Keterangan foto: Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) berkunjung ke Gresik untuk melihat adanya progres rencana operasional pilot plant garam industri dan pengembangan prototipe kincir air, Kamis (6/5/2021)/MB

Gresik (Metrobali.com) –

Dukungan bagi produk inovasi karya anak bangsa untuk mempercepat hilirisasi industri yang lebih baik di sektor kelautan dan perikanan terus dilakukan. Kali ini Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) berkunjung ke Gresik untuk melihat adanya progres rencana operasional pilot plant garam industri dan pengembangan prototipe kincir air yang nantinya mampu meningkatkan produksi udang nasional sebanyak 250 persen, Kamis (6/5/2021). Kunjungan ini dilaksanakan oleh Deputi Bidang Koordinasi Sumber Daya Maritim Safri Burhanuddin dan juga Asisten Deputi (Asdep) Hilirisasi Sumber Daya Maritim Amalyos Chan.

“Pilot plant garam industri merupakan hasil kerja sama dengan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT). Kapasitasnya nanti kita tingkatkan menjadi kira-kira 40.000 ton per tahun dan bisa running 72 jam. Sudah beberapa kali kita uji coba terus untuk running dari pilot plant ini dan diharapkan nanti desain ini bisa kita gunakan di kawasan sentra garam industri di kawasan lainnya,” kata Deputi Safri saat dimintai keterangan secara terpisah (06/05/2021).

Pilot plant garam di Gresik dikerjakan antara Kemenko Marves, BPPT, dan PT Garam. BPPT menjadi pendesain utama dari pilot plant di Gresik, sedangkan PT Garam yang menyediakan garam dan tempat yang bisa digunakan untuk desain dari pilot plant garam industri tersebut. Beberapa kali pengujian sudah dilakukan melalui pilot plant tersebut, misalnya saat optimasi dan uji dari garam rakyat yang diolah menjadi garam industri dengan kualitas K1, K2, dan K3 dengan tingkat keberhasilan pemurnian sampai 99,9 persen.

“Saat ini pilot plant garam industri di Gresik sudah masuk dalam tahapan uji coba untuk dilihat efisiensi dari cost yang dikeluarkan. Dalam artian, dengan desain plant garam industri yang seperti ini, apakah efisiensi dari cost yang perlu kita keluarkan semakin tinggi atau rendah. Jika semakin tinggi, maka desain mungkin perlu untuk diperbaiki sedikit,” tambah Deputi Safri.

Selain itu, Deputi Safri dan Asdep Amalyos juga berkunjung ke salah satu pabrik manufaktur dari PT Barata Indonesia yang melakukan produksi kincir air buatan anak bangsa dengan desain kincir yang berasal dari Politeknik Kelautan dan Perikanan (Poltek KP) Sidoarjo.

“Ini merupakan tindak lanjut dari penandatanganan nota kesepahaman antara PT Barata Indonesia dan Poltek KP Sidoarjo Maret lalu di Lombok. Sekarang kita sudah akan memetik hasilnya, dimulai dari adanya launching kincir air ini di lokasi industri yang ada di Gresik,” ujar Deputi Safri.

Deputi Safri menambahkan bahwa tahun ini kita sudah bisa memenuhi kebutuhan kincir air untuk tambak semi intensifikasi dan tambak intensifikasi yang ada di Indonesia. Target dari adanya produksi udang nasional sebesar 250 persen diharapkan dapat tercapai pada tahun ini. Selain itu diharapkan juga terdapat inovasi baru dari kincir air ini dengan menggunakan tenaga surya, dibandingkan tenaga listrik.

“Kedepannya, kita sedang coba dorong lagi untuk penggunaan tenaga listrik di kincir air kita ini, bisa diganti dengan tenaga surya,” tutup Deputi Safri saat diminta keterangannya. RED-MB