Nusa Dua (Metrobali.com)-

Kementerian Kesehatan memfokuskan pengentasan penyakit malaria pasca-program “Millenium Development Goals” (MDGs) 2015 mengingat kasus tersebut tercatat masih tinggi di beberapa daerah di Indonesia.

“Masih ada enam daerah yang tercatat tinggi kasus malaria,” kata Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi usai membuka pertemuan Tingkat Menteri APEC di Nusa Dua, Kabupaten Badung, Bali, Selasa (24/9).

Menurut dia, keenam daerah yang masih tinggi kasus malaria di antaranya Papua Barat, Papua, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Bangka Belitung.

Meski demikian sebagian besar provinsi di Tanah Air sudah berhasil menurunkan kasus malaria hingga di bawah 1 “Annual Paracite Incidence” (API) atau Angka Kesakitan Malaria.

Diperlukan kerja keras agar Indonesia dapat menurunkan angka API sesuai target MDGs 2015, yaitu 1 per 1000 penduduk dengan jumlah malaria mencapai 417 ribu kasus pada tahun 2012.

“Kita bantu sepenuhnya supaya masyarakat bisa menekan dan menurunkan dengan cepat malaria,” ucap Nafsiah.

Beberapa upaya penanggulangan malaria di Indonesia telah dilakukan di antaranya mengaktifkan Forum Gebrak Malaria di 10 propinsi tahun 2013, meningkatkan jumlah Malaria Center terutama di wilayah timur Indonesia, penguatan ribuan pos malaria desa (Polmaldes) di seluruh Indonesia, pemberian bantuan berupa kelambu, “rapid diagnostic test” (RDT) dan obat anti-malaria.

Selain malaria, Kementerian Kesehatan juga berkonsentrasi untuk menurunkan angka penyebaran penyakit menular lain yakni HIV dan tuberculosis.

Pemerintah juga memfokuskan kepada daerah yang memiliki angka kematian ibu dan anak yang tinggi dalam program tujuan pembangunan milenium itu.

Indonesia bersama dengan Inggris dan Liberia ditunjuk oleh Perserikatan Bangsa-Bangsa untuk menyusun kerangka agenda pembangunan pasca-2015 yang telah diserahkan kepada Sekretaris Jenderal PBB Ban-ki Moon.

Salah satu prioritas dalam agenda pembangunan pasca-2015 tersebut adalah pengentasan kemiskinan dan kesehatan. AN-MB