Denpasar, (Metrobali.com)

Keberadaan kain (wastra) tenun ikat tradisional Bali yang merupakan salah satu warisan dari nenek moyang, harus dijaga kelestariannya. Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk menjaga kelestariannya adalah dengan menggunakan kain tenun yang asli, yang ditenun oleh para perajin.

Harapan tersebut disampaikan Ny Putri Koster selaku Ketua Dekranasda Provinsi Bali dalam arahannya saat menjadi salah satu narasumber dalam acara ‘Apa Kabar UMKM Bali’ (AKU BALI) yang disiarkan secara langsung dari Stasiun TVRI Denpasar, Kamis (27/5) petang.

Dalam acara yang mengangkat tema ‘Tenun Tradisional Bali Dalam Gempuran Produk Tiruan’, istri orang nomor satu di Bali ini menyampaikan bahwasannya dewasa ini banyak sekali beredar produk-produk yang menyerupai motif tenun Bali. Akan tetapi, produk itu tidak dikerjakan oleh para penenun, melainkan dikerjakan secara massal dengan menggunakan teknologi mesin.

Hal tersebut tentu saja tidak bisa dibiarkan, mengingat produk-produk ini dapat mengancam keberadaan kain tenun asli yang ditenun oleh para perajin lokal. Di samping itu, kualitas dari produk yang dihasilkan jauh dari produk asli yang dihasilkan dari proses menenun.

“Kita memiliki tanggung jawab untuk melestarikan, mengembangkan serta menggali warisan para leluhur kita. Untuk itu kita gunakan produk asli buatan para perajin,kita dukung para perajin untuk terus berinovasi tanpa meninggalkan pakem yang ada. Dengan demikian warisan nenek moyang kita akan lestari dan para perajin bisa lebih sejahtera,” ujarnya.

Wanita yang akrab dipanggil Bunda Putri ini juga mengajak para perajin untuk terus berinovasi dan berkreasi tanpa meninggalkan pakem yang ada guna menghadapi gempuran kemajuan teknologi yang begitu pesat.

Menyikapi banyaknya beredar kain motif tenun (dikerjakan dengan mesin) yang dijual dengan harga lebih murah dari tenun asli, seniman multitalenta ini mengajak para konsumen untuk menggunakan kain motif tenun tersebut sebagai bahan untuk produk fashion baik berupa baju, tas bahkan sepatu. Dengan demikian, diharapkan akan muncul ide-ide, motif maupun desain tersendiri bagi produk fashion yang berbeda dengan motif yang digunakan pada kain tenun asli.

“Para perajin saya harapkan jangan menurunkan kualitas produk hanya agar produk laku di pasaran, demikian juga para pedagang jangan hanya mencari keuntungan tanpa mempertimbangkan tugas kita untuk melestarikan warisan leluhur. Sebagai konsumen kita harus bangga ketika kita menggunakan kain tenun asli dari perajin. Bersama kita jaga,lestarikan dan kembangkan apa yang sudah diwariskan oleh para leluhur kita,” katanya.

Sementara itu, pemilik usaha pertenunan Putri Ayu, Ida Ayu Puspita Hartaty yang turut hadir sebagai narasumber pada petang hari ini menyampaikan bahwasannya pihaknya terus berupaya berinovasi dan mengembangkan motif serta teknik pengerjaan, tanpa meninggalkan pakem yang ada agar dapat bersaing di tengah gempuran produk tiruan. Sebagai salah satu IKM di bawah binaan Dekranasda Provinsi Bali, pihaknya sangat mengapresiasi atas dukungan serta motivasi yang terus diberikan Pemerintah Provinsi Bali agar para pelaku IKM terus berkreasi dan bisa menjadi salah satu penggerak perekonomian di tengah masyarakat.

Hal senada juga disampaikan oleh pemilik Kerthi Loka Collection Komang Diah Kartikasari di mana pihaknya terus meningkatkan kualitas produk dan membuat desain-desain baru untuk produk-produk fashionnya, dengan menggunakan bahan dari songket. (RED-MB)