Foto: Gde Sumarjaya Linggih, Anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali yang akrab disapa Demer.

Denpasar (Metrobali.com)-

Di tengah riuh wacana pembangunan Bandara Bali Utara, sebuah harapan besar sedang dirajut untuk Bali secara keseluruhan. Gde Sumarjaya Linggih, Anggota Komisi VI DPR RI Dapil Bali yang akrab disapa Demer, menegaskan pentingnya merealisasikan proyek ini sebagai langkah strategis menuju pemerataan pembangunan di Pulau Dewata.

“Selama ini gemerincing dolar pariwisata terdengar sangat nyaring di Bali Selatan tapi sayup-sayup di wilayah Bali yang lain seperti Buleleng dan Karangasem. Sudah waktunya kita membawa gemerincing dolar itu menyebar seluruh Bali hingga ke Karangasem, hingga ke Gumi Lahar,” ujar Demer dengan semangat membara.

Anggota Fraksi Golkar DPR RI meyakini, kehadiran Bandara Bali Utara akan menjadi pintu gerbang bagi investasi besar-besaran, khususnya di sektor pariwisata. Tak hanya hotel mewah dan restoran megah yang akan tumbuh di Bali Utara, tetapi dampaknya juga akan mengalir hingga ke Bali Timur, termasuk Karangasem. Wilayah yang selama ini dianggap tertinggal akan mulai menggeliat, menemukan denyut baru dalam perekonomiannya.

Menurutnya, dengan adanya bandara di Buleleng dan berkembangnya sektor pariwisata di daerah Kubu, banyak hotel, termasuk hotel bintang 5, akan tumbuh. Ini membuka peluang bagi masyarakat yang belajar ke luar negeri untuk kembali ke desa masing-masing dan memberikan kontribusi mereka, baik melalui kegiatan Ngayah di Desa Adat maupun dalam dunia kerja.

“Kalau Pak Mangku Pastika bilang sayup-sayup dari gemerincing dolar. Mudah-mudahan nanti dengan adanya airport di Buleleng, kemudian daerah Kubu kita akan banyak hotel yang akan tumbuh. Banyak hotel bintang 5 dan sebagainya. Yang kerja ke luar negeri bisa pulang untuk Ngayah di Desa Adat bisa, bekerja bisa,” ujarnya.

Bagi wakil rakyat yang sudah lima periode mengabdi di DPR RI memperjuangkan kepentingan Bali ini, bandara baru ini bukan hanya soal akses, tetapi soal harapan. Pariwisata Karangasem akan hidup kembali, investasi akan berdatangan, lapangan pekerjaan akan terbuka lebar, dan pada akhirnya Pendapatan Asli Daerah (PAD) Kabupaten Karangasem akan meningkat pesat.

Demer menggambarkan mimpi besar itu dengan begitu jelas. Karangasem, dengan keindahan alam dan kekayaan budayanya, tak akan lagi dikenal sebagai daerah miskin. Sebaliknya, Gumi Lahar akan bersinar, berdiri sejajar dengan wilayah-wilayah lain di Bali yang lebih maju.

Politisi Golkar asal Desa Tajun, Kecamatan Kubutambahan, Kabupaten Buleleng itu menegaskan, Bandara Bali Utara adalah simbol pemerataan. “Ini bukan hanya tentang Bali Utara atau Karangasem. Ini tentang keadilan bagi seluruh Bali. Kita ingin gemerincing dolar terdengar nyaring di setiap sudut pulau ini.”

Demer menyatakan bahwa kondisi Karangasem dan Buleleng, yang memiliki pertumbuhan ekonomi rendah dan sedikit kesempatan kerja, menyebabkan banyak orang meninggalkan kampung halaman mereka. Hal ini berujung pada urbanisasi, dengan banyak rumah kosong di desa-desa.

Meskipun saat ini sebagian orang masih bisa mengikuti tradisi adat, ia khawatir bahwa seiring waktu, generasi muda yang pergi akan berpengaruh terhadap eksistensi adat dan budaya Bali. Menurutnya, jika hal ini terus berlanjut, Bali akan kehilangan jati dirinya atau rohnya, yang pada akhirnya bisa berdampak pada penurunan daya tarik pariwisata di pulau ini.

“Sekarang ini mungkin masih ada karena semua orang masih bisa bayar denda kalau enggak datang di acara adat. Tapi lama-lama mereka yang masih tua-tua dan sebagainya akhirnya semua yang udah meninggalkan, maka adat dan budaya kita juga akan terganggu. Artinya, Bali akan kehilangan rohnya. Maka, Bali akan ditinggalkan oleh wisatawan,” urai Demer.

Di balik mimpi besar terwujudnya Bandara Bali Utara, ada harapan besar pula. Sebuah mimpi yang tak hanya akan mengangkat Karangasem, tetapi juga membawa semangat baru bagi seluruh masyarakat Bali. Gumi Lahar pun kini bersiap menyongsong babak baru, penuh harapan dan gemilang. (wid)