Foto: Suasana keceriaan dalam Parade Berkebaya Nasional Warga Binaan Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan, Badung, pada Rabu 24 Juli 2024.

Badung (Metrobali.com)-

Perjuangan panjang Komunitas Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) dan elemen lainnya akhirnya berbuah manis setelah Pemerintah menetapkan tanggal 24 Juli sebagai Peringatan Hari Kebaya Nasional yang tertuang dalam Keputusan Presiden (Keppres) Nomor 19 Tahun 2023 tentang Hari Kebaya Nasional.

Peringatan perdana Hari Kebaya Nasional jatuh pada 24 Juli Tahun 2024 ini diperingati dengan penuh sukacita oleh Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Provinsi Bali berkolaborasi dengan Dharma Wanita Persatuan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah VIII Bali NTB, Rotary Club of Bali Bersinar dan Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan dengan menggelar acara Parade Berkebaya Nasional Warga Binaan Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan “Identitas Perempuan Indonesia Tanpa Batas” dengan tagline “Budayakan Berkebaya Sehari-hari Wahai Perempuan Indonesia, Tunjukkan Identitas dan Karakter Perempuan Indonesia, Indonesia Maju dan Berbudaya”.

Acara ini juga didukung oleh Komunitas Cinta Berkain Indonesia (KCBI) Bali, Perempuan Pemimpin Indonesia (Perpina) Bali, GTS Institute Bali, Pusat Studi Undiknas Denpasar, mahasiswa KBMHD Undiknas, Partai Golkar, Wardah, Tupperware dan Farabi.

Fashion show Parade Berkebaya Nasional Warga Binaan Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan diikuti dengan antusias oleh puluhan warga binaan yang tampil anggun dan cantik dengan mengenakan kebaya kebanggan mereka.

Acara diawali dengan persembahan Tari Angayu Jayastri. Tarian yang dibawakan warga binaan ini memiliki makna sebuah proses transformasi yang harus dilalui oleh seorang perempuan untuk menjadi insan yang lebih baik.

Kemudian dilanjutkan dengan Fashion show Parade Berkebaya Nasional dimana para perempuan warga binaan dengan penuh percaya diri dan menebar senyum berlenggak lenggok ibarat model profesional menampilkan kebaya yang mereka kenakan yang memancarkan aura jati diri perempuan Indonesia.

Acara dilanjutkan dengan Board Change Over Rotary Club of Bali Bersinar, Rotary Club of Buleleng Sakti dan Rotaract Club Of STIE Satya Dharma Singaraja. Lalu dilanjutkan dengan penyerahan bantuan fasilitas Pojok Bermain Anak dari Rotary Club of Bali Bersinar.

Ketua Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Provinsi Bali Doktor Gung Tini Gorda dalam sambutannya mengatakan, pihaknya berterima kasih kepada seluruh pihak yang telah mendukung acara ini.

Gung Tini Gorda mengungkapkan, apa yang sudah dikerjakan kali ini disambut antusias oleh warga binaan lapas perempuan lewat program yang disebut Sekolah Jegeg Merdeka Bersinar. Bersama dengan warga binaan ini pihaknya sekaligus bisa merayakan kemenangan dari hasil Kongres Perempuan Berkebaya Indonesia, dimana pada tahun 2021 kongres dilaksanakan di Jakarta.

Kongres tersebut menghasilkan dua putusan. Yang pertama ingin menetapkan Hari Kebaya Nasional. Dalam hal ini sudah diajukan kepada pemerintah bersama-sama dengan seluruh organisasi perempuan yang ada di Indonesia.

Kemudian yang kedua yang tidak kalah penting dan sekaligus menjadi PR terbesar adalah untuk bisa menetapkan pencatatan kebaya Indonesia di UNESCO menjadi warisan budaya tak benda.

Dalam hal ini Gung Tini Gorda mengungkapkan bahwa ada banyak sekali tantangan untuk mengajukan hal tersebut. Dan dari hasil kongres menyatakan warisan yang dimaksud adalah warisan budaya tak benda. Artinya warisan nenek moyang yang sudah memakai kebaya ini apakah masih terlihat di Indonesia hingga saat ini memakai kebaya.

Namun ketika berbicara tentang Bali, memakai kebaya sudah menjadi rutinitas sehari-hari. Bahkan Gung Tini Gorda mengungkapkan bahwa dalam sehari, perempuan Bali bisa 5 kali memakai kebaya.

Gung Tini Gorda mengaku saat ini dia memikul beban berat sebagai Ketua Perempuan Berkebaya Indonesia Provinsi Bali Untuk menjalankan sosialisasi ini. Namun berkat adanya kolaborasi beban tersebut bisa teratasi.

“Untuk mengimplementasikan kata warisan ini harus dimulai dari generasi muda. Dan terbitnya Kepres nomor 19 tahun 2023 telah menetapkan tanggal 24 Juli sebagai Hari Kebaya Nasional adalah tugas kita bersama untuk semakin menggaungkan kebaya nasional,” ujarnya.

Gung Tini Gorda kemudian menjelaskan alasan memilih Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan sebagai lokasi untuk merayakan Hari Kebaya Nasional tersebut. Dia mengatakan, sampai saat ini di sosial media, khususnya di Provinsi Bali, tidak ada yang berbicara tentang Hari Kebaya Nasional. Terlebih lagi di Bali sudah biasa memakai kebaya.

Namun diakuinya dalam berkebaya masih menggunakan cara-cara ribet dan harus mengeluarkan biaya untuk ke salon. Untuk itu, di setiap tanggal 24 Juli para perempuan Indonesia dan Bali khususnya bisa bebas merdeka memakai kebaya tanpa ribet.

Ketua Dharma Wanita Persatuan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah VIII Gusti Ayu Ngurah Eva Intan Swandhewi mengungkapkan LLDikti mendukung acara Parade Berkebaya Nasional Warga Binaan Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan serangkaian peringatan perdana Hari Kebaya Nasional yang jatuh pada 24 Juli Tahun 2024 ini.

Dia mengatakan, Dharma Wanita LLDIKTI Wilayah VIII sangat mendukung adanya kebaya nasional. “Hal ini sesuai dengan himbuan dari Kepala LLDIKTI Wilayah VIII bahwa setiap hari Selasa dihimbau bagi yang berkerja di lingkungan LLDIKTI Wilayah VIII untuk menggunakan kebaya, baik itu dosen, pegawai maupun mahasiswanya, tentunya kebaya yang sesuai dengan pakem yang sudah ditetapkan yaitu Kutubaru dan Kartini. Selain itu juga setiap berkegiatan di Darma Wanita selalu menyelipkan adanya kegiatan untuk berkebaya, baik itu di arisan maupun kunjungan-kunjungan sosial,” ujarnya.

Terkait peserta parade berkebaya yang merupakan warga binaan perempuan, Swandhewi mengaku agak terharu dan terkejut, bahwa ternyata para warga binaan perempuan ini memiliki ilmu yang bisa mereka aplikasikan setelah keluar dari lapas. Contoh bakat yang dimiliki oleh para warga binaan perempuan ini adalah menari, dan parade berkebaya, dimana mereka sudah bisa melenggak-lenggok bak model profesional.

Sebagai salah satu Juri, Swandhewi mengaku agak sulit dalam memberikan penilaian, karena semua peserta bagus-bagus dan cantik-cantik. Swandhewi juga tidak menyangka yang merias para warga binaan ini adalah rekan mereka sendiri, yang tentunya sudah diberikan ilmu tentang makeup, dan juga cara berpakaian yang baik dan benar. Swandhewi awalnya mengira para peserta akan seperti ibu-ibu rumah tangga yang tidak bisa berlenggak-lenggok.

Dari kegiatan ini diharapkan bisa menjadi bekal bagi warga binaan perempuan untuk kemudian bisa diterapkan setelah mereka keluar dari lapas. Dan melalui skill yang didapatkan di lapas, mereka bisa gunakan untuk mencari nafkah agar tidak lagi melakukan hal-hal yang membuat mereka masuk ke lapas lagi.

Kepala Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan Ni Luh Putu Andiyani mengapresiasi Lomba Parade Berkebaya Nasional Warga Binaan Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan “Identitas Perempuan Indonesia Tanpa Batas” ini.

“Kami sangat berterima kasih dan mengaku sangat bangga sekali karena bisa merayakan Hari Kebaya dengan lomba parade berkebaya antara warga binaan di lapas perempuan kerobokan. Untuk peserta lomba ada 40 orang, yang mana semuanya berasal dari warga binaan,” katanya.

Sebelumnya pihak sekolah modeling hadir ke lapas perempuan kerobokan untuk memberikan teori dan praktek kepada warga binaan perempuan terkait bagaimana cara menjadi modeling sehingga bisa ikut kegiatan parade berkebaya tersebut. Andiyani kemudian berharap acara seperti ini bisa dilakukan tidak hanya di lapas saja, tetapi juga di luar lapas.

Menurutnya, berkebaya merupakan salah satu warisan dari bangsa Indonesia. Artinya, warga binaan yang dilapas perempuan kerobokan yang tempatnya sangat terbatas, bisa mengikuti lomba parade berkebaya, apalagi perempuan-perempuan yang ada diluar lapas.

Andiyani menambahkan, dalam kesempatan yang sama juga diserahkan pojok mainan dari Rotary Club of Bali Bersinar untuk anak-anak bawaan dari warga binaan pemasyarakatan. Dijelaskannya bahwa anak-anak ini memang lahir di lapas karena sang ibu saat dibina dalam keadaan sudah hamil. Menurut undang-undang, anak-anak yang lahir di lapas bisa diasuh oleh ibunya sampai sang anak berusia 3 tahun maksimal.

Terkait Board Change Over Rotary Club of Bali Bersinar, Past President Rotary Club of Bali Bersinar Ni Wayan Suryathi mengungkapkan rasa terima kasihnya atas support dan bimbingan yang diberikan oleh Gung Tini Gorda, karena tanpa peran beliau Rotary Club of Bali Bersinar tidak ada artinya.

Seperti diketahui kepemimpinan Ni Wayan Suryathi sebagai President Rotary Club of Bali Bersinar berakhir pada tanggal 24 Juli 2024. Menurut Suryathi tanggal tersebut merupakan momen yang luar biasa karena bertepatan dengan hari berkebaya yang diamanatkan oleh Presiden Jokowi.

Tiwi Tjandra yang terpilih sebagai President Rotary Club of Bali Bersinar menambahkan, kegiatan Board Change Over Rotary Club of Bali Bersinar ini adalah pergantian kepengurusan dari Rotary Year yang lalu menjadi Rotary Year saat ini yakni Rotary Year 2024-2025, dimana kali ini temanya adalah The Magic of Rotary, atau keajaiban Rotary. Pergantian kepengurusan tersebut ditandai dengan penyerahan selendang. Pergantian kepengurusan juga dilakukan di Rotract Club of SETIE Satya Dharma Singaraja.

Kegiatan Board Change Over ini dirangkai dengan peringatan Hari Anak Nasional. Dimana dalam hal ini ada salah satu dari tujuh fokus area Rotary, yaitu kesehatan ibu dan anak. Rotary Club of Bali Bersinar menyerahkan baju serta perlengkapan mainan, kepada anak-anak dari warga binaan yang ada Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan.

Selain itu juga dirangkaiakan dengan kegiatan lomba Parade Berkebaya untuk mempringati Hari Kebaya Nasional. Dalam hal ini bagaimana memberikan literasi dan edukasi terkait cara menggunakan kebaya agar tidak ribet.

Rotary Club of Bali Bersinar juga mendukung pergerakan ekonomi di dalam lapas, dengan memesan konsumsi yang disuguhkan kepada semua peserta maupun undangan yang hadir. Makanan yang dikonsumsi tersebut merupakan produksi dari warga binaan di lapas. Dengan demikian Rotary Club of Bali Bersinar juga turut mendukung growing local economy di Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan.

Para Dewan Juri Lomba Parade Berkebaya Nasional Warga Binaan Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan memberikan semangat kepada para peserta dan mengaku bangga dengan penampilan mereka.

Salah satu juri Irma Lumiga yang merupakan Ketua DPD Perpina Bali mengungkapkan sejumlah kriteria yang dinilai diantaranya adalah penguasaan panggung dan cara berjalan.

Juri lainnya Ketua Komunitas Cinta Berkain Indonesia (KCBI) Provinsi Bali, Anak Agung Sagung Inten atau kerap disapa Byang Mangku Hipno mengatakan, dari semua yang tampil, semuanya adalah juara.

Ditambahkannya, tanggal 24 Juli 2024 adalah hari yang sangat luar biasa, yaitu Hari Kebaya Nasional. Momen ini diperingati dengan lomba parade berkebaya oleh warga Binaan Lapas Perempuan Kelas IIA Denpasar.

Para peserta dan pemenang Lomba Parade Berkebaya Nasional Warga Binaan Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan mengaku senang dan bangga bisa memeriahkan peringatan perdana Hari Kebaya Nasional jatuh pada 24 Juli Tahun 2024 ini.

Juara 1 Lomba Parade Berkebaya Nasional bernama Sari mengatakan, Ia berterima kasi karena sudah dilangsungkanya lomba Parade Berkebaya di Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan. Dia mengaku tidak menyangka bisa mendapatkan juara satu.  Dia juga memuji rancangan busana yang dikenakan dalam lomba tersebut.

Sari yang merupakan orang Thailand ini mengaku pertama kali mengikuti lomba seperti ini. Saking antuisiasnya, Sari sudah berhias dari pukul setengah lima pagi. Dia juga sempat membantu teman-temanya untuk berhias.

Hal senada disampaikan juara 2 dan juara 3.  Mereka mengaku sangat bangga bisa ikut berpartisipasi dalam Lomba Parade Berkebaya, serangkaian Hari Kebaya Nasional. Mereka juga mengaku tidak menyangka bisa meraih juara dua dan tiga. Selain itu keduanya juga telah mempersiapkan diri dengan baik untuk mengikuti parade berkebaya ini.

 

Para warga binaan peserta Lomba Parade Berkebaya Nasional Warga Binaan Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan juga mengaku  sangat antusias dang mengaku bahagia bisa ikut memeriahkan peringatan perdana Hari Kebaya Nasional ini.

Parade Berkebaya Nasional di Lapas Perempuan sejalan dengan focus are growing local economy  dari Rotary Club of Bali Bersinar dimana warga binaan Lapas Perempuan ini dapat cuan juga. Sebab dalam acara ini para warga binaan juga memamerkan hasil karya mereka seperti rajutan, lukisan, hingga keripik tempe olahan Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan. Ada juga lelang langsung produk dari warga binaan senilai Rp 3.335.000.

Peringatan Hari Kebaya Nasional dari Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan ini juga diharapkan memberikan inspirasi bagi elemen masyarakat lainnya untuk turut mensosialisasikan Hari Kebaya Nasional dan menggaungkan terus penggunaan kebaya nasional sebagai bagian jati diri perempuan Indonesia. (wid)