Foto: Pengurus Kelenteng Caow Eng Bio Nyoman Suarsana Hardika berfoto bersama pasangan pengantin Hans Christian dan Vivi dan keluarga usai melangsungkan ritual Visudhi Tisarana dan upacara pernikahan di Kelenteng Caow Eng Bio pada Selasa siang 16 Januari 2024.

Badung (Metrobali.com)-

Kelenteng Caow Eng Bio yang berlokasi di Tanjung Benoa, Kabupaten Badung yang merupakan kelenteng tertua di Bali melayani umat yang menjalani ritual upacara Visudhi Tisarana atau upacara pindah agama dari agama lain ke agama Budha sekaligus upacara pernikahan pasangan pengantin Hans Christian dan Vivi pada Selasa siang 16 Januari 2024.

Upacara ini turut disaksikan Dewan Pertimbangan Kelenteng Caow Eng Bio Nyoman Suarsana Hardika bersama Ketua Pengurus Kelenteng Chaow Eng Bio I Made Juanda Aditya dan para pemangku atau Bio Kong Klenteng atau Kongco ini. Pihak keluarga kedua mempelai dan para tamu undangan juga turut hadir menyaksikan momen berbahagia ini.

Dewan Pertimbangan Kelenteng Caow Eng Bio Nyoman Suarsana Hardika mengungkapkan bahwa pada tanggal 16 Januari 2024 Kelenteng Caow Eng Bio mengadakan dua upacara yakni pertama adalah Visuddhi Tisarana atau upacara pindah agama, dari agama lain ke agama Budha. Kemudian upacara yang kedua adalah pernikahan  sesuai dengan agama Budha di Kelenteng Caow Eng Bio.

Alasan digelarnya upacara Visuddhi Tisarana tersebut adalah karena kedua mempelai sebelumnya memeluk kepercayaan lain. Sementara persyaratan untuk di bisa dinikahkan secara Budha yakni harus diupacarai Visuddhi Tisarana atau dilahirkan kembali sebagai umat Budha untuk kemudian berlanjut ke prosesi pernikahan  secara Budha. Sebelumnya upacara serupa juga telah dilaksanakan beberapa kali di Kelenteng Caow Eng Bio.

Sementara untuk pasangan yang menikah kali ini, mempelai pria aslinya berasal dari Surabaya, namun sudah tinggal di Denpasar, sementara istrinya berasal Jakarta dan sekarang sudah pindah berdomisili di Denpasar.

 

Suarsana Hardika mengatakan lebih lanjut, pihak Pengurus Kelenteng Caow Eng Bio sifatnya melayani umat. “Artinya semaksimal mungkin meringankan beban umat dengan memberikan layanan dan persyaratan yang tidak berbelit-belit, sepanjang persyaratan itu lengkap secara administratif. Tujuannya agar tidak ada kendala saat mengurus dokumen-dokumen terkait pernikahan di Kantor Catatan Sipil,” terangnya.

Ditambahkannya, pengurus Kelenteng Caow Eng Bio memberikan kesempatan yang seringan-ringannya karena menurutnya persembahyangan itu tidak harus pakai persyaratan macam-macam. “Kalaupun umat menginginkan yang sederhana, dipastikan kami dari pihak kelenteng akan menyiapkan pelayanan yang sama, dengan dilayani oleh para biokong di Kelenteng Caow Eng Bio,” ungkap Suarsana Hardika seraya menegaskan kelenteng merupakan milik umat, jadi sudah sepatutnya kembali ke umat.

 

Sementara itu Ketua Pengurus Kelenteng Caow Eng Bio I Made Juanda Aditya menambahkan, untuk persyaratan, khususnya administrasi, pihak kelenteng selalu berpatokan pada himbauan dari Departemen Agama dan itu sangat penting bilamana persyaratan ini harus dilengkapi jauh-jauh hari, sebelum acara hari H-nya.

“Jadi ada beberapa hal yang sangat diperlukan dalam melaksanakan upacara pernikahan di Kelenteng Caow Eng Bio, diantaranya adalah surat keterangan belum nikah, di mana surat tersebut harus dikeluarkan oleh Kepala Dinas ataupun kepala lingkungan dari desa yang bersangkutan,” kata Juanda Aditya.

Oleh karena itu, selaku pengurus yang akan melayani umat harus berpedoman pada aturan tersebut. Artinya pihak pengurus kelenteng tidak akan memberikan kebijakan yang lebih apabila persyaratan itu tidak dipenuhi terlebih dahulu.

Untuk administrasi persyaratan berupa data dan berkas tersebut wajib untuk dipenuhi karena itu dasar dari upacara pernikahan di Kelenteng Caow Eng Bio. Sementara terkait administrasi berupa pembayaran atau berupa sumbangan ke klenteng, ia menegaskan, pihak kelenteng tidak pernah meminta administrasi berupa uang.

 

“Ini murni dari keikhlasan dari pemeluk agama untuk menyumbang berapapun nilainya dan kami pihak pengurus kelenteng tidak pernah mengharuskan atau  memasang tarif kepada mempelai atau umat yang ingin mengadakan upacara di Kelenteng Caow Eng Bio,” terang Juanda Aditya.

Pihak Kelenteng selalu terbuka untuk semua umat yang ingin melakukan acara pernikahan, tidak harus mewah maupun harus berlebihan. Jadi jika yang bersangkutan tidak mempunyai dana besar pihak kelenteng akan tetap membantu umat dan apabila memang sama sekali tidak ada dana maka pihak pengurus siap membantu dalam bentuk persembahyangan.

 

Juanda Aditya kemudian mengatakan, jika ada umat yang ingin melakukan upacara pernikahan di Kelenteng Caow Eng Bio, jangan pernah ragu untuk datang untuk mencari informasi terlebih dahulu, baik kepada rohaniawan yang ada di Kelenteng maupun pengurus, karena pihak kelenteng selalu membuka pintu dan membantu umat.

“Jadi kalau memang tidak ada kemampuan dalam bentuk dana, hal tersebut pasti akan dicarikan solusi sehingga upacara akan tetap berlangsung, dan tentunya tanpa mengurangi dari makna upacara itu sendiri,” pungkasnya.

Nyoman Sanjaya selaku Mangku atau Bio Kong di Kelenteng Caow Eng Bio didampingi Biokong Wijaya menjelaskan lebih lanjut mengenai prosesi upacara Visuddhi Tisarana atau upacara pindah agama dari agama lain ke agama Budha sekaligus upacara pernikahan pasangan pengantin ini di Kelenteng Caow Eng Bio.

Diterangkan bahwa pada tanggal 16 Januari 2024 dilangsungkan upacara pernikahan antara pasangan yang berbahagia yakni Hans Christian dan Vivi. Jadi rentetan acaranya adalah saat yang bersangkutan datang dan mau memasuki klenteng, mereka disambut dengan pembersihan berupa beras kuning, kemudian dilanjutkan pembersihan oleh Biokong Wijaya dengan menggunakan api.

Kemudian dilakukan tahapan-tahapan upacara selanjutnya, antara lain, pertama melakukan persembahyangan kehadapan Tuhan yang maha kuasa dan menyampaikan bahwa yang bersangkutan akan melaksanakan upacara pernikahan.

 

Acara diawali dengan melaksanakan upacara Visuddhi Tisarana, sebelum melakukan persembahyangan di pintu utama ke hadapan Dewa Men Shen atau Dewa Pintu dengan harapan bisa dibukakan pintu agar apa yang dilakukan bisa berjalan dengan baik.

Selanjutnya umat melakukan persembahyangan dihadapan para dewa, di altar 3 dan lain-lainnya dimana semua keluarga mempelai ikut sembahyang untuk memohon agar upacara pemberkatan pernikahannya berjalan lancar. Demikian juga di Buddha dilakukan persembahyangan terlebih dahulu untuk mewisudi.

Upacara Visuddhi Tisarana dilakukan mengingat kedua mempelai menganut kepercayaan lain. Setelah upacara Visuddhi Tisarana baru kemudian dilanjutkan dengan acara pemberkatan, memohon kepada Tuhan Yang Maha Esa dan Dewa-Dewi Kelenteng Caow Eng Bio agar langgeng pernikahannya. Acara kemudian dilanjutkan dengan tukar cincin dan penandatanganan dokumen pernikahan, serta penyerahan dokumen pernikahan ke kedua mempelai.

Terkait dengan upacara Visuddhi Tisarana, Biokong Nyoman Sanjaya menjelaskan bahwa upacara ini dilakukan jika pasangan pengantin yang ingin melakukan upacara pernikahan secara Budha, memeluk kepercayaan lain. “Tujuannya adalah  agar upacara yang dilakukan tersebut berasal dari satu kepercayaan sehingga memudahkan untuk pembinaan dalam hubungan keluarga,” jelasnya.

Selaku Biokong, Nyoman Sanjaya berharap agar pasangan Hans Christian dan Vivi bisa hidup bahagia setelah perkawinannya, kemudian diberikan keturunan yang suputra, bisa menjalankan ibadah Budha sesuai dengan kepercayaannya.

Hans Christian dan Vivi juga diharapkan bisa menginformasikan bahwa di Kelenteng Caow Eng Bio di Tanjung Benoa saat ini sudah bisa melayani umat yang ingin melangsungkan upacara pernikahan. “Tanpa biaya pun pihak Kelenteng siap untuk melayani umat semaksimal mungkin,” pungkas Biokong Nyoman Sanjaya.

Purwani selaku orang tua, ibu dari Hans Christian mengungkapkan alasannya melangsungkan pernikahan anaknya di Kelenteng Caow Eng Bio ini. Dikatakannya, segala urusan administrasi sangat dipermudah di Kelenteng Caow Eng Bio. Jadi tidak ada di pungut biaya dan semua dibantu oleh pihak klenteng. Purwani juga mengaku sangat senang dengan pelayanan di Kelenteng Caow Eng Bio.

“Para pengurusnya sangat ramah dan benar-benar melayani umat secara tulus dan ikhlas. Jadi kami sangat berterima kasih kepada para pengurus klenteng, Pandita dan semua yang telah membantu melancarkan prosesi pernikahan anaknya,” tuturnya.

Purwani menegaskan bahwa pihak  klenteng sama sekali tidak meminta biaya apapun, namun ia dengan ikhlas memberi sumbangan agar bisa digunakan untuk membantu umat lain yang tidak mampu. Dalam urusan administrasi Purwani hanya melengkapi surat-surat yang diminta oleh kelenteng seperti KTP, KSK dan akta lahir.

Menurut Purwani prosesi pernikahan di Kelenteng Caow Eng Bio sangat sakral. Oleh karena itu ia merekomendasikan Kelenteng Caow Eng Bio untuk melaksanakan upacara pernikahan.

Sementara itu Hans Christian dan Vivi mengaku bahagia prosesi pernikahan mereka sudah berlangsung lancar, penuh sukacita dan kedamaian di Kelenteng Caow Eng Bio.

Christian mengatakan bahwa ia juga bersyukur semua proses pernikahan berjalan dengan lancar. Kelenteng Caow Eng Bio dipilih sebagai lokasi upacara pernikahan karena lokasinya yang strategis dan mudah dijangkau, selain juga tempat dan pelayanannya yang sangat baik.

Perasaan bahagia juga disampaikan oleh mempelai perempuan,  Vivi. Ia mengaku sangat senang bisa melaksanakan upacara Visuddhi Tisarana dan pernikahan di Kelenteng Caow Eng Bio.

Menurutnya Kelenteng Caow Eng Bio sangat indah dan penuh kedamaian, selain juga pelayanannya yang sangat baik dan ramah. Pasangan suami-istri inipun kompak merekomendasikan Kelenteng Caow Eng Bio sebagai tempat untuk melaksanakan upacara pernikahan.

Ucapan selamat juga disampaikan kerabat dan tamu undangan yang menghadiri prosesi pernikahan pasangan pengantin yang berbahagia Hans Christian dan Vivi di Kelenteng Caow Eng Bio ini.

Untuk diketahui, Kelenteng Caow Eng Bio merupakan kelenteng tertua di Bali yang dibangun tahun 1548 dan menjadi klenteng nomor 5 tertua di Indonesia. Tuan rumah di Caow Eng Bio adalah Dewi Lautan Shui Wei Shen Niang, yang berasal dari pulau Hainan, tepatnya di Desa Dong Chiao, Kabupaten Wenchang.

Kelenteng Caow Eng Bio menjadi satu-satunya di Indonesia yang memiliki Dewi Laut Shui Wei Shen Niang. Di mana Dewi Laut Shui Wei Shen Niang hanya ada di empat negara di dunia, yaitu Thailand, China, Malaysia, dan Singapura. (wid)