Denpasar (Metrobali.com)-

Karya kanvas Nyoman Erawan yang terbingkai dalam seni klasik Bali mampu beradaptasi dengan nilai-nilai modern, sehingga citranya terkesan luluh lantak seketika, kata kurator Arief Bagus Prasetyo.

“Fragmen-fragmen berhamburan seperti meledak, seolah hempasan energi dahsyat menceraiberaikan sesuatu yang semula utuh hingga menjadi reruntuhan,” kata Arief yang juga pengamat seni itu di Denpasar, Selasa (28/5).

Nyoman Erawan, alumnus Institut Seni Indonesia (ISI) Yogyakarta akan menggelar pameran tunggal di perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar, Bali, dengan menampilkan 60 karya kanvas selama sebulan, 1 Juni hingga 1 Juli 2013.

Karya kanvas, hasil kreativitas Erawan selama setahun terakhir itu umumnya menyuguhkan keindahan, suatu ketidakteraturan yang secara paradoks memiliki kaidah regulatifnya sendiri.

Prasetyo menilai lukisan yang ditampilkan dalam berbagai bentuk dan ukuran itu, memang terlihat jejak semburan tenaga yang meluap-luap, emosi dan gelombang ekspresif yang menyapu bidang lukisan.

Karya kanvasnya, katanya, banyak menyajikan sapuan-sapuan spontan yang bergejolak, penuh tekanan, tarikan dan sabetan yang kuat serta cepat.

Namun, katanya, bersamaan dengan itu, karyanya juga menyuguhkan komponen seni rupa yang ditata dengan disiplin dalam menahan diri.

Hal itu, katanya, mencerminkan kecenderungan yang kuat pada diri Erawan untuk menghias, meracik pernik ornamentasi yang mengisyaratkan kehadiran skema universal.

Menurut dia, skema universal itu mengatasi disintegrasi partikular.

Dengan demikian, katanya, komposisi lukisan Erawan selalu membentuk satu keutuhan yang padu, seakan ada daya yang menyatukan anasir-anasir kekacauan dalam sinergi yang harmonis.

Prasetyo mencontohkan tentang ritual Ngaben, kremasi jenazah khas Bali yang mempesona di angkat ke dalam kanvas lukisan mengumandangkan “kehancuran yang indah”.

“Itulah kehancuran yang menjanjikan kelahiran dan awal baru, penciptaan dan kebangkitan. Erawan secara kreatif mentransformasi citraan yang muncul di benaknya dari pengamatan, pengalaman, dan perenungan tentang peristiwa Ngaben menjadi citraan visual artistik dalam lukisan,” katanya.

Ia menilai bahwa Erawan dengan berbekal imajinasi merangkai dan mengolah berbagai konsep dan citraan yang bersumber dari peristiwa Ngaben, untuk membangun citra yang utuh dan penuh makna. INT-MB