Ilustrasi

Pernyataan Sekjen PBB beberapa hari lalu dalam konferensi lingkungan yang diselenggarakann PBB sungguh menyentak kesadaran kita: “Kita di jalan tol menuju neraka iklim”, akan bahaya dari krisis iklim, tidak hanya di masa depan, tetapi sudah sangat dirasakan di hari-hari ini.

Contoh kongkrit, petani Bali sangat merasakannya, biaya produksi pertanian naik, dengan pendapatan tidak pasti dan terus turun, di tengah inflasi yang meninggi. Frekuensi panen raya semakjn jarang dan tidak pasti, dengan akibat pendapatan tahunan petani menurun.
Ujung akhirnya berdasarkan data mutakhir, NTP ( Nilai Tukar Petani Bali ) sekitar 95, berarti dalam kegiatannya petani umumnya merugi.
KTT G20, direncanakan akan melakukan pembahasan terhadap isu genting ini, al. dalam tema: EBT ( Energi Baru Terbarukan ), Ekonomi Hijau sebagai agenda program aksi bersama dalam mengendalikan krisis iklim. Dari perspektif spirit Veda/Vedanta dapat diberikan sumbangan pemikiran seperti di bawah ini.
Pertama, kerusakan dan kehancuran alam dalam 100 tahun terakhir, pangkal penyebabnya adalah keserakahan manusia, yang melahirkan ekonomi keserakahan -greedy economy-, meminjam istilah Mahatma Gandhi,dalam sistem ekonomi pasar kapitalistik yang berciri perjudian -casino economy-, meminjam istilah ekonom pemenang hadiah Nobel tahun 2001 Joseph Stiglitz, ketua penasehat ekonomi Presiden AS Clinton.
Kedua, keserakahan secara sosial dan global tidak akan dapat dihentikan, terkecuali dirintis tatanan dunia baru, untuk mengendalikan keserakahan manusia, bukan “memproduksikan” keserahan baru yang berlipat ganda.
Ketiga, ditumbuhkan kesadaran bersama, proses kehancuran dan penghancuran bumi, kehancuran kita bersama: peradaban dan kebudayaan, sedang berlangsung, sehingga manusia sebagai pelaku sejarah, harus mengambil langkah-langkah dengan rendah hati, dengan mulai mengakui jebakan keserakahan yang berpangkal dari dalam diri.
Our greedy is the source of problems of human crisis in the last few decade.
Selamat datang tuan dan puan peserta delegasi, semoga alam Nusa Dua ( bauran dari panca maha butha: pertiwi, apah, bayu,teja dan akasa) meninspirasi, bagi lahirnya keputusan deklarasi yang mencerahkan bagi umat manusia.
Rahayu.

Jro Gde Sudibya, Ketua FPD ( Forum Penyadaran Dharma), forum diskusi intelektual Hindu di Denpasar.