Denpasar (Metrobali.com)-

Kurikulum baru untuk jenjang pendidikan dasar dan menengah kini sedang disusun pemerintah. Rencananya, akan diberlakukan tahun depan. Kurikulum ini didorong untuk mempertajam soft skill siswa. Guna menanamkan nilai dan sikap mulia sebagai warga negara seperti toleransi dan empati, rasa cinta pada sesama dan lingkungan, serta lainnya. Dalam upaya mencetak generasi yang berkakter dan kompetitif.

Kini, persoalannya dengan perubahan kurikulum buku mata pelajaran pun mengalami perubahan. Tak pelak, para orang tua siswa pun secara otomatis harus menyiapkan dana tambahan untuk pengadaan buku baru tersebut. Bagi orang tua siswa yang mampu tentu tidak masalah, namun bagi yang orang tuanya tidak mampu sudah pasti akan menjadi beban berat. Sebab untuk biaya sekolah saja mereka sudah susahnya setengah mati. Meskipun pemerintah sejatinya telah menyalurkan dana bantuan operasional sekolah (BOS) serta beragam beasiswa seperti bidik misi–beasiswa untuk siswa miskin, dan lainnya bagi dunia pendidikan.

Pengamat pendidikan, Putu Rumawan Salain, yang juga Ketua Dewan Pendidikan Kota Denpasar, mengatakan bahwa memang selama ini ketersediaan buku selalu menjadi kendala utama rendahnya minat baca publik. Terutama siswa yang berada di daerah terpencil dan terpinggirkan. Apalagi, dengan adanya perubahan kurikulum baru. Sudah pasti ketersediaan buku akan menjadi persoalan yang patut ditangani secara lebih serius lagi. Sehingga, program yang dicanangkan dalam kurikulum baru itu dapat terealiasi dan terlaksana dengan baik.

Diakuinya, pemerintah perlu mengadakan kerjasama dengan para penerbit dan proses seleksi buku mata pelajaran pun perlu diperketat. Guna menghindari hal-hal yang tidak diinginkan seperti yang pernah terjadi belum lama ini. Di antaranya buku mata pelajaran SD bergambar bintang film porno dan lainnya. Dalam upaya menciptakan buku yang murah dan mudah serta berkualitas. “Demi peningkatan mutu pendidikan dalam mencetak generasi emas bangsa yang unggul dan berkarakter, serta berdaya saing global,” katanya, Jumat (2/11) kemarin.

Senada dengan itu, Kepala Badan Perpustakaan dan Arsip Bali, Luh Putu Haryani, juga sempat menegaskan bahwa pihaknya kini sedang berupaya maksimal untuk menambah koleksi dari buku yang sesuai dengan kebutuhan siswa maupun mahasiswa. Guna meningkatkan minat baca publik dan sekaligus meringankan beban orang tua siswa terhadap pengadaan buku sekolah bagi anak-anaknya.

Bahkan, dia juga telah mengimbau para penerbit di Bali mengimplementasikan UU No. 4 Tahun 1990, dan PP No. 70 Tahun 1991. Menyebutkan bahwa pihak penerbit memiliki kewajiban menyerahkan bahan pustaka yang menyangkut pengarang daerah kepada perpustakaan daerah maupun perpustakaan nasional. “Sehingga ketersediaan buku mata pelajaran nantinya dapat memenuhi tingkat kebutuhan publik khususnya para siswa maupun mahasiswa,” harapnya.

Sementara itu, Ketua PGRI Kota Denpasar, I Nyoman Winata, yang juga Kepala SMAN 5 Denpasar mengakui memang dengan adanya perubahan kurikulum berdampak terhadap penerbitan buku mata pelajaran baru. Apalagi, sejumlah mata pelajaran yang terpaksa dihapuskan ataupun dikonversi dengan mata pelajaran lainnya. Pihaknya, hanya berharap pengadaan buku mata pelajaran baru tidak membebani orang tua siswa. Dan, proses realisasi bukunya juga tidak terlambat. Sehingga tidak sampai mengganggu proses belajar mengajar di sekolah. “Yang pasti pihaknya selalu siap untuk memberikan yang terbaik buat anak didik (siswa). Demi upaya mencetak generasi emas bangsa yang unggul dan berkualitas,” janjinya. IJA-MB