Kontroversi Harga Avtur, Puncak Gunung Es dari Buruknya Pengelolaan Industri Migas
Denpasar, (Metrobali.com)-
Pernyataan CEO Air Asia Tony Fernandes yang menyatakan harga Avtur di Indonesia termahal di Asia menimbulkan kehebohan, dengan pro kontra yang menyertainya.
“Tingginya harga Avtur, merupakan satu indikasi luar dari puncak gunung es dari buruknya pengelolaan industri migas,” kata Id Gde Sudibya, ekonom, pengamat ekonomi, berpengalaman sebagai profesional di perusahaan minyak AS yang melakukan kontrak karya dengan Pertamina, Jumat 13 September 2024.
Dikatakan, “Out put” dari keburukan tsb.menyebut beberapa saja, pertama, Indonesia dengan kekayaan sumber daya yang semestinya melimpah, sekarang menjadi nett importir minyak mentah sekitar 2 juta barel per hari.
I Gde Sudibya, ekonom, pengamat ekonomi, berpengalaman sebagai profesional di perusahaan minyak AS mengungkapkan, impor minyak mentah yang terus naik, tidak ada upaya serius dalam design kebijakan untuk menarik investasi di sektor migas.
Pasca proyek Masela dibatalkan pemerintah, menurut beberapa pengamat, sejumlah investor minyak dunia mengundurkan diri dari rencana investasinya di Indonesia. Dengan produksi minyak dalam negeri sekarang sekitar 700 ribu barel per hari, batalnya proyek Masela, melahirkan “opportunity cost” bagi ekonomi perminyakan dan ekonomi nasional.
“Sekarang proyek Masela yang batal di lepas pantai, menjadi on shore di daratan, konon dijadikan rebutan para pengusaha yang dekat dengan kekuasaan,” katanya.
Menurutnya, pengelolaan industri perminyakan amat sangat tertutup, nyaris tanpa transparansi. Di era Menko Ekuin Kwik Kian Gie, sebagai menteri tidak memperoleh dan atau dihalangi dalam perhitungan data: harga pokok produksi per barel minyak mentah, harga jual minyak pasca pengilangan.
“Akibatnya sebagai Menteri, tidak mampu melakukan pengawasan terhadap harga BBM di tingkat eceran, besarnya subsidi BBM dalam APBN yang jumlahnya ratusan triliun rupiah.
Dikatakan, fenomena menggegerkan ini, memberikan lebih konfirmasi kuat bahwa pemburu rente di industri perminyakan, punya “political powerful” yang nyaris sulit ditembus.
“Sudah menjadi pengetahuan di kalangan pengamat ekonomi perminyakan, ekonomi rente dengan nilai amat besar berlangsung di industri perminyakan, mulai dari: penunjukan importir minyak mentah, pengapalan, asuransi, jasa cargo handling, penanganan proyek pengilangan minyak (refinery of crude oil), sampai penunjukan importir bagi produk final, dengan segala variannya,” kata I Gde Sudibya.
Dikatakan, buruknya Pengelolaan Industri perminyakan, berakibat: harga yang dibayar konsumen menjadi lebih mahal, angka subsidi minyak sarat dengan kemungkinan “moral hazard”. Beban fiscal APBN menjadi semakin berat, tingginya biaya ekonomi yang melahirkan “high cost economy” yang pada akhirnya menekan pertumbuhan ekonomi.
Sebelumnya, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia membantah bahwa harga bahan bakar pesawat yakni Avtur di Indonesia menjadi yang paling mahal di kawasan Asia Tenggara (ASEAN). Hal tersebut merespons pernyataan CEO AirAsia Tony Fernandes.
Menurut Bahlil, PT Pertamina (Persero) selaku pemasok bahan bakar pesawat di Indonesia telah memberikan keterangan terkait hal tersebut, sehingga ia menilai pernyataan itu tidak benar.
“Tapi saya tahu Pertamina sudah memberikan penjelasan. Nggak benar kalau dianggap bahwa harga avtur kita yang paling mahal di Asia,” ungkap Bahlil usai Rapat Kerja bersama Komisi VII DPR, Kamis (12/9/2024).
Meski demikian, Bahlil mengatakan bahwa pihaknya akan melakukan pemeriksaan terlebih dahulu untuk memastikan kebenaran kabar tersebut.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan juga mengungkapkan bahwa harga avtur bukan satu-satunya faktor yang menyebabkan harga tiket pesawat menjadi mahal. Namun, terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhinya.
“Ya itu tadi, kan itu ada banyak faktor. Kita kan bicara mana cost yang bisa kita turunkan seperti harga fuel dan spare part,” kata Luhut di Jakarta, dikutip Selasa (20/8/2024).
Di sisi lain, pemerintah juga telah membentuk Komite Supervisi Harga Tiket Angkutan Penerbangan Nasional untuk mengevaluasi komponen biaya tiket pesawat.
Luhut memastikan bahwa proses penurunan harga tiket pesawat akan rampung dalam waktu ini. (Sutiawan)