Jembrana (Metrobali.com)-
Harga kakao di Jembrana kini mencapai harga Rp 18 ribu per kilo dari Rp 20 ribu per kilonya. Anjloknya harga kakao  tersebut membuat petani kakao di Jembrana mengeluh, selain itu tanaman kakao terserang virus menjadi salah satu penyebab turunnya harga dan kwalitas kakao.
Lantaran banyak yang merugi akan kondisi kakao yang tidak stabil, petani di Jembrana bahkan ada yang membabat habis tanaman kakaonya dan menganti dengan tanaman lain. Tentu hal ini mendapat perhatian serius oleh Ketua Komisi B DPRD Jembrana Nyoman Sutengsu Kusumayasa ketika ditemui Selasa (16/10).
Dikatakannya untuk mengatasi persoalan kakao yang melonjak akibat terserang virus dan kwalitas kakao yang menurun ini ke depannya  petani kakao di Jembrana perlu berinovasi dan mengadakan suatu terobosan agar petani di Jembrana lebih maju.
Selain itu lanjut Suheng, Pemkab Jembrana  ke depan perlu memberikan dana talangan kepada petani khususnya kepada kelompok atau subak yang ada di Jembrana. Meski belum jelas dana talangan tersebut akan diberikan kepada subak atau koperasi yang penting di tahun 2012 perlu ada dana talangan untuk kemajuan petani kakao di Jembrana.
“Saat ini   belum ada anggaran dalam APBD untuk dana talangan bagi petani kakao. Saat ini baru subak yang mendapat  bantuan dari provinsi.”jelasnya. Disamping itu anggaran pertanian sangat kecil yakni  hanya  0,3 persen atau Rp 1 Milyar saja baik belanja langsung dan tidak langsung. Lantaran minimnya perhatian, saat ini banyak petani yang lebih memilih menjadikan lahannya sebagai kebun kayu jati dan tanaman lainnya.DEW-MB