Denpasar, (Metrobali.com)

Gede Sukradana seorang mahasiswa Undiksha mengkritik perusakan lingkungan lewat karya seni lukis. Ide ini didapat ketika dia menonton metrobali podcast dengan nara sumber Made Mangku.

Seiring berjalannya waktu, pembangunan yang semakin berkembang menghambat tumbuhan untuk bertumbuh. Rumah dan gedung semakin tinggi akan tetapi tumbuhan semakin kerdil. Kota semakin berwarna tidak dengan lahan hijau yang semakin memudar.

Pada kenyataannya semua sangat membutuhkan tumbuhan sebagai sumber oksigen, bahan baku, bahan pangan juga memberi teduh, menjaga kondisi tanah dan berbagai hal lainnya yang memberikan keamanan serta kenyamanan. Akan tetapi keberadaannya tidak diprioritaskan.

Tumbuhan harus melawan kokohnya beton-beton untuk bertahan hidup sebab pembangunan mengambil alih lahan hijau dan mencemari unsur hara yang dibutuhkan. Adapun tumbuhan yang hidup sendiri tanpa melakukan perkembangbiakan sebab pembangunan mengubah kawasan tumbuhan menjadi tiang-tiang listrik yang menjulang.

Tumbuhan juga terpaksa hidup dalam kegelapan sebab gedung dan bangunan yang tinggi menghalangi cahaya matahari yang dibutuhkan dalam proses fotosintesis pada tumbuhan. Pembangunan yang melesat seharusnya disesuaikan dengan aturan pembangunan guna menyeimbangkan ekosistem dan menjaga lingkungan hidup agar tetap indah dan sehat.

Bali merupakan salah satu pulau di Indonesia yang terkenal akan keindahan alam dan budayanya. Akan tetapi kondisi alam dan lingkungan semakin berubah seiring berjalannya pembangunan infastruktur dan berbagai jenis bangunan lainnya yang di lakukan tidak sesuai dengan peraturan Penyelenggaraan tata ruang di Indonesia yang telah diatur dengan Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang (UUPR).

UUPR mengatur bahwa masing-masing daerah harus menetapkan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Provinsi maupuan kabupaten/kota. Penetapan RTRW ini sangat terkait dan mempengaruhi masalah perlindungan lahan pertanian pangan yang berkelanjutan, serta penyelamatan kawasan hutan.

Pemanfaatan dan pengelolaan lahan dan kawasan hutan masih banyak dilakukan dengan cara yang tidak bijaksana, hal ini berdasarkan pendapat ahli lingkungan bapak Dr. I Made Mangku pada wawancara yang bertajuk “Degradasi Lingkungan” Oleh Metro Bali.

Berbagai jenis pembangunan yang mengakibatkan kerusakan ekosistem dan tatanan lingkungan yang indah dan sehat menjadi sumber permasalahan penting yang harus dituntaskan. Dalam hal ini, untuk mengingatkan dan meningkatkan kesadaran masyarakat diwujudkan kedalam suatu karya seni lukis yang mengungkapkan keresahan, kecemasan, hilangnya alam bebas, alam bermain dan realita keadaan lingkungan yang memburuk.

Karya seni lukis merupakan karya seni yang dibuat dengan cara menorehkan cat pada suatu media. Dengan ide dan kreativitas dalam penataan desain serta pemilihan warna menghasilkan suatu karya seni lukis yang indah dan mudah dimengerti maknanya. Suatu karya seni lukis memiliki beragam makna sesuai dengan ide dan tujuan dari senimannya, berbagai ide dan tujuan tersebut dapat berupa komersial, religi, simbolis, terapi, imbauan, peringatan, ekspresi terhadap emosi, kritik sosial, lingkungan dan berbagai tujuan lainnya.

Dalam hal ini, Karya seni lukis dibuat dengan beberapa tambahan media dan dengan desain serta pemilihan warna yang bertemakan “keadaan lingkungan saat ini”. Karya seni lukis ini diharapkan dapat menjadi media bagi masyarakat untuk sejenak merenungi kemarukan dan kekhilafan sebagai manusia atas tindakan yang dilakukan secara sengaja ataupun tidak sengaja terhadap kerusakan alam dan lingkungan. (*)

Editor : Nyoman Sutiawan