Foto: Kepala LLDIKTI Wilayah VIII, Prof. Dr. Drs. I Nengah Dasi Astawa, M.Si.,(kanan) bersama Ketua STMIK Primakara Made Artana, S.Kom.,M.M., (kiri).

Denpasar (Metrobali.com)-

Tahun 2021 membawa semangat dan harapan baru bagi seluruh lini kehidupan, termasuk dalam bidang pendidikan. Perguruan tinggi dituntut untuk dapat menjadi ladang inovasi bagi seluruh individu yang ada di dalamnya, termasuk mahasiswa serta dosen.

Prof. Dr. Drs. I Nengah Dasi Astawa, M.Si., sebagai Kepala LLDIKTI Wilayah VIII yang selalu menjadi panutan sumber inspirasi bagi seluruh civitas akademika STMIK Primakara berbagi ilmu demi mewujudkan “Kampus Idola Generasi Millenial & Post-Millenial”. Kegiatan digelar di aula kampus STMIK Primakara, Jalan Tukad Badung Nomor 135 Denpasar, Selasa (12/1/2021) dengan penerapan protokol kesehatan dan disiarkan melalui live streaming di akun YouTube PrimakaraTV.

Ketua STMIK Primakara Made Artana, S.Kom.,M.M., mengungkapkan kegiatan ini untuk menerima arahan dari LLDIKTI Wilayah VIII  untuk mewujudkan kampus idola. “Kami ingin jadikan STMIK Primakara benar-benar sebagai kampus idola bagi generasi muda. Ini topik penting karena customer kita generasi Y (generasi millennial) dan generasi Z (post-millenial). Kami butuh masukan ide cemerlang Prof Dasi,” papar Artana.

Artana juga memaparkan sejumlah capaian STMIK Primakara sebagai kampus IT yang  usianya yang baru 7 tahun. Pertama, reakreditasi sudah dilakukan dengan hasil yang cukup membanggakan bagi kampus yang masih berusia belia ini yakni dengan hasil akreditasi institusi dengan nilai B dan akreditasi  seluruh program studi (prodi) meraih nilai B pula.

Peringkat kampus yang dikenal sebagai Technopreneurship Campus ini di tingkat nasional juga cukup membanggakan dan meningkat dari tahun ke tahun. Di tahun 2019 STMIK Primakara berada di peringkat 256 nasional dan melesat jauh ke peringkat 170 nasional di tahun 2020. Untuk di Bali sendiri STMIK Primakara masuk peringkat 5 dalam hal peringkat perguruan tinggi swasta (PTS).

Target dalam beberapa tahun ke depan STMIK Primaka masuk 100 besar nasional. “Tentu juga berharap bisa peringkat satu di Bali,” kata Artana yang juga dikenal sebagai pengusaha sukses, pernah menyabet Juara I Penggerak Wirausaha Muda Berprestasi Tingkat Nasional tahun 2017 dan peraih CYEA (Creative Young Entrepeneur Award) dari Junior Chamber International.

STMIK Primakara juga terus melakukan transformasi meningkatkan kualitas layanan pendidikan dan memenuhi berbagai standar internasional serta meneguhkan diri sebagai salah satu Kampus IT ternama di Indonesia. Pandemi Covid-19 yang tengah melanda juga tidak menghalangi STMIK Primakara untuk meraih prestasi yang dibuktikan dengan mengantongi dua sertifikat ISO yakni ISO 9001:2015 dan ISO 21001:2018 yang diraih di akhir tahun 2020.

ISO 9001:2015 merupakan sertifikasi internasional untuk sistem manajemen mutu. Tujuan dari ISO 9001:2015 untuk meningkatkan standar mutu di STMIK Primakara agar dapat meningkatkan kepuasan baik kepuasan stakeholder maupun pihak berkepentingan.

Sementara ISO 21001:2018 merupakan sertifikasi internasional untuk sektor Pendidikan. Tujuan dari ISO 21001:2018 ini adalah untuk memberikan dan meningkatkan mutu, kualitas, layanan pendidikan, serta output di STMIK Primakara.

“STMIK Primakara satu-satunya kampus di Bali yang punya dua ISO ini. Bagi kampus yang baru berusia 7 tahun rasanya susah mencapai dua ISO ini tapi dengan kerja keras bisa kami capai,” ungkap Artana.

Eksistensi dan prestasi STMIK Primakara makin lengkat dengan menyabet dua kategori penghargaan dari LLDIKTI  Wilayah VIII di penghujung tahun 2020. STMIK Primakara dinobatkan dan dianugerahkan sebagai PTS dengan Inovasi terbanyak dan PTS PD Dikti (Pangkalan Data Pendidikan Tinggi) terbaik.

“Kalau ingin lihat manajemen kampus bagus atau tidak lihat datanya. Kalau pengelolaan datanya bagus artinyanya manajemennya baik,” pungkas Artana.

Harus Jumping dan Running

Kepala LLDIKTI Wilayah VIII, Prof. Dr. Drs. I Nengah Dasi Astawa, M.Si.,mengajak STMIK Primakara melompat dan berlari kencang jangan berjalan lelet seperti penyu. “Harus berlari kencang di era disrupsi,” pesan akademisi murah senyum ini.

Baginya ada tiga hal yang menyebabkan PTS unggul yakni pelayanan, kecepatan, ketepatan. “Servis bagus tidak cukup tapi  harus berikan superior service, ditambah speed dan ketepatan. Bangun perguruan tinggi berkualitas dalam peradaban canggih berbasis cinta kasih agar bisa jumping (melompat) dan running (berlari),” ujar Prof Dasi.

Ia lantas menjabarkan ada beberapa langkah agar sebuah kampus mampu menjadi “Kampus Idola Generasi Millenial & Post-Millenial.” Pertama, kampus tampil beda. Kedua, kampus sehat. Ketiga, kampus berkualitas. Keempat, baru menjadi kampus idola. Terakhir, sebagai kampus masa kini.

Untuk menjadi kampus tampil beda maka kampus harus menjadi sebagai sebagai center of excellent (pusat unggulan), center of civilization building (pusat peradaban), human development center (pusat pengembangan SDM), center of culturing (pusat membangun budaya) serta sebagai sebagai center of character and social building (pusat pembentukan karakter dan interaksi sosial).

Setelah tampil beda maka kampus tetap harus sehat. Prof Dasi lantas menguraikan ciri-ciri kampus sehat. Pertama, tidak ada konflik, kalau kampus tidak ada konflik akan jadi nyaman bagi segenap civitas akademika. Kedua, Tri Dharma Perguruan Tinggi berbasis regulasi. STMIK Primakara sudah melakukan itu buktinya dengan penghargaan dari LLDIKTI Wilayah VIII.

Ketiga, good corporate campus (tata kelola kampus berjalan baik). STMIK Primakara sudah melakukan tata kelola yang baik buktinya dengan penghargaan LLDIKTI dan meraih dua ISO sebagai standar internasional terkait tata kelela organisasi yakni ISO 9001:2015 dan ISO 21001:2018 yang diraih di akhir tahun 2020. “ISO sudah banyak diraih berarti STMIK Primakara punya good corporate campus,” tegas Prof Dasi.


Keempat, everything running well (semua proses dan pelayanan berjalan baik). Pelayanan yang bagus bisa dicapai dengan berbasis teknologi. “Teknologi menyederhanakan segala sesuatunya. Lalu campus bisa jumping,” kata Prof Dasi.

Kelima, well trusted (dipercaya oleh civitas akademika, pubik dan stakeholder). Kuncinya, kata Prof Dasi, utamakan kejujuran segenap civitas akademika. Kejujuran bisa menghasilkan kepercayaan. “Kampus yang jujur dipercaya customer. Kalau tidak jujur masuk kubur,” seloroh Prof Dasi.

Selanjutnya sebuah kampus yang sehat tentu menjadi modal kuat menjadi kampus berkualitas. Untuk menjadi kampus berkualitas harus ditunjang dengan human resource (SDM berkualitas), focus on quality (fokus pada kualitas). Lalu comply with regulation (seluruh civitas akademika taat dengan regulasi).

Kampus yang berkualitas juga harus mampu menciptakan everybody is happy and enjoy (setiap orang bahagia dan senang menikmati berada di kampus, dosen melayani berbasis profesionalisme). Yang tidak kalah penting pula humanely reward and punishment oriented (harus seimbang reward and punishment). Dosen yang rajin diberikan penghargaan, yang malas diberikan teguran, sanksi. Jangan sampai nila setitik rusak susu sebelanga.

“Jadi kampus yang mampu tampil berbeda, sehat dan kampus berkualitas bisa jadi idola generasi milenial dan post milenial,” tegas Dasi Astawa.

Jadi Kampus Idola, Ini Caranya

Lantas ia memberikan tips praktis bagaimana strategi menjadi kampus idola bagi millenial dan post-millenial. Pertama, kampus harus mampu memahami keinginan dan kebutuhan generasi muda. Misalnya, beber Prof Dasi, WiFi kampus harus punya kecepatan tinggi (kencang). Generasi muda senang shoping, jadi kampus harus bisa seperti one stop shopping, one stop solution.

“Kantinnya  harus keren. Ada juga ruang untuk membangkitkan kreativitas generasi muda. Kalau bisa kampus agar hidup 24 jam,” saran Prof Dasi.

Kedua, kampus harus menjadi fleksibel dan dinamis. Kata Prof Dasi, di era sekarang kampus jangan statis konservatif. Misalnya di hari tertentu, dalam hal pakaian ke kampus, boleh bebas asal sopan dan rapi. Media ekspose diri tetap dalam batas normal. “Kampus sediakan dong konsultan jodoh, konsultan cinta. Itu adalah untuk pangsa pasar generasi muda,” cetus Prof Dasi.

Ketiga, kampus idola harus didukung kualitas SDM mumpuni. Contohnya dosen wajib S-3 (doktor). SDM kampus harus mampu memberikan atmosfer pelayanan yang ramah. “Bangun kehidupan kekeluargaan yang selalu dikenal, ada nilai-nilai yang ditinggalkan,” sarannya.

Keempat, untuk menjadi kampus idola maka kampus harus mampu membangkitkan dan menciptakan rasa memiliki segenap civitas akademika hingga alumni. Kampus harus mampu mendapatkan dukungan penuh dari alumni. “Perguruan tinggi hebat karena dicintai alumninya. Jadi ciptakan kolaborasi, hubungan harmonis kampus dengan seluruh alumni dan civitas akademika,” tutur Prof Dasi.

“Intinya kampus idola itu seperti laki-laki tampan dan perempuan cantik yang baik hati. Kampus idola itu harus jadi seperti pacar kedua dan rumah kedua bagi segenap civitas akademika,” pungkas Prof Dasi.

Selanjutnya ketika suatu kampus sudah menjadi idola maka itulah kampus masa kini. Indikatornya, pertama adanya 6E yakni enjoy (kampus menyenangkan), enthusiast (datang ke kampus seperti mendapatkan energi), emotion (tidak ke kampus rasanya ada yang hilang, kampus jadi pacar kedua, rumah kedua), effective dan efficient (kampus memberikan pelayanan yang efektif dan efisien), endurance (daya tahannya bagus)

Kedua, kampus masa kini mempunyai 3T oriented (transfer pengetahuan, transfer teknologi, dan transfer data). Ketiga, innovative, menjadi kampus yang banyak inovasi. Contohnya STMIK Primakara di masa pandemi Covid-19 melahirkan sejumlah inovasi untuk membantu penanganan pandemi Covid-19.

Keempat, productive (produktif), tidak malas. Kelima, networking, punya jaringan luas dengan stakeholder dunia usaha/industri, pemerintah hingga jaringan ke luar negeri. “Bisa buat double degree dengan kampus dari negara lain, bisa joint curriculum, joint research, student exchange. Kolaborasi jadikan modal kampus mendunia,” papar Prof Dasi. (wid)