Acara Penandatanganan kerja sama antara STIKOM dengan Desktop IP Bali, Rabu 11 April 2018 d Denpasar, Bali.
Denpasar, (Metrobali.com) –
Sekolah Tinggi Ilmu Komputer (STIKOM) Bali menjalin kerja sama dengan perusahaan penyedia jasa teknologi virtual Desktop IP. Kerja sama itu dalam rangka mengembangkan STIKOM Bali menuju smart campus. Ketua STIKOM Bali, Dadang Hermawan menjelaskan, masyarakat digital di Indonesia saat ini memasuki masa rapid data exchange yang ditunjukkan dari beberapa aspek, antara lain semakin berkembangnya infrastruktur teknologi di Indonesia yan memungkinkan terjadinya pertukaran data secara cepat.
Dari sisi aksesibilitas, masyarakat semakin mudah mengakses internet kapan pun di mana pun. Menurut Dadang, STIKOM Bali tengah mengsrah pada sistem teknologi komputerisasi di mana diperlukan kerja sama dengan perusahaan pencipta sistem dan hardware yang mendukungnya. “Kami yang pertama kali bekerjasama dengan Desktop IP, sehingga nanti Smart Lab di STIKOM Bali tidak seperti yang biasanya yakni ada komputer dan lainnya, tapi itu semua ada di server dan monitornya bisa menggunakan apa saja, termasuk spartphone dan lainnya,” papat Dadang usai penandatanganan kerja sama di STIKOM Bali, Rabu 11 April 2018.
Ke depan, sudah tak ada lagi laboratorium konvensional di mana ada ruangan, ada komputer dan proses belajar mengajar dilakukan secara bersama-sama. Nantinya, setiap mahasiswa dan dosen memiliki ID User untuk mengakses data laborstorium dari lokasi terpisah dan terkoneksi secara virtual. “Jadi dengan Smart Lab ini mahasiswa dan dosen tinggal mengakses dari mana saja menggunakan perangkat yang mendukung dengan memasukkan User ID. Jadi, belajar itu tidak perlu lagi di laboratorium secara bersama-sama yang konvensional itu,” ujarnya.
Menurut dia, apa yang dilakukan oleh STIKOM Bali sejalan dengan kebijakan Kementerian Riset, Teknologi dan Pendidikan Tinggi dengan sistem belajar-mengajar yang disebut pembelajaran jarak jauh.
“Sekarang masih diuji publik kebijakan itu. Kenapa itu dilakukan, karena sekarang APK kita (Indonesia) masih 30 persen dan Bali 26 persen. Dengan adanya Smart Lab atau Smart Campus, ini bisa meningkatkan APK kita lebih bagus lagi. Korea Selatan sudah di angka 90 persen, sementara kita masih 30 persen,” paparnya.
Ke depan, Dadang menegaskan perkuliahan juga akan dilakukan secara virtual, alias tak lagi berada dalam ruangan di mana dosen dan mahasiswa bertemu. Founder Desktop IP, Phidi Soepangkat menjelaskan, perusahaannya didirikan pada tahun 2009 di Amerika Serikat. Tahun 2011 Desktop IP mulai mengembangkan diri di dalam negeri.
“Selama ini Indonesia dijadikan pasar saja. Saya terpacu untuk membuktikan Indonesia bisa menciptakan produk. Perkembangan belakangan semua harus mengarah ke digital. Agar kita bisa berdikari, kita harus punya produk sendiri. Fokus usaha kami virtualization technologi,” papar dia. Di dunia, ia melanjutkan, hanya ada empat perusahaan yang bergerak di bidang virtualization technologi. “Tiga di Amerika Serikat dan satu asal Indonesia yakni kami. Dengan teknologi ini data-data kita bisa terproteksi oleh bangsa kita sendiri. Dimulai dari Bali kerja sama ini. Tujuan ke depan adalah membangun Smart Cultur. Kita ingin mmebangun Smart Campus bermula dari Smart Lab, basis teknologinya adalah virtualization technologi,” tuturnya.
Untuk Smart Lab STIKOM Bali adalah yang pertama di Indonesia. “Untuk Smart Campus STIKOM ini yang kedua setelah UI. Tapi di Bali ini yang pertama,” demikian Phidi.
Pewarta : Bobby Andalan
Editor      : Hana Sutiawati