemuan yang berlangsung di Hyderabad House, New Delhi, tersebut merupakan bagian dari kunjungan kenegaraan Presiden Prabowo untuk mempererat kerja sama strategis antara Indonesia dan India.
Presiden Prabowo tiba di Hyderabad House dan disambut langsung oleh PM Narendra Modi. Keduanya terlihat hangat saat menyapa satu sama lain sebelum melakukan sesi foto bersama di halaman depan Hyderabad House.
Hubungan antara India dan Indonesia telah terjalin sejak ribuan tahun lalu. Kisah-kisah yang terinspirasi dari Ramayana dan Mahabharata, serta “Bali Jatra” merupakan bukti nyata dari ikatan budaya dan sejarah yang telah terjalin lama antara kedua negara besar kita.
“Saya sangat senang bahwa, setelah Candi Borobudur yang bercorak Buddha, India kini juga akan berkontribusi terhadap upaya pelestarian Candi Prambanan yang bercorak Hindu,” ungkap Modi.
Selain itu, tahun 2025 akan diperingati sebagai Tahun Pariwisata Indo-ASEAN. Hal ini juga akan mendorong pertukaran budaya dan pariwisata antara India dan Indonesia.
Dikatakan juga, Indonesia adalah mitra penting baginya di kawasan ASEAN dan Indo-Pasifik.
Menurut pengamat politik I Gde Sudibya, relasi kultural antara Nusantara (Indonesia) dengan Bhartiya (India) telah berlangsung lama sejak zaman Ramayana dan Mahabaratha.
Dikatakan, intelektual pendiri Republik. sebut saja Soekarno, seperti pernyataannya sendiri banyak belajar dan dipengaruhi oleh pemikiran intelektual ternama Bhartya, Cri Aurobindo, Rabinthranath Tagore dan Mahatma Gsndhi.
Dikatakan, sajak-sajak Soekarno tentang negeri dan kecintaannya pada negeri, diperkirakan dipengaruhi oleh karya sastra rokhani Gitanjali dari Tagore. Strategi politik Soekarno, sangat dipengaruhi oleh rujukan pemikiran Mahatma Gandhi tentang Ahimsa dan Satya, emoh kekerasan berbasis kebenaran moral.
“Soetan Sjahrir, PM pertama negeri ini, terinspirasi oleh laku hidup Gandhiji, tentang MORAL FORCE, Kekuatan Moral sebagai basis rujukan perjuangan untuk membebaskan bangsa dari cengkeraman penjajah,” kata I Gde Sudibya.
Dikatakan, karena kedekatan hubungan Presiden Soekarno dengan PM India J Nehru, kedutaan besar Indonesia di New Delhi, berada di kawasan elite, yang merupakan hadiah dari Nehru.
Gelising cerita, dari orang dekat Pak Harto, diperoleh informasi, rujukan kepemimpinan beliau, juga merujuk karya sastra Ramayana Walmiki, yang dialih bahasan ke bahasa Kawi/Jawa Kuno, di era Raja Dharmawangsa Teguh.
“Ramayana Walmiki, terus menerus ditafsirkan dalam konteks budaya Jawa dan kemudian budaya Bali. Yang terkenal dan populer sampai hari ini, rujukan sastra kepemimpinan Asta Bratha, rujukan kepemimpinan dengan meniru 8 karakter/ sifat Dewa: Indra, Surya, Chandra, Nila, Kuwera, Baruna, Bayu, Agni,” katanya.
Dalam bahasa Jawa Kuno, “diwiramakan”:
Hyang Indra, Surya, Chandra, Nila, Kuwera Baruna, Bayu, Agni, nahan welu, Sira ta makeangga sang bupati, Nahan nian institusi Asta Beratha.
Semoga kunjungan Presiden Prabowo ke India yang sedang berlangsung. juga napak tilas, spirit kepemimpinan Ramayana di atas. Be braved Mr.President based on Dharma (eternal truth).
Jurnalis : Nyoman Sutiawan