Yogyakarta, (Metrobali.com)

Keberadaan banyaknya cagar budaya di Indonesia merupakan potensi yang besar untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar. Oleh karena itu, diperlukan Heritage Management agar potensi tersebut juga bisa dikelola secara optimal. Apalagi saat situs-situs cagar budaya sudah mudah diakses dan terkoneksi dengan pembangunan infrastruktur yang sudah masif dibangun oleh pemerintah.

“Tol Trans Jawa yang sudah dibangun, perlu tersambung dengan sentra-sentra ekonomi di setiap daerah. Sentra-sentra ekonomi baru bukan hanya kawasan industri melainkan juga sentra ekonomi pariwisata, yang juga memanfaatkan heritage. Pemanfaatan cagar budaya untuk destinasi wisata akan membuat nilai tambah bagi ekonomi daerah dan nasional. Sehingga adanya jalan tol bukan saja mengurangi waktu tempuh perjalanan, tapi juga berdampak pada kemakmuran dan kesejahteraan rakyat di daerah,” ujar Koordinator Staf Khusus Presiden RI AAGN Ari Dwipayana saat berkunjung ke Kantor Taman Wisata Candi (TWC) di Kompleks Candi Prambanan, Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (13/3/2021)

Ari menjelaskan, heritage (warisan) budaya Indonesia ini ada banyak, sehingga perlu dimanfaatkan secara optimal. Sehingga cagar budaya bukan hanya menjadi identitas kebanggaan bangsa tapi memiliki dampak ekonomi bagi kesejahteraan masyarakat.

“Saya terus menekankan yang namanya pemanfaatan dan pengembangan cagar budaya tidak bisa dilakukan sendiri oleh satu institusi saja. Harus saling bekerja sama. Misalnya BPCB (Badan Pelestarian Cagar Budaya) bisa melakukan kerjasama dengan Pemda, dengan TWC. Pengembangan setiap heritage harus dilandasi sebuah masterplan yang jelas, dan tata kelola yang profesional” tutur Ari.

Ari menilai, dorongan untuk penerbitan Perda cagar budaya perlu dimaksimalkan, karena ini berimplikasi kepada APBD yang dialokasikan untuk pengembangan dan pemanfaatan cagar budaya di daerah tersebut. Sejauh ini masih banyak daerah yang belum memiliki perda pengelolaan cagar budaya. Sehingga BPCB bekerja sendirian dalam menyelamatkan kawasan, struktur, bangunan maupun benda-benda cagar budaya. Setelah pemugaran tentu harus diikuti dengan tahap pengembangan dan pemanfaatan.

“Masalah pemanfaatan dan pengembangan cagar budaya setelah dipugar, bisa melibatkan TWC. Karena TWC punya pengalaman yang panjang dalam manajemen heritage,” kata Ari.

“Dalam manajemen heritage, TWC bisa diminta untuk mengelola secara langsung , seperti Candi Borobudur dan Parmbanan, atau dengan memberikan pelatihan capacity building pada pemda, masyarakat adat maupun institusi lain yang mengelola heritage,” lanjut Ari.

Sementara itu, Direktur Utama PT TWC Edy Setijono mengatakan, PT TWC baru memiliki mandat untuk mengelola dan memanfaatkan kawasan tiga candi, yaitu Borobudur, Prambanan, dan Ratu Boko. Ke depan dalam rangka holding BUMN Pariwisata, rencananya TWC akan fokus menjadi Indonesia Heritage Management.

Edy menjelaskan, pemanfaatan dan pengembangan cagar budaya akan maksimal bila terdapat rencana prioritas, baik konservasi dan pemanfaatan heritage skala Kabupaten, skala Provinsi dan skala nasional. “Ini agar fokus, jangan semua ingin dikembangkan, tapi nanti tidak maksimal karena tidak fokus dalam kesiapan SDM maupun penganggarannya,” ujar Edy

“Ke depan untuk menunjang infrastruktur, di setiap rest area di tol itu bisa dibuat papan informasi di daerah itu kalau keluar tol ada wisata cagar budaya apa, sehingga masyarakat tertarik dan terinformasi, tetapi lagi-lagi tempatnya harus siap betul jangan sampai sudah datang ke sana nanti pengunjung kecewa,” lanjut Edy.

Oleh karena itu, Edy berharap semua pihak ke depan menyepakati pembagian peran yang jelas sesuai kompetensinya masing-masing. Menurutnya, ada yang bertanggungjawab sebagai leading sector dalam tahal pemugaran, perlindungan dan konservasi. Berikutnya ada yang diserahi tanggung jawab untuk mengelola dan memanfaatkan secara profesional tanpa kehilangan perhatian pada aspek konservasi.

Editor : Sutiawan