KemenKopUKM, IWI dan SMESCO Gelar “Future Wellness Tradition”, Dukung KEK Sanur menjadi Pusat Tradisi Wellness Indonesia
Foto: Foto: Acara Future Wellness Tradition pada Senin, 14 November 2022, di Bali Collection, ITDC Nusa Dua, Badung menguatkan komitmen membawa tradisi wellness Indonesia ke pasar global.
Nusa Dua (Metrobali.com)-
Presidensi Indonesia pada G20 tahun 2022, menjadi momentum untuk mendorong industri wellness Indonesia lebih mendunia. Kesempatan emas ini pun digarap dengan serius oleh Kementerian Koperasi dan UKM (KemenKopUKM) bersama SMESCO Indonesia bekerjasama dengan Indonesia Wellness Institute (IWI) dengan menggelar kegiatan Future Wellness Tradition pada Senin, 14 November 2022, sebagai salah satu side event G20.
Event Future Wellness Tradition sebagai upaya meningkatkan kesadaran terhadap wellness dan semakin mempromosikan industri wellness di Indonesia ini mengangkat tema “Local Wisdom for Global Sustainability” dan menjadi bagian rangkaian kegiatan Future SMEs Village yang berlangsung 10 November-19 November 2022, di Bali Collection, ITDC Nusa Dua, Badung, Bali.
Acara ini diisi dengan pameran produk wellness Indonesia termasuk dari Bali dan juga intimate networking session yang menjadi ajang sharing dari para pelaku industri wellness dan stakeholder terkait. Di akhir seluruh rangkaian acara akan ditutup dengan Deklarasi Bali yang berisi visi pengembangan wellness Indonesia dan dunia yang dituangkan dalam 10 Bali Principle.
Acara ini dihadiri oleh Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki, Dirut InJourney Dony Oskaria, CMO InJourney Maya Watono, Ketua Bali Tourism Board Ida Bagus Agung Partha Adnyana, para pengurus IWI, delegasi internasional dan stakeholder lain yang terkait dengan industri wellness Indonesia serta para pembicara dan lainnya.
Kegiatan Future Wellness Tradition ini diharapkan mampu mendorong posisi industri wellness Indonesia di dalam peta wellness dunia, sehingga menjadikan ekosistem wellness Indonesia terbentuk lebih luas, inklusif, dan berdaya saing dengan mengangkat kekuatan tradisi yang otentik dan beragam.
Future Wellness Tradition ini bertujuan menghadirkan kekayaan tradisi wellness Indonesia melalui showcase produk dan pengalaman otentik. Para stakeholder dan pengunjung dapat merasakan langsung keunikan dan manfaat dari produk serta program wellness yang dimaksud.
Kedua, menjadi sesi sharing dan diskusi lintas stakeholder ekosistem wellness Indonesia dan global. Kegiatan akan dimulai dengan paparan roadmap pengembangan wellness Indonesia oleh IWI yang kemudian dilanjutkan dengan sesi berjejaring.
Ketiga, memberikan kontribusi pemikiran sekaligus mematenkan positioning Indonesia dalam peta wellness dunia melalui ‘Deklarasi Bali’ yang mengandung sepuluh poin tentang visi misi dan strategi pengembangan wellness Indonesia dan global.
Ketua Indonesia Wellness Institute (IWI) Paulus Mintarga dalam sambutannya mengungkapkan definisi wellness menurut Global Wellness Institute (GWI) adalah upaya aktif melakukan berbagai aktivitas dan pilihan gaya hidup yang mengarah pada satu kondisi sehat yang holistik (dalam multi dimensi wellness). Multi dimensi itu sendiri terdiri dari mental, spiritual, emosional, fisik, lingkungan alam, dan sosial.
“Intinya wellness adalah gaya hidup berkualitas. Tidak hanya aspek Kesehatan, wellness juga punya potensi ekonomi yang pesar,” ujar Paulus Mintarga.
Wellness menjadi semakin esensial karena gaya hidup tidak sehat mengarah pada penyakit kronis yang merajalela. Penyakit kronis bertanggung jawab pada 71% kematian secara global. Untuk jangka panjang, penyakit kronis adalah tantangan terbesar dari kesehatan publik yang disebut sebagai “emerging pandemic.”
Di sisi lain, pengeluaran atau belanja kesehatan telah mencapai kisaran 10% dari GDP global. Pertumbuhan nilai belanja kesehatan sekarang lebih besar dibanding pertumbuhan ekonomi. Kendala spesifiknya berbeda-beda dari satu negara ke negara lainnya. Namun, kebanyakan melibatkan isu yang berkembang dengan faktor biaya, kebutuhan kesehatan dan ketimpangan pada akses perawatan kesehatan.
Secara global pada tahun 2021, nilai ekonomi wellness dunia diperkirakan senilai USD 4.5 triliun atau setara dengan 63 ribu triliun rupiah. Ini adalah industri dengan ukuran kolosal. Menurut data dari IMF, industri wellness juga diestimasikan mewakili 5,6% ekonomi global di tahun 2017, dimana pada tahun yang sama pengeluaran kesehatan dunia adalah USD 8 triliun.
“Pertumbuhan industri wellness 6,6 perse, lebih tinggi di atas pertumbuhan ekonomi rata-rata dunia di angka 4 persen. Bahkan di AS wellness real estate capai 23 persen. Ke depan wellness tourism akan menjadi trend,” papar Paulus Mintarga.
Pada tahun 2020, Indonesia menempati ranking 19 teratas pada pasar industri wellness di dunia. Potensi besar di masa yang akan datang sangat luar biasa mengingat Indonesia mampu memproduksi banyak komoditas penting di industri wellness dan memiliki narasi kuat wellness Indonesia.
“Tapi kenapa wellness Indonesia belum dikenal dunia? Ini karena wellness kita dianggap belum punya DNA. Maka berangkat dari kekuatan tradisi yang kita miliki, kita kembangkan produk wellness yang berkarakter berbasis tradisi. Karena itulah future wellness adalah tradisi, diawali Jawa, Bali dan daerah lain karena banyak daerah lain belum digali,” terang Paulus Mintarga.
Wellness Indonesia juga diyakini akan makin berkembang dengan adanya Rumah Sakit Internasional yang dibangun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) bidang Kesehatan di Sanur, Denpasar yang disebut juga sebagai KEK Sanur Tradisi Wellness Indonesia dimana RS Internasional ini direncanakan akan beroperasi pada tahun 2023. Lalu IWI optimis di tahun 2025 wellness Indonesia bisa go internasional.
Indonesia Wellness Institute (IWI) sebagai provider wellness di Indonesia memiliki peran untuk mendorong industri wellness semakin tumbuh dan berkembang. IWI memberikan edukasi, fasilitasi, sertifikasi, standarisasi, termasuk riset dan penjaringan untukmendorong wisata kebugaran di Indonesia.
Ketua Dewan Pembina Indonesia Wellness Institute (IWI) Gibran Rakabuming yang memberikan sambutan secara daring mengungkapkan IWI merupakan inisiasi untuk mengkonsolidasikan narasi besar wellness nusantara sekaligus menghadirkan produk-produk wellness tradisional terbaik di Indonesia. IWI hadir dengan berbagai program kesehatan masyarakat berbasis aspek preventif dan promotif, menumbuhkan wellness economy yang lekat dengan UMKM dan pariwisata berbasis kuliner sehat, wisata olahraga, hingga obat-obatan herbal dan jamu.
IWI melakukan eksplorasi tradisi wellness Indonesia dengan percontohan pada tradisi Jawa Wellness dan Bali Wellness. Salah satu contoh dari Jawa Wellness adalah tari beksan yang mengekspresikan estetis tubuh yang dibalut dengan kekuatan keseimbangan dan irama.
Gibran juga menyambut baik inisiasi Kawasan Ekonomi Khusus Sanur yang tersentralisasi seputar dunia kesehatan dan aspek wellness. “IWI siap mendukung KEK Sanur sebagai salah satu tradisi wellness Indonesia,” tegas Gibran yang juga Walikota Solo ini
Menteri Koperasi dan UKM Teten Masduki mengapresiasi dan menyambut baik event Future Wellness Tradition ini yang juga memberikan gambaran betapa penting dan krusialnya pengembangan wellness sebagai masa depan UMKM Indonesia.
“Sekarang ini permintaan dunia di negara-negara maju terhadap wellness produk terus bertumbuh, nilainya sekitar 16 ribu triliun. Kita memiliki potensi yang luar biasa, punya kekayaan biodiversity yang luar biasa yang menjadi sumber produk dari wellness. Dan kita juga punya tradisi wellness Jawa, wellness Bali, dan daerah lain. Jadi ini menjadi kekuatan ekonomi ke depan terutama UMKM,” papar Teten.
“Bahkan bisa kita katakan wellness ini nanti menjadi unggulan UMKM kita yang punya nilai komparatif jauh luar biasa. Jadi ini yang perlu kita terus lakukan riset dan pengembangan produknya dan saya optimis untuk itu,” sambung Teten didampingi Sekjen Indonesia Wellness Institute (IWI) Ida Bagus Agung Gunarthawa.
Dia mencontohkan produk wellness yang juga punya potensi besar seperti produk herbal contohnya jamu. Selain itu ada juga produk wellness yang berbasis minyak atsiri sebagai terapi aromatik atau aromaterapi. “Jadi saya optimis produk-produk seperti itu akan menjadi unggulan UMKM kita ke depan,” tegas Teten.
Dirinya juga menyinggung Rumah Sakit Internasional yang dibangun di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) bidang Kesehatan di Sanur, Denpasar juga akan menjadi Kawasan Wellness Indonesia. “Ini akan jadi faktor pembeda, industri wellness Indonesia akan punya posisi tawar kuat dan mengoptimalkan Kawasan Ekonomi Khusus di Sanur,” terangnya.
Sebagai penutup, Teten mengucapkan selamat kegiatan Future Wellness Tradition ini telah melahirkan Deklarasi Bali dengan 10 prinsip untuk pengembangan wellness menuju pasar global. “Semoga dapat mendorong pelaku UMKM wellness Indonesia bertumbuh,” harapnya.
Sementara itu Sekjen Indonesia Wellness Institute (IWI) Ida Bagus Agung Gunarthawa mengungkapkan Presidensi Indonesia dalam G20 menjadi momentum yang tidak boleh kita lewatkan untuk mengangkat industri wellness Indonesia di dunia. “Kita merasa ini sangat strategis dan urgent untuk dieksekusi. Apalagi Indonesia punya keragaman tradisi, budaya dan alam yang luar biasa sehingga memang sangat berpotensi untuk melakukan pengembangan wellness,” ungkapnya.
Tradisi wellness Indonesia terdiri dari lima substansi yaitu herbal, food & nutrition serta supplement, aromatic, physical activities, sport & exercise, dan terakhir adalah therapy. Beberapa contoh Industri wellness Indonesia adalah Jawa wellness dan Bali wellness. Jawa wellness terdapat Acaraki (Jamu), Beksan Nyawiji, Rijsttafel Jawa, Setaman Pura Aroma, dan Pijat Kungkum. Sedangkan di Bali wellness terdapat Tirtayatra (meditasi), Pelukatan (purification & 5 senses treatment), Pratiti (reflection), Lotoh (therapy dan herbal), dan Mejejaitan (exercise).
Lebih lanjut Agung Gunarthawa mengungkapkan Bali sangat kaya dengan produk wellness mulai dari literasi, narasi, tradisi serta living culture yang masih dilakukan hingga hari ini. “Dan itu adalah selling point kita karena kita memang masih melakukannya. Hanya saja kita tidak sadar, kita tidak merasa itu sebagai potensi yang bsia dikembangkan dan memberikan benefit. Maka melalui gerakan Future Wellness Tradition ini, kita gaungkan bagaimana tradisi wellness ini justru yang menjadi masa depan wellness global yang kita dorong,” papar Agung Gunarthawa yang juga Founder Samsara Living Museum ini.
Lebih lanjut dikatakan, wellness ini menjadi penting karena dari kacamata trend kesehatan global atau global health architecture pasca pandemi Covid-19, orang semakin aware dan peduli dengan kesehatan, quality of life dan wellness.
“Sehingga kalau kita tidak bergerak cepat mengkonsolidasi stakeholder, penguatan produk, narasi hingga pemasaran, ya kita mungkin hanya menjadi korban lagi, maksudnya hanya menjadi pasar saja. Maka dari itu kita mencoba mengambil inisiatif di Indonesia Wellness Institute bersama Kementerian Koperasi dan UKM, serta SMESCO dalam side event G20 menggelar Future Wellness Tradition,” terang Agung Gunarthawa yang juga CEO BITHUB (Bali Initiative Hub) ini.
Acara Future Wellness Tradition ini memberikan banyak insight positif dan informasi menarik dengan adanya Intimate Networking Sharing Session yang menghadirkan sejumlah pembicara untuk berbagi tentang industri wellness. Mereka diantaranya Nicolas Buchoud (Advisor to The Dean, Asian Development Bank Institute, Tokyo), Maya Watono (Chief Marketing Officer at InJourney), Lewi Cuaca (Lewi’s Organics/IWI), Arlin Chondro (Peek Me Naturals/IWI), Ida Bagus Agung Gunartawa (IWI/Samsara Living Museum), Venkatachalam Anbumozhi (Director of Research Strategy an Innovation, Economic Research Institute for ASEAN and East Asia). Intinya para pembicara ini sepakat bahwa Indonesia punya potensi besar mengembangkan produk wellness dan bisa masuk ke pasar global dengan berbagai keunikan yang dimilikinya.
Sementara itu Deklarasi Bali yang berisi visi pengembangan wellness Indonesia dan dunia dituangkan dalam 10 Bali Principle. Kesepuluh prinsip dalam Deklarasi Bali ini yakni memperbarui visi kesehatan, mendorong pendekatan holistik, menjembatani pembangunan pedesaan dan perkotaan, mempromosikan nilai aset budaya tak benda, mempromosikan kegiatan menuju pariwisata berkelanjutan, fokus pada mekanisme keuangan berkelanjutan, menghubungkan budaya dan spiritualitas melalui peningkatan kapasitas, menyusun strategi yang kohesif, mengukur kemajuan, terakahir memanfaatkan jaringan dan kemitraan. (wid)
Tinggalkan Balasan
Anda harus masuk untuk berkomentar.