Kondisi Ekologis Kita dalam ‘Halaman’ Karya Lukisan Gus Wes
Gianyar (Metrobali.com)
Guswesnawa, yang lebih akrab disapa Gust West menghelat pameran tunggal karya lukisannya di Kulidan Kitchen Space, Desa Guwang, Gianyar. Pameran digelar dari tanggal 18 sampai 25 Februari 2023. Aktivis lingkungan yang juga seniman ini mengemas karyanya dengan tema ‘Halaman’ Realism Ekologis.
Pembukaan pameran yang digelar pada hari Sabtu sore (18/2/2023) diisi dengan ngobrol santai terkait premaculture bersama Sayu seorang praktisi pertanian berkelanjutan .
Tema lingkungan menjadi concern Gust West tidak terlepas dari latar belakangnya sebagai seorang sailor di Rainbow Warrior, Greenpeace. Kapal legendaris yang mengelilingi dunia, untuk menyelamatkan bumi dari kerusakan lingkungan. Selain berlayar, Gus West adalah seorang perupa yang bergelar master seni. Sebuah perpaduan yang apik antara dunia seni dan aktivisme, dia menyebutnya sebagai ARTivist
Karya lukisan yang dipamerkan dibuat selama liburan dikampung halamannya di Bali Barat. Inspirasi lukisan juga mengelaborasi kondisi lingkungan yang tidak jauh dari ‘Halaman’ rumahnya.
Tema halaman atau dalam istilah Balinya disebut natah dipilih dengan kesimpulan sederhana bahwa jikalau mampu menjaga halaman berarti akan mampu memelihara Bumi. Halaman adalah lingkungan terkecil dan terdekat dengan diri (individu). Dalam keyakinan dan mithologi Hindu pun, Mikrokosmos (manusia) adalah sama dengan Makrokosmos (bumi dan alam semesta).
Mengangkat ekosistem yang terdekat dengan dirinya, yaitu ekologi yang ada di halaman. Yang dalam kontek halaman ini, dia pilih sejauh horizon dia memandang, dari titik pijaknya. Sejauh hutan dan laut, yang dipandang, khususnya di area Bali Barat.
Pemilihan objek gambar dan ekspresi estetik, sepintas, tampak sederhana. Gambar-gambar yang ditampilkan serupa banteng, ayam, kambing, babi, burung, tumbuhan serta alam laut dan alam gunung. Kesederhanaan pemilihan tema itu akan mengantarkan kita pada rasa penasaran, mengapa sesederhana itu.
Ingatan melayang pada ungkapan yang disampaikan Pramoedya Ananta Toer “Hidup sungguh sangat sederhana. Yang hebat-hebat hanya tafsiranny”. Sederhananya untuk dapat hidup lestari dengan alam lingkungan serta terjaganya keaneka ragaman hayati, kita mesrti bersiap hidup berdampingan dan harmoni, dengan Wong (manusia), Sato (binatang berkaki empat), Mina (ikan), Manuk (burung), Taru (kayu), Buku (tanaman yang beruas).
Dari karya-karya yang dipamerkan, realitas ekologis di ‘Halaman’ rumah kita di Bali Barat yang diungkapkan Gus West nampaknya jauh dari lestari.
“Seni rupa hari ini, memberikan peluang yang beragam untuk mengangkat tema dan terbuka untuk keterlibatan atau melibatkan komunitas untuk berpaartisifasi ataupun juga ruang seni yang memberikan peluang untuk mengangkat fenomena atau kondisi sosial yang diamati oleh sang perupa atau creator untuk diangkat ke dalam medan sen,” kata Founder Kulidan Space Komang Adiartha.
“Ayo kita apreasiasi karya dari kawan kita Gus West, semoga menginspirasi untuk tata kelola lingkungan yang lebih baik” ajaknya.(hd)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.