Foto: Kegiatan diskusi publik yang dilaksanakan di Rumah Coffee dan Community Hub, Jl. Gatot Subroto VI No. 5, Kota Denpasar pada hari Sabtu, 24 September 2022.

Denpasar (Metrobali.com)-

Kerabat Mahasiswa Antropologi Udayana (KRAMA Udayana) bersama dengan Lentera Indonesia Institute gelar diskusi publik dengan tema “Menyambut Puncak Perhelatan Presidensi G20 di Bali: Sebagai Upaya untuk Pemulihan Ekonomi Global” sebagai bentuk dukungan menyambut puncak perhelatan presidensi G20. Diskusi dilaksanakan di Rumah Coffee dan Community Hub, Jl. Gatot Subroto VI No. 5, Kota Denpasar pada hari Sabtu, 24 September 2022. Acara ini menghadirkan tiga pemateri utama, yaitu Dosen Fakultas Hukum Universitas Mahendradatta, I Putu Dwika A, SH.MH., Ketua Pimpinan Wilayah PSNU Pagar Nusa Provinsi Bali, Asy’ari Mushlih, dan GPI PW Bali, Fathul Karim S.Fil. Kegiatan diskusi publik ini juga dihadiri peserta dari elemen mahasiswa dari berbagai kampus, Organisasi Kemasyarakatan dan Pemuda (OKP) serta masyarakat Bali.

G20 (Group of Twenty) atau sering disebut kelompok dua puluh merupakan kelompok yang terdiri dari 19 negara dengan perekonomian besar di dunia ditambah dengan satu organisasi antar pemerintah dan supranasional, yaitu Uni Eropa. Menurut Tobby Avieframudya selaku Ketua Pelaksana Diskusi Publik G20 kali ini mengatakan bahwa acara ini bertujuan sebagai upaya mendukung terselenggaranya perhelatan G20. Dalam sambutannya, ia juga turut menegaskan hal tersebut sebagai highlight dari tujuan acara tersebut. “Forum ini merupakan bentuk kepedulian mahasiswa untuk mensukseskan perhelatan Presidensi G20 di Bali. Sebagai tuan rumah kita harus menjaga kondusivitas dan kelancaran jalannya perhelatan G20 di Bali,” ungkapnya.

Selanjutnya sebagai Akademisi Program Studi (Prodi) Hukum Universitas Mahendradatta sekaligus pembicara di diskusi publik tersebut, I Putu Dwika A, SH.MH., mengatakan bahwa perhelatan G20 di Bali sebagai momentum penting mahasiswa untuk menunjukkan perannya kepada masyarakat luas, membangkitkan ekonomi, dan juga memberikan pendidikan bahwa Indonesia bukan negara yang berjalan sendiri dalam mengembangkan bangsanya di segala bidang, tapi butuh negara-negara lain untuk mengembangkan negeri.

 

Lebih berfokus pada isu-isu keamanan dan perdamaian di Bali, Asy’ari Mushlih selaku ketua Pimpinan Wilayah PSNU Pagar Nusa Bali, mengapresiasi diskusi publik yang diselenggarakan oleh Krama Udayana tersebut. Menurutnya, walaupun ada pro kontra di arus bawah, mahasiswa sebagai agen of change harus memiliki pemahaman yang utuh terkait dengan perhelatan G20 di Bali sehingga tidak mudah terprovokasi oleh kelompok-kelompok tertentu untuk melakukan aksi atau turun ke jalan menolak G20. “Jadi kita memberikan pemahaman kepada mahasiswa dari segala sisi termasuk bagaimana menjaga stabilitas keamanan, memahami strukturisasi di G20, kemudian langkah-langkah pemerintah untuk membawa bangsa ini lebih baik kedepannya,” ungkapnya. Dalam diskusi itu, ia juga turut mengingatkan mahasiswa untuk berperan dalam menjaga stabilitas keamanan perhelatan G20 di Bali dan tidak mudah terkecoh dengan isu-isu yang bertujuan mengganggu kelancaran perhelatan G20.

Adapun Fathul Karim, kader Gerakan Pemuda Islam (GPI) Bali mengatakan bahwa selaku tuan rumah, perhelatan G20 memiliki banyak manfaat untuk pemulihan ekonomi masyarakat Bali. Penyelenggaraan Presidensi G20 juga meningkatkan kesejahteraan UMKM lokal, seperti pengrajin kain tenun khas Bali yang dapat dijadikan suvenir dan peningkatan mutu fasilitas umum. “Selain itu, berdampak juga terhadap keterisian kamar hotel dan pemulihan lapangan kerja di industri pariwisata,”. ungkapnya.  (rls)

Sumber: https://drive.google.com