Foto: Perpina Bali menggelar Awarding Kelas Jegeg Merdeka Bersinar dan Penyerahan Media Pembelajaran Warga Bina­­­­an Lapas Perempuan Kerobokan pada Kamis 4 Juli 2024.

Badung (Metrobali.com)-

DPD Perempuan Pemimpin Indonesia (Perpina) Provinsi Bali sangat totalitas dan penuh dedikasi tinggi dalam menjalankan program Kelas Jegeg Merdeka Bersinar melalui pendampingan dan pemberdayaan warga binaan selama dua tahun penuh di Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan, Kabupaten Badung. Program ini dijalankan dengan spirit Sinergi Pang Pade Payu atau SIP3 bersinergi dengan GTS Institute Bali.

Dari 265 warga binaan di Lapas Perempuan ini sebelumnya telah lolos 50 orang untuk dibina selama setahun dengan penuh spirit Sinergi Pang Pade Payu dan sudah mendapatkan bantuan Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Republik Indonesia (Kementerian PPPA RI).

Setelah dilakukan penilaian akhir pembinaan, lolos 11 orang yang sudah mengenyam pendidikan kejar paket. Kemudian diberikan awarding untuk 11 orang warga binaan tersebut dan dilakukan test penerimaan mahasiswa baru oleh STIE Satya Dharma Singaraja pada Kamis 4 Juli 2024 dalam acara Awarding Kelas Jegeg Merdeka Bersinar dan Penyerahan Media Pembelajaran Warga Binaan Lapas Perempuan Kerobokan.

Akhirnya diumumkan sebanyak 11 orang perempuan warga binaan  Lapas Perempuan Kerobokan terpilih mendapatkan kesempatan beasiswa kuliah secara blended learning menempuh pendidikan vokasi D-3 Akuntansi di STIE Satya Dharma Singaraja. Pembiayaan sampai tamat untuk 11 orang perempuan warga binaan ini sudah ditanggung oleh para donatur. Aksi nyata ini merupakan kepedulian dari Perpina Bali bersama tim sinergi dengan tekad kuat tetap berkarya di tengah kondisi penuh tantangan sekalipun.

Selama kuliah di STIE Satya Dharma Singaraja, para parempuan warga binaan ini tidak hanya ditempa secara akademik tapi akan dibekali dengan skill kewirausahaan sehingga mereka bisa menjadi wirausaha mandiri bahkan sebelum menamatkan pendidikannya. Mereka juga akan diajar oleh para dosen eksternal dari para praktisi dengan berbagai latar belakang.

 

Diantaranya Pendiri Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Doktor Dewi Motik Pramono, Anggota DPD RI Perwakilan Bali Periode 2024-2029 Ni Luh Djelantik, pengusaha sukses dan owner MS Glow Maharani Kemala, Menteri Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak Bintang Puspayoga, Regional Public Affairs Manager Coca-Cola Europacific Partners (CCEP) Indonesia Armytanti Hanum Kasmito dan masih banyak lagi.

 

Penasihat DPD Perpina Bali yang juga Koordinator Program SIP3 (Sinergi Pang Pade Payu) Doktor Gung Tini Gorda dalam sambutannya mengungkapkan bahwa tim kolaborasi tidak hanya sekedar omong kosong. “Dan di tahun ajaran 2024/2025 ini kami ingin membuktikan bahwa siapapun tanpa batas, tanpa ruang, semua bisa menempuh pendidikan tinggi asalkan yang bersangkutan memiliki niat untuk menempuh pendidikan,” ujarnya.

Gung Tini Gorda juga mengungkapkan, setelah warga binaan perempuan menyelesaikan pendidikan D-3 Akuntansi STIE Satya Dharma Singaraja akan difasilitasi untuk melanjutkan kuliah S-1 Manajemen di kampus yang sama. Selanjutnya, pihaknya akan mengusahakan untuk melanjutkan pendidikan warga binaan tersebut ke jenjang S-2 di Undiknas Denpasar.

Gung Tini Gorda juga menjelaskan alasan pihaknya mengarahkan warga binaan untuk kuliah di STIE Satya Dharma Singaraja adalah karena pihaknya benar-benar ingin mencetak pengusaha, bukan pengangguran, yang sesuai dengan tagline STIE Satya Dharma Singaraja. Nantinya ketika warga binaan yang menempuh program D-3 dan hasilnya bagus maka akan dilanjutkan ke program S1. “Artinya ketika sudah wisuda dari STIE Satya Dharma Singaraja warga binaan ini bisa mendapat 2 gelar sekaligus,” ujarnya.

Dalam kesempatan yang sama Gung Tini Gorda memompa semangat para warga binaan dan berharap Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan bisa menjadi role model bagi lapas-lapas lainnya, begitupun juga STIE Satya Dharma Singaraja. “Saar satu perempuan dididik maka satu generasi terselamatkan, dan ketika satu PTS bergerak diikuti oleh PTS-PTS lainnya di seluruh Indonesia, maka semakin banyak kaum perempuan yang bergelar Sarjana,” pungkasnya.

Sementara itu Ketua STIE Satya Dharma Singaraja Doktor Nyoman Juli Nuryani menjelaskan untuk proses perkuliahan bagi 11 warga binaan terpilih akan dilakukan secara hybrid yakni luring dan daring. Khususnya untuk luring akan dilakukan saat praktikum vokasi D-3 Akuntansi, mengingat akan ada banyak praktek yang dilakukan oleh mahasiswa nantinya.

“Program ini menjadi kebanggaan bagi STIE Satya Dharma Singaraja karena bisa dikatakan menjadi perguruan tinggi pertama di Indonesia dan Bali khususnya yang memberikan kesempatan kuliah kepada perempuan, khususnya yang berstatus warga binaan lapas,” ungkapnya.

Oleh karena itu bisa disimpulkan bahwa siapapun dan dalam kondisi apapun bisa mengenyam pendidikan. Inilah juga yang dibuktikan oleh Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan Denpasar dengan memberikan kesempatan warga binaannya untuk menempuh pendidikan.

Para warga binaan perempuan yang mendapatkan kesempatan kuliah di STIE Satya Dharma Singaraja setelah diwisuda nanti dipastikan menjadi pengusaha. Atau dengan kata lain, setelah lulus dari STIE Satya Dharma Singaraja para lulusan tidak lagi pusing mencari pekerjaan karena mereka sudah memiliki bisnis sendiri. Tidak sampai di sana, STIE Satya Dharma Singaraja juga akan tetap memandu para lulusan untuk mengembangkan bisnis mereka, termasuk dalam proses mencari izin usaha.

Diharapkan program ini bisa menjadi contoh untuk bisa lebih banyak lagi kuota yang diberikan kepada warga binaan untuk bisa kuliah di STIE Satya Dharma Singaraja, selain juga menjadi role model bagi PTS-PTS lainya di Bali dan Indonesia.

Kepala Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan Ni Luh Putu Andiyani mengapresiasi program beasiswa kuliah di STIE Satya Dharma Singaraja bagi 11 warga binaan ini melalui program Kelas Jegeg Merdeka Bersinar dari Perpina Bali. Program kuliah blended learning di lapas perempuan dengan menggandeng Perguruan Tinggi Swasta atau PTS ini disebut sebagai yang pertama untuk di lapas perempuan seluruh Indonesia dan Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan menjadi pioneer serta contoh yang pertama.

“Kami sangat berterima kasih karena beasiswa kuliah bagi warga binaan disini yang pertama di lapas perempuan dan merupakan kesempatan yang langka dan sangat luar biasa,” katanya.

Oleh karena itu dia berpesan kepada ke 11 warga binaan perempuan yang mendapat kesempatan kuliah di STIE Satya Dharma Singaraja untuk mengikuti perkuliahan dengan baik dan sungguh-sungguh karena tidak semua orang memiliki kesempatan baik ini.

Dalam kesempatan yang sama Andiyani juga mengucapkan terima kasih kepada Perpina Bali dan GTS Institute karena telah memberikan bantuan televisi. Sekali lagi Andiyani berharap tim kolaborasi bisa terus memberikan pembinaan kepada warga binaan perempuan di Lapas Perempuan Kerobokan, tidak hanya materi tetapi juga dari segi ilmu pengetahuan.

Lebih lanjut Doktor Gung Tini Gorda selaku Bendahara Yayasan Ratyni Gorda yang menaungi STIE Satya Dharma Singaraja mengungkapkan alasan memberikan program beasiswa kuliah bagi 11 warga binaan Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan termasuk juga alasan menggandeng dosen eksternal dari berbagai kalangan. Gung Tini Gorda mengatakan, program D-3 merupakan program vokasi. Dalam hal ini perempuan harus fasih terlebih dahulu dan terampil dalam pengelolaan keuangan, bagaimana nanti bisa melaporkan pajak dan sebagainya.

Terlebih lagi tagline dari STIE Satya Dharma Singaraja adalah melahirkan pebisnis dan pebisnis tersebut identik dengan bagaimana ketrampilan seseorang untuk membuat laporan keuangan sehingga pihak ketiga dalam urusan funding bisa melihat dari laporan tersebut. Oleh karena itu pihaknya berkolaborasi dengan para ahli yang memang sudah bergerak di dunia bisnis. Untuk itulah para eksternal juga diajak untuk menjadi pengajar di STIE Satya Dharma Singaraja.

Gung Tini Gorda juga mengatakan, ketika warga binaan perempuan ini sudah diwisuda maka mereka dipastikan sudah menjadi pengusaha. Selain itu pihak kampus juga akan terus melakukan pendampingan-pendampingan, termasuk bagaimana membentuk badan usaha. “Jadi luaran dari kelas perempuan ini yang menjadi pilot projek ini semuanya menjadi pengusaha,” tandasnya.

Sementara itu para warga binaan mengaku senang bisa mendapatkan beasiswa kuliah selama mereka masih menjalani masa pembinaan di Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan ini. Mereka mengaku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Mereka juga berharap setelah wisuda dari STIE Satya Dharma Singaraja bisa menjadi seorang pengusaha sukses dan tentunya berguna bagi bangsa dan negara.

Warga binaan bernama Ida mengaku sangat senang bisa lulus tes dan berhak kuliah di STIE Satya Dharma Singaraja. Dia berharap setelah wisuda dari STIE Satya Dharma Singaraja bisa menjadi seorang pengusaha sukses dan tentunya berguna bagi bangsa dan negara.

Perasaan senang dan bangga juga diungkapkan oleh I Gusti Ayu Lusia Widianingsih, warga binaan perempuan lainnya yang juga lulus tes dan berhak kuliah di STIE Satya Dharma Singaraja.

Dia berterimakasih kepada Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan dan STIE Satya Dharma Singaraja karena telah diberi kesempatan untuk menimba ilmu kembali. Dia berharap bisa menjadi pengusaha kedepannya.

Sementara itu, warga binaan lainnya yang juga lulus tes dan mendapat kesempatan kuliah di STIE Satya Dharma Singaraja, Desi Purnama Dewi, mengaku tidak akan menyia-nyiakan kesempatan emas ini. Dia berharap setelah wisuda nanti bisa menjadi pebisnis yang unggul.

Desi Purnama Sari kemudian mengucapkan terima kasih kepada STIE Satya Dharma Singaraja, Perpina Provinsi Bali, GTS Institute dan Lapas Perempuan Kelas II A Kerobokan karena sudah memberikan kesempatan kepada para warga binaan untuk melanjutkan kuliah.

Kepada warga binaan lainnya yang belum lulus mengikuti program beasiswa kuliah di STIE Satya Dharma Singaraja tahun ini diharapkan untuk lebih semangat dan diharapkan di tahun berikutnya kuota penerimaan mahasiswa baru dalam program beasiswa kuliah untuk warga binaan Lapas Perempuan Kelas IIA Kerobokan ini ditambah. (wid)