Denpasar (Metrobali.com)-

Tingkat kelulusan siswa Sekolah Menengah Pertama (SMP) 10 Denpasar, Bali, mencapai 100 persen dari 318 siswa yang terbagi menjadi delapan kelas, kata Kepala Sekolah SMP 10 Denpasar, Drs I Ketut Sukartha di Denpasar, Sabtu.

“Tingginya tingkat kelulusan di SMP tersebut karena upaya yang dilakukan para guru mendorong para siswa-siswinya mengkuti pelajaran secara maksimal,” kata I Ketut Sukartha.

Ia mengatakan bahwa salah seorang siswa SMP 10 Denpasar meraih peringkat ketiga setelah SMP 1 dan SMP 3 Denpasar.

“Peraih nilai tertinggi di SMP 10 tersebut adalah I Putu Adi Lalab dengan nilai rata-rata 9,3,” jelasnya .

Menurut Sukartha, sistem belajar siswa di SMP 10 Denpasar itu dibentuk kelompok belajar ketika mamasuki kelas IX dan memberikan pendidikan ekstra bagi siswa yang nilainya di bawah rata-rata.

Dengan demikian, secara perlahan para siswa akan semakin terpacu untuk terus meningkatkan kualitas akademiknya sehingga bisa bersaing dengan siswa yang lainnya.

Saat pengumuman kelulusan siswa diwajibkan menggunakan pakaian sembahyang (pakaian adat Bali) untuk mengantisipasi adanya aksi coret-coret baju.

Sebelum pengumuman kelulusan para guru memberikan pengarahan agar anak didiknya tidak terpengaruh dengan budaya coret-coret baju yang sangat tidak mendidik bagi generasi muda dan tidak tanggung-tanggung para guru berjanji akan meberikan sanksi tegas kepada siswanya yang melanggar.

Di sisi lain, para siswa yang berpakaian adat tersebut sebagian membawa pakaian sekolah sebagai ganti untuk melakukan aksi coret-coret baju yang tidak jauh dari sekolahnya.

Aksi coret-coret baju tersebut merupakan ungkapan kebahagiaannya bisa menyelesaikan pendidikan SMP dan melangkah ke jenjang yang lebih tinggi.

Sementara itu, Sukartha mengatakan biasanya siswa yang melakukan aksi coret-coret baju itu adalah siswa yang nilai akademiknya rendah dan melakukan tindakan itu karena ikut-ikutan dan tidak tahu makna dan dampaknya. INT-MB