Foto: Para peserta Inaugural Workshop yang menjadi program dari Italy and IRENA Action For Climate Toolkit (I-ACT) mengikuti Training of The Trainers di STIE Satya Dharma Singaraja.

Singajara (Metrobali.com)-

Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Satya Dharma Singaraja menjadi tuan rumah “Training of The Trainers” atau Inaugural Workshop yang menjadi program dari Italy and IRENA Action For Climate Toolkit (I-ACT). Acara berlangsung pada Sabtu, 12 Oktober 2024 di Kampus STIE Satya Dharma Singaraja.

Italy and IRENA Action For Climate Toolkit (I-ACT) menjadi bagian dari “Global Days” yaitu konferensi mendalam yang dipromosikan oleh Direktorat Jenderal Urusan Global (DGMO) Kementerian Luar Negeri dan Kerjasama Internasional Italia (MAECI) yang bertujuan untuk menyebarluaskan pengetahuan dan praktik baik tentang isu-isu global seperti itu perubahan iklim.

Italy-IRENA Action for Climate Toolkit (I-ACT) adalah sebuah program pelatihan untuk para pemimpin iklim muda yang diselenggarakan bekerja sama dengan Badan Energi Terbarukan Internasional (IRENA), yang didedikasikan untuk Piero Angela, berlangsung di Kementerian Luar Negeri dan Kerjasama Internasional (MAECI). Inisiatif ini menandai titik penting dalam kolaborasi inovatif ini yang bertujuan untuk membangun kapasitas pemimpin iklim dan energi muda untuk masa depan yang tahan iklim.

Program ini mencakup fase pertama berupa “Training of the Trainers”, yang dilakukan oleh IRENA secara virtual dan akan disebarkan secara offline di negara-negara masing-masing di mana kedutaan Italia berada. Salah satunya digelar di Kampus STIE Satya Dharma Singaraja. Dalam kegiatan ini ditekankan peran penting generasi muda untuk ikut melakukan mitigasi mengurangi dan mengatasi dampak perubahan iklim global.

Materi I-ACT diberikan oleh IRENA dan SDG7 Youth Constituency yang didanai oleh Kementerian Luar Negeri Italia dan Kerja Sama Internasional, dengan dukungan Youth for Energy Southeast Asia (Y4E-SEA) dan Student Energy (SE) Universitas Nasional Indonesia (NUS).

Dalam kegiatan Training of the Trainers ini para narasumber workshop hadir secara hybrid, yang diantaranya adalah Roberto Carniel dari Kedutaan Besar Italia untuk Indonesia, Amitra Bilqis, Jitsal Santaputra, dan Auliya Febriyanti dari Y4E-SEA, Natalie Goh dari I-ACT Trainer Singapore. Sementara selaku moderator adalah Anak Agung Mia Intentilia S.IP.,MA., Ni Made Rianita dan Ni Nyoman Ari Ratnadi dari STIE Satya Dharma Singaraja.

Ketua STIE Satya Dharma Singaraja, Dr. Ni Nyoman Juli Nuryani, S.E.,M.M.Nuryani mengatakan, tanggal 24 Oktober 2024, STIE Satya Dharma Singaraja mengadakan Workshop ITALY and IRENA Action For Climate Toolkit. Kegiatan berlangsung secara hybrid dengan melibatkan 4 negara seperti Italia, Singapura, Thailand, dan Indonesia.

“Kegiatan ini berlangsung atas kerjasama Youth for Energy Southeast Asia (Y4E-SEA) yaitu organisasi nirlaba dalam berkolaborasi, belajar, dan memajukan transisi energi. Disamping untuk meningkatkan kesadaran dan mempromosikan aksi iklim yang efektif. Kegiatan ini sejalan dengan program Eco Campus di STIE Satya Dharma Singaraja, yang telah di launching pada tanggal 27 Desember 2023,” terangnya.

Eco Campus di STIE Satya Dharma terdiri dari 4 pilar antara lain pengurangan pemakaian energi, pengurangan pemakaian kertas, pemilahan sampah dan pemanfaatan area terbuka hijau bernilai ekonomi.

Sementara itu kegiatan “Training of Trainers” Workshop for 50 Students and lecturers Interested in Climate and Sustainability Issues, sangat bermanfaat bagi mahasiswa dan dosen. Diharapkan kegiatan ini dapat berkelanjutan, untuk menunjang peningkatan nilai akreditasi dan akademik di STIE Satya Dharma Singaraja.

Amitra Bilqis selaku Co Founder Youth for Energy Southeast Asia (Y4E-SEA) mengungkapkan harapannya bahwa setiap siswa yang hadir dalam workshop kali ini akan mendapatkan manfaat mendalam dari model yang diperkenalkan melalui Italy and IRENA Action For Climate Toolkit (I-ACT). Tujuannya adalah untuk meningkatkan kesadaran akan hubungan penting antara energi terbarukan dan perubahan iklim, serta memastikan para mahasiswa dilengkapi dengan keterampilan dan pengetahuan yang tepat untuk menghadapi isu-isu tersebut.

Dalam konteks global yang semakin dipengaruhi oleh teknologi baru dan krisis iklim, mendukung peran generasi muda menjadi hal yang sangat penting. STIE Satya Dharma Singaraja, melalui program Eco Campus nya menawarkan platform yang ideal bagi siswa untuk memperoleh pengalaman langsung dan memahami dinamika antara perubahan iklim dan energi terbarukan. Proses pembelajaran di kampus ini tidak hanya berkisar pada teori, tetapi juga menyoroti implikasi nyata dan peran aktif yang dapat diambil oleh mahasiswa.

“STIE Satya Dharma Singaraja telah mengadopsi visi yang sejalan dengan keberlanjutan dan relevansi global. Dengan mengintegrasikan model I-ACT ke dalam kurikulum, para mahasiswa diharapkan dapat memperoleh pengetahuan yang diperlukan untuk berkontribusi secara aktif dalam perjuangan melawan perubahan iklim,” ungkap Amitra Bilqis.

Perjalanan menuju keberlanjutan dapat dimulai dengan langkah-langkah kecil, seperti meningkatkan kesadaran tentang penggunaan energi, contohnya dengan mematikan listrik yang tidak digunakan, serta memahami dampak kondisi iklim lokal terhadap konsumsi energi.

Langkah-langkah kecil, seperti berjalan kaki ke kampus atau beralih ke energi terbarukan, memang terlihat sepele, namun memiliki makna yang signifikan saat diterapkan secara luas dalam komunitas. Meskipun terletak jauh dari pusat keramaian Denpasar atau Kuta, STIE Satya Dharma Singaraja menonjol dengan kurikulum yang progresif dan komitmennya terhadap keberlanjutan. Lingkungan pendidikan yang mendukung ditambah dengan kebijakan dan dedikasi kampus dalam mendorong kesadaran lingkungan membentuk generasi muda yang siap berkontribusi pada masa depan yang lebih berkelanjutan di Indonesia.

Amitra Bilqis berharap agar STIE Satya Dharma Singaraja dan mahasiswanya akan terus membuat kemajuan menuju dunia yang lebih hijau dan berkelanjutan.

Roberto Carniel dari Kedutaan Besar Italia untuk Indonesia yang hadir secara daring mengatakan, program I-ACT didedikasikan untuk Piero Angela, jurnalis dan penulis sains ternama asal Italia. Piero Angela dikenal mampu menyampaikan ilmu pengetahuan, baik sains masa kini maupun masa depan, dengan cara yang mudah dipahami oleh masyarakat luas, sering disebut sebagai sains populis. Angela telah memprediksi banyak tantangan yang dihadapi dunia saat ini, seperti isu keanekaragaman hayati, perubahan iklim, dan keberlanjutan.

Berbicara tentang perkembangan energi di Italia, Carniel menjelaskan bahwa negara tersebut memulai transisi ke energi terbarukan dengan sangat cepat. Target pertama Italia adalah mencapai 70% energi terbarukan pada tahun 2020, namun berhasil mencapainya pada tahun 2014, enam tahun lebih awal dari yang direncanakan. Hingga semester pertama tahun 2024, Italia telah mencapai 44% energi terbarukan, dengan energi surya memainkan peran penting, mencapai kapasitas sebesar 33 gigawatt.

Francesco La Camera, Direktur Jenderal IRENA, dalam sambutannya secara daring, menekankan pentingnya peran masyarakat dalam menuntut dan mengadvokasi tindakan terkait krisis iklim. Namun, hal ini hanya dapat terjadi jika masyarakat memiliki pemberdayaan dan informasi yang memadai.

Membangun pengetahuan, sikap, dan nilai-nilai yang diperlukan dinilai sebagai kunci dalam menghadapi tantangan krisis iklim. “Kita harapkan generasi muda dapat memainkan peran penting dalam menyebarkan pesan dan mendidik orang lain mengenai isu-isu krusial ini,” ujarnya.

Jitsai Santaputra, Co Founder of Y4E-SEA asal Thailand yang juga hadir secara daring memaparkan tentang Project Clean Future. Dia mengatakan, project Clean Future bertujuan untuk menangkap perspektif dan wawasan generasi muda di kawasan mengenai transisi energi dan dampaknya terhadap berbagai aspek sosial. Terinspirasi oleh Global Youth Energy Outlook dari Student Energy, pandangan ini berupaya memberikan pemahaman komprehensif tentang energi dan peran generasi muda di Asia Tenggara.

“Dengan melibatkan generasi muda di kawasan ini, yang merupakan pemimpin dan pemangku kepentingan masa depan dalam sektor energi, kita dapat memperoleh wawasan berharga mengenai aspirasi, kekhawatiran, dan rekomendasi mereka untuk masa depan energi yang berkelanjutan di kawasan, serta memfasilitasi kebijakan dan pengambilan keputusan yang efektif,” tutur Jitsai Santaputra.

Aulia Febriyanti selaku I-ACT Peer Educator asal Indonesia, yang hadir secara langsung memberikan pemaparan, menekankan tentang Iklim, Energy dan Pembangunan Berkelanjutan SDGs, serta trend iklim dan energi saat ini. Ada beberapa poin yang dibahas dalam paparannya, diantaranya adalah agenda PBB 2030 dan tujuan pembangunan berkelanjutan SDGs, kemudian target-target terkait energi bersih dan terjangkau, keterkaitan antara SDGs, dan peran energi terbarukan dalam pembangunan.

 

Kemudian dalam trend iklim dan energi, Febriyanti menyoroti 4 hal yakni pertama memahami mengapa perubahan iklim bisa terjadi, yang kedua dampak perubahan iklim terhadap bumi, yang ketiga kontribusi sektor energi terhadap peningkatan emisi dan yang keempat adalah trend dalam penggunaan energi terbarukan.

Natalie Goh, I-ACT Certified Trainer asal Singapura memberikan pemaparan melalui daring tentang peran generasi muda dalam Climate Action dan Transisi energi. Dalam paparannya dia menekankan tiga poin penting yakni yang pertama bagaimana generasi muda bisa berkontribusi dalam mengubah sistem energi kita. Kemudian yang kedua terkait dengan praktik-praktik baik dan inisiatif-inisiatif yang diprakarsai oleh generasi muda.

“Dan yang ketiga adalah bagaimana generasi muda bisa mengaplikasikan skill mereka untuk mencapai energi berkelanjutan di masa depan,” katanya.

Fasilitator dan Moderator Workshop, Anak Agung Mia Intentilia S.IP.,MA., mengaku sangat senang bisa ikut ambil bagian dalam kegiatan training of trainers, yang berkolaborasi dengan STIE Satya Dharma Singaraja, dan Youth for Energy Southeast Asia (Y4E-SEA). Gung Mia mengaku sangat bahagia dan bersemangat melihat diskusi dan keterlibatan aktif dari para siswa yang membahas isu-isu iklim, krisis iklim, keberlanjutan, serta tujuan pembangunan berkelanjutan.

Menurutnya, workshop ini sejalan dengan program inti dan nilai-nilai utama STIE Satya Dharma Singaraja. Gung Mia berharap semua mahasiswa yang berpartisipasi dalam kegiatan kali ini dapat menyebarluaskan lebih banyak informasi terkait isu keberlanjutan dan dapat mendukung STIE Satya Dharma Singaraja sebagai Eco Campus terbaik.

Kegiatan workshop ini disambut antusias oleh para dosen dan mahasiswa yang mengikuti kegiatan tersebut secara langsung.  Ketut Suardika S.E.,M.M., Ketua Unit Business Center STIE Satya Dharma Singaraja, menyatakan bahwa kegiatan workshop kali ini sejalan dengan program Eco Campus yang telah diterapkan di kampus. Ini merupakan bukti bahwa STIE Satya Dharma Singaraja berkomitmen menjalankan transisi energi bersih.

Ketut Suardika menambahkan, salah satu poin penting dari kegiatan ini adalah penanaman pohon di kampus, yang diharapkan dapat meningkatkan kualitas oksigen dan membuat iklim di Singaraja khususnya menjadi lebih sejuk. Selain itu, pohon-pohon yang ditanam juga memiliki nilai ekonomi, sehingga kampus tidak hanya mendapatkan manfaat lingkungan berupa kesejukan dan oksigen yang lebih baik, tetapi juga keuntungan ekonomi.

Ketut Suardika juga menekankan pentingnya upaya penghematan energi di kampus, seperti mematikan lampu yang tidak diperlukan. “Lingkungan kampus juga turut berperan dalam mendukung penghematan energi, termasuk dengan memanfaatkan alam sebagai tempat perkuliahan untuk mengurangi penggunaan AC dan lampu di dalam ruangan,” katanya.

Luh Kartika Ningsih, dosen aktif di STIE Satya Dharma Singaraja, menyampaikan kesan positifnya terhadap kegiatan workshop yang membahas isu perubahan iklim. Ia menjelaskan bahwa sebelum pelaksanaan workshop ini, STIE Satya Dharma Singaraja sudah mencanangkan program Eco Campus, yang mencakup berbagai kegiatan untuk menghadapi pemanasan global. STIE Satya Dharma Singaraja telah mengambil langkah-langkah konkret untuk mendukung kebijakan terkait mitigasi perubahan iklim, seperti penanaman pohon dan pengembangan ruang terbuka hijau.

Menurut Kartika, kampus sudah sangat siap mengikuti kebijakan yang mendukung upaya antisipasi terhadap perubahan iklim ekstrem. Berbagai kebijakan dan tindakan yang telah diambil diharapkan dapat mendukung upaya menjaga kelestarian bumi.

Kegiatan workshop juga disambut baik oleh peserta lainnya yang merupakan mahasiswa STIE Satya Dharma Singaraja. Mereka mengaku banyak mendapatkan insights-insights tentang perubahan iklim. Mereka juga mengajak generasi muda untuk mendukung gerakan-gerakan terkait dengan pelestarian lingkungan. (wid)