Denpasar (Metrobali.com)-


 Untuk memajukan konten dan produk IT lokal Bali, Sekolah Tinggi Manajemen Informatika dan Komputer (STMIK) Primakara dan Klik Indonesia, hari ini, Sabtu (27/9/2014) menandatangani perjanjian kerjasama di bidang pengembangan konten IT lokal Bali.
Penandatanganan kerjasama ini dilakukan oleh Ketua STMIK Primakara I Putu Agus Swastika dan James Tomasouw dari Klik Indonesia.
“STMIK Primakara sangat bangga dan berbahagia dapat menjalin kerjasama dengan Klik Indonesia dalam pengembangan technopreneur mahasiswa dan pelaku pengembang aplikasi dan konten di Bali. Semoga kerjasama ini dapat menjembatani para developer dan creator produk lokal Indonesia untuk maju dan berkembang bersama dengan memajukan konten atau produk lokal,” ujar Agus Swastika.
Agus Swastika menambahkan, lewat kerjasama ini, diharapkan akan terwujud kemampuan teknologi dan informasi komunikasi (TIK) bangsa yang mandiri dan tidak bergantung pada produk digital asing.
STMIK Primakara, kata Agus, mempunyai visi untuk mencetak lulusan lulusan yang  akan menjadi wirausaha berbasis IT atau technopreneur. Untuk mewujudkan hal tersebut, STMIK Primakara bekerjasama dengan berbagai komunitas IT di Bali seperti komunitas start up Bali (Subali), komunitas pengembang game (GameDev Bali), dan berbagai komunitas IT lainnya.
“Fase krisis bagi seorang wirausaha adalah pada saat periode awal, oleh karena itu Primakara membentuk inkubator bisnis untuk tempat belajar bisnis mahasiswa. Kita harap bisa mencetak technopreneur handal,”ujarnya.
Sementara James Tomasouw dari Klik Indonesia menjelaskan, Klik merupakan singkatan dari Kekuatan Lokal Internet Konten. Klik Indonesia dibentuk untuk memajukan konten dan produk IT lokal Indonesia agar tidak kalah dengan buatan negara asing.
“Saat ini, 99 persen ekonomi internet di Indonesia dikuasai asing, semuanya, mulai   games, web, mobile application, aneka produk IT.  Angkanya itu lebih dari Rp 70 triliun per tahun, itu angka tahun 2012. Saat ini mungkin sudah lebih,”jelasnya.
Keuntungan sebesar itu, jelas James, didapat dari berbagai hal, mulai dari ongkos berinternet, iklan,  e commerce, dan hal lainnya yang tidak disadari pengguna internet.
“Jika ditambah film kartun yang di tv, operator internet yang hampir semuanya asing, nilainya lebih besar lagi, jadi yang menikmati ekonomi internet Indonesia itu asing, hanya 0,01 persen yang dinikmati orang Indonesia. Salah satu contohnya aplikasi perusahaan whatsup dari Amerika, yang bisa meraup sekitar 25 juta dollar per tahun di Indonesia,”ujarnya.
Oleh sebab itu, James dan beberapa rekan kemudian menggagas organisasi Klik Indonesia, yang bertujuan mengangkat dunia IT Indonesia, terutama produk dan kontennya.
“Saat ini kita belum memiliki kedaulatan IT. Semuanya masih didominasi asing. Namun setelah berdirinya Klik Indonesia, kini sudah ada ada konten asli Indonesia yang berhasil, Klik Indonesia sudah berhasil menemukan konten lokal yang bagus,”ujarnya.   PS-MB