Prajurit TNI Kodam Iskanda Muda menata ratusan pucuk senjata api saat kunjungan Kasad Jenderal TNI Andika Perkasa di Banda Aceh, Kamis (29/8/2019). Sebanyak 118 pucuk senjata api laras panjang dan laras pendek berbagai jenis, termasuk senjata rakitan tersebut merupakan senjata sisa konflik Aceh yang diserahkan warga kepada TNI. (ANTARA FOTO/Ampelsa)

Banda Aceh, (Metrobali.com)-

Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa memberi apresiasi kepada masyarakat Aceh yang menyerahkan sejumlah pucuk senjata ke TNI melalui jajaran Komando Daerah Militer Iskandar Muda (Kodam IM).

“(Tadi) bukan penyerahan (senjata), hanya melihat hasil yang sudah dicapai oleh Kodam Iskandar Muda selama ini, dan itu bagus sekali,” katanya, di sela-sela memberi arahan kepada prajurit TNI dan PNS serta keluarga besar Kodam IM, Banda Aceh, Kamis.

Kodam IM memperlihat sebanyak 118 senjata diserahkan warga kepada mantan Danpaspampres ini, dengan rincian jenis pistol standar 17 pucuk, pistol rakitan 23 pucuk, pistol air soft empat pucuk, senapan standar 66 pucuk, senapan rakitan tujuh pucuk, serta sepucuk SMR.

Andika memberi apresiasi kepada masyarakat Aceh yang menyerahkan senjata senjata tersebut dengan cara sukarela, tidak berdasarkan karena sebuah operasi yang bersifat memaksa.

“Karena memang itu semua atas kesadaran, yang paling bagus itu karena kesadaran. Bukan karena operasi yang memaksa, itu enggak ada. Dan inilah yang kita harapkan,” kata Andika.

Andika mengaku tidak mengetahui jumlah senjata yang masih berada di tangan masyarakat Aceh dan belum diserahkan ke TNI. Namun dia meyakini masyarakat Aceh memiliki kesadaran yang tinggi untuk menempatkan barang-barang yang tidak diperlukan lagi pada tempatnya.

“Saya merasa bahwa masyarakat Aceh pun begitu tinggi kesadarannya untuk sama sama melihat situasi yang lebih bagus dan barang-barang yang enggak diperlukan juga sebaiknya kita serahkan atau tempatkan di tempat yang seharusnya,” kata Andika.

Andika juga menyempatkan diri untuk menyambangi situs-situs bencana gempa dan tsunami Aceh pada 2004 silam. Dua situs tersebut yakni Museum Tsunami Aceh dan Kapal Apung PLTD milik PLN yang ketika kejadian terbawa air laut ke tengah pemukiman warga. (Antara)