Denpasar (Metrobali.com)-

Para mahasiswa jurusan hubungan internasional se-Indonesia diharapkan turut menjadi duta penyebarluasan program pembangunan Bali Mandara ke tingkat nasional.

“Kami harapkan, lewat pertemuan seperti ini, para mahasiswa bisa menyosialisasikan program pembangunan Pemprov Bali yang tertuang dalam visi Bali Mandara,” kata Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Provinsi Bali, Putu Astawa saat menjadi pembicara pada Pertemuan Sela Nasional Mahasiswa Hubungan Internasional se-Indonesia ke-26, di Denpasar, Rabu (7/5).

Menurut dia, dengan intelektualitas yang dimiliki mahasiswa, setidaknya dapat menjadi corong dan bahkan rekan (partner) dalam menyuarakan hal-hal terkait dengan program unggulan Bali Mandara yang sesungguhnya sesuai juga dengan kesepakatan global Tujuan Pembangunan Millenium (MDGs).

Astawa mencontohkan, salah satu butir kesepakatan global dalam MDGs yakni untuk mengatasi kemiskinan. Dalam program Bali Mandara sesuai dengan namanya yang merupakan kependekan dari Bali yang maju, aman, damai, dan sejahtera (Mandara), program penanggulangan kemiskinan juga menjadi skala prioritas.

“Sebelum 2015, angka kemiskinan di Bali sudah jauh berada di bawah 10 persen yang menjadi target kemiskinan maksimal suatu daerah dalam MDGs. Saat ini angka kemiskinan di Bali tinggal 4,49 persen atau sekitar 180 ribu jiwa dan merupakan terbaik nomor dua di Indonesia,” katanya pada acara yang dihadiri lebih dari 200 mahasiswa itu.

Demikian juga dengan tingkat pengangguran di Bali, yang kini tinggal 1,3 persen atau merupakan pengangguran terendah di Indonesia.

“Mudah-mudahan dengan kunjungan para mahasiswa ini ke Bali dapat menjadi bekal pengetahuan mereka terkait beberapa isu kesepakatan global, bagaimana implementasi dan capaiannya di Bali,” ujarnya.

Astawa tidak memungkiri, salah satu kendala yang masih dihadapi Bali dalam pencapaian MDGs terkait penanggulangan penyakit menular seperti HIV/AIDS. Hal itu tidak terlepas karena merupakan penyakit yang disebabkan oleh perilaku.

“Oleh karena itu, kami kira memerlukan peranan desa pakraman (desa adat) juga untuk mengantisipasi merebaknya kafe remang-remang dan selain memperbanyak adanya kader peduli AIDS supaya ikut memberikan advokasi dan sosialisasi kepada masyarakat untuk tindakan pencegahannya,” ujarnya. AN-MB