OLYMPUS DIGITAL CAMERA

Singaraja (Metrobali.com)-

Kerajinan tanah liat jenis “gerabah” di Singaraja, Kabupaten Buleleng, Bali ramai pesanan untuk digunakan sebagai sarana ritual keagamaan.

“Kerajinan yang berbahan baku tanah liat itu digunakan untuk sarana ritual upacara ‘Ngaben’ yang saat ini ramai dipesan,” kata Made Sumawa salah satu penjual dan pengerajin gerabah yang ada di desa Banying, Singaraja. Minggu (3/8) Ia mengatakan, jenis “Gerabah” yang terbuat dari tanah liat tersebut selain digunakan untuk sarana ritual upacara “ngaben” dapat juga dimanfaatkan untuk peralatan rumah tangga.

“Namun, seiring dengan kemajuan jaman ‘gerabah’ jarang digunakan sebagai perabotan rumah tangga,” ujarnya.

Ia menuturkan untuk jenis “gerabah” yang sering digunakan untuk sarana ritual tersebut yakni gentong atau “jedding”, “payuk” atau periuk, “coblong” atau mangkok, “caratan” atau kendi.

Untuk harga yang ditawarkan bervariatif tergantung dari kualitas barang dan ukurannya seperti harga gentong yang berukuran sedang Rp50.000, “payuk” berukuran kecil Rp25.000, “coblong” berukuran kecil Rp20.000 dan “caratan” berukuran sedang Rp 45.000.

Kerajinan tanah liat tersebut dijual dari hasil produksi industri rumah tangga dan umtuk pembuatannya tidak dilakukan setiap hari. Namun, tergantung dari pesanan.

Selain itu, memproduksi kerajinan tanah liat tersebut sudah dilakukan secara turun temurun. “Kami juga memproduksi berbagai jenis patung manusia yang berkarakter lucu dan pot-pot bunga dengan berbagai jenis ukiran,” ujarnya.

Untuk harga yang ditawarkan untuk sebuah patung dibandrol Rp500 ribu hingga Rp6 juta tergantung dari ukuran dan kerumitan pembutan, sedangkan harga untuk pot bunga dibadrol seharga Rp50.000 hingga Rp500 ribu tergantung ukuran dan kerumitan ukirannya.

“Selain wisatawan lokal, banyak juga dibeli oleh wisatawan asing seperti Belanda dan Australia yang sedang berlibur,” ujarnya. AN-MB