Karangasem, (Metrobali.com)

Tiga hari menjelang Hari Raya Idul Fitri atau Hari Lebaran, warga muslim di sejumlah kampung muslim di Kabupaten Karangasem, mulai disibukkan dengan berbagai persiapan menyambut hari kemenangan.

Sama dengan tradisi di Bali, warga muslim juga mengenal istilah Penapean waktu untuk membuat tape berbahan ketan, Penyajean waktu tepat untuk membuat beragam kue, utamanya kue uli, iwel dan wajik yang berbahan ketan serta penampahan yakni waktu sehari sebelum lebaran, dimana warga muslim menyembelih ayam untuk kemudian dimasak menjadi kare ataupun opor guna dihidangkan pada saat menyambut hari yang fitri, kepda keluarga maupun tetamu yang datang bersilaturahmi untuk bermaaf-maafan.

Di beberapa kampung muslim di Karangasem tradisi “Ngejot” juga masih kental, dimana dalam tradisi ini warga muslim mengunjungi tetangga ataupun kerabatnya yang beragama Hindu dengan membawa buah serta makanan untuk diberikan, sebagai ungkapan persaudaraan.

Ketua DPRD Karangasem, I Wayan Suastika, Minggu (7/4/2024) sangat mengapresiasi kerukunan dan tradisi menyama braya yang masih terjalin erat di Kabupaten Karangasem. “Tradisi ngejot itu perlu terus dilestarikan, karena merupakan salah satu tradisi dan budaya yang adilihung yang mencerminkan persaudaraan dan kuatnya toleransi antar umat beragama di Karangasem,” ujar Legislator PDIP asal Juwuk Legi, Desa Duda Timur, Kecamatan Selat, Karangaem ini.

Terkait dengan kegiatan mudik lebaran yang dilaksnakan oleh warga muslim ke kampung halaman mereka, dirinya menghimbau untuk tetap berhati-hati dalam berkendara dan tetap menjaga keselamatan dan kesehatan selama dalam perjalanan. “Untuk warga yang melaksanakan mudik ke kampung halaman, kami ucapkan selama mudik fan selamat sampai ditujuan berkumpul dengan keluarga,” ucapnya.

“Saya atas nama pribadi, pimpinan, anggota, staf, jajaran DPRD Karangasem, dan masyarakat Kabupaten Karangasem mengucapkan Selamat Hari Raya Idul Fitri 1445 H. Mohon maaf lahir dan bathin,” Tutupnya. (RED-MB)