Damaskus (Metrobali.com) –

Tiga pembom bunuh diri dengan mengenakan sabuk bom meledakkan diri mereka di satu hotel di Kota Qamishli, Suriah Utara, sehingga menewaskan lima orang dan melukai delapan orang lagi, demikian laporan kantor berita resmi Suriah, SANA.

Tiga penyerang yang mengenakan sabuk bunuh diri meledakkan diri mereka di Hotel Hadaya di Kota Qamishli, yang didominasi orang Kurdi, di Provinsi Hasaka, Suriah Utara, kata SANA.

Kantor berita Suriah tersebut menambahkan lima orang tewas dan delapan orang lagi cedera dalam serangan itu.

Sementara itu, satu kelompok hak asasi manusia menyatakan petempur dari kelompok radikal melancarkan serangan di Qamishli, dan menambahkan kantor kelompok tersebut untuk suku Kurdi berada di hotel itu.

Bentrokan antara pria Kurdi bersenjata dan anggota kelompok gerilyawan telah berkecamuk belum lama ini di daerah tersebut, demikian laporan Xinhua –yang dipantau Antara di Jakarta, Rabu pagi.

Suku Kurdi, yang merupakan 15 persen dari 23 juta warga Suriah dan kebanyakan tinggal di di bagian utara negara yang dilanda kemelut itu, berusaha menjaga daerah mereka terbebas dari operasi militer dan mempertahankan sejenis “otonomi”.

Namun, konflik meletus di Suriah Utara antara orang Kurdi dan kelompok yang berafiliasi pada Al Qaida. Suku Kurdi menang dan meraih wilayah di sejumlah daerah di Suriah Utara, kebanyakan di daerah yang berdampingan dengan Turki.

Menurut statistik baru-baru ini, lebih dari 100.000 orang tewas dalam konflik di Suriah selama tiga tahun; 9,3 juta orang memerlukan bantuan, dan 4,65 juta di antara mereka adalah anak-anak.

Menurut UNICEF, satu dari 10 anak pengungsi bekerja dan satu dari setiap lima pernikahan perempuan Suriah yang terdaftar di Jordania –yang menampung 500.000 pengungsi Suriah– adalah anak di bawah usia 18 tahun.

Krisis berkepanjangan di Suriah telah membuat juraan orang meninggalkan tempat tinggal mereka. Mereka menjadi pengungsi di dalam negeri mereka, atau menyelamatkan diri ke negara tetangga Suriah –terutama Lebanon dan Jordania.

Program Pangan Dunia (WFP) pada Senin (10/3) mengatakan krisis di Suriah menyebabkan lebih dari setengah juta orang tidak memperoleh bantuan pangan yang mereka butuhkan, sementara kekurangan dana juga memaksa badan PBB itu mengurangi jatah.

Dalam perang saudara berdarah selama tiga tahun, WFP mengatakan selama beberapa pekan belakangan lembga itu mendapati sejumlah daerah di Provinsi Damaskus, Homs, Raqqa dan Daraa tidak dapat dimasuki.

Tetapi WFP tetap memberikan bantuan pangan kepada sekitar 71.500 orang yang tidak menerima bantuan selama beberapa bulan, karena situasi yang tidak aman mencegah pengiriman kepada sekitar 500.000 orang yang sangat membutuhkannya, kata WFP dalam satu laporan. (Ant/Xinhua-OANA)