Lovina, Wisata Sejarah dan Budaya Harus Dikembangkan dengan “Tribute to Panji Tisna”
Salah satu sudut pemandangan di pantai Lovina, Buleleng
Buleleng, (Metrobali.com)-
Lovina adalah tempat wisata yang “ditemukan” dan diberi nama oleh AA Panji Tisna, raja Buleleng terakhir. Panji Tisna, sastrawan ternama, pengarang novel menyebut beberapa: I Suasta setahun di Bedahulu, Nyi Rawit Ceti Penjual Orang, Made Widiadi, karya sastra yang mencoba “memotret” realitas zamannya.
“Semestinya festival ini, menyelenggaran acara Tribute to Panji Tisna, sebagai pemberi inspirasi bagi pengarang muda Buleleng dan juga Bali.
Karya sastra yang mengandung muatan sejarah dan juga pergulatan sosial,” kata pengamat sosial dan budaya Jro Gde Sudibya, Jumat 21 April 2023 menanggapi rencana vestifal Lovina tahun ini.
Menurut penuturan Prof.Ngurah Bagus (almarhum), Panji Tisna telah membaca buku-buku Svami Vivekananda, termasuk yang bertemakan Maya, kesementaraan kehidupan yang “menghibur”.
Menurut penuturan antropolog ini, bioskop yang didirikan oleh sastrawan ini di Jalan Ngurah Rai Singaraja (orang Singaraja menyebutnya di “rurungnge ngenjet”) tahun 1950’an dipengaruhi oleh tulisan Vivekananda.
Di sisi lain, menurut Jro Gde Sudibya, banyak narasi yang sebetulnya bisa dibuat di Singaraja dan di Kabupaten Buleleng, sebagai daya tarik wisata kebudayaan, termasuk Gedong Kerthya yang sudah terkenal, dan juga Desa Goris , Buleleng Barat tempat tinggal sejarahwan ternama Belanda Dr.R Gorris yang banyak berjasa dalam penulisan sejarah Bali.
“Karena jasanya sejarahwan ternama Belanda Dr.R Gorris dibuatkan patung kenangan di lobi FS Unud Sanglah, yang bisa dijadikan obyek wisata sejarah dan kebudayaan yang belum digarap dengan baik. Padahal di sinilah letak keunggulan komparatif daerah wisata Den Bukit, di samping pertanian dan perkebunannya, agro wisata.
Lebih lanjut dikatakan, salah satu novelnya yang terkenal Sukreni Gadis Bali, kalau tidak salah pernah diangkat ke layar lebar (film).
Sementara dari sisi pendidikan, lanjut Jro Gde Sudibya, SMA Negeri Singaraja, SMA negeri pertama di Sunda Kecil (sekarang Bali, NTB dan NTT) yang didirikan dengan bantuan yayasan dari Jerman di awal tahun 1950’an menghasilkan alumni yang ternama, menyebut beberapa: Gedong Bagoes Oka, Oka Puniatmadja, Putera Astaman, Putu Widjaja, Ikranegara, menggambarkan Singaraja merupakan “lahar subur” bagi lahirnya orang terpelajar dan terpandang.
“Walapun kalau menyimak prilaku seorang alumninya yang banyak disoroti sekarang ini oleh para netizen, jangan-jangan berlaku bak kata pepatah “nila merusak susu sebelanga”. (Adi Putra)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.