Tantangan bagi Koster – Giri untuk Merevisi

Denpasar, (Metrobali.com)

Kelangkaan tenaga di sektor pertanian, indikasi sektor pertanian dianaktirikan dalam pembangunan Bali. Ini merupakan tantangan bagi Gubernur dan Wakil Gubernur Bali terpilih I Wayan Koster dan Nyoman Giri untuk merevisi regulasi yang merugikan petani dan sektor pertanian secara luas.

Pengamat politik dan ekonomi I Gde Sudibya mengatakan, dalam 10 tahun terakhir, nilai tukar petani Bali naik tidak lebih dari 5 persen, jauh lebih rendah laju inflasi dalam periode yang sama, akibatnya standar hidup petani pada umumnya mengalami kemerosotan.

” Untuk mempertahankan tingkat hidup, mereka umumnya “nyambi”sebagai buruh bangunan, pelaku UMKM dan pekerja serabutan di sektor informal. Akibatnya, hampir tidak ada anak muda mau menjadi petani. Sehingga kelangkaan tenaga kerja di sektor pertanian tidak lagi dapat dihindarkan,” katanya.

Dikatakan, Pemda Bali, demikian juga Pemda Kabupaten dan Kodya, setengah hati memihak petani, anggaran untuk meningkatkan produktivitas sektor pertanian, “ditenggelamkan” oleh proyek bansos untuk politik elektabilitas, yang berlaku tidak adil bagi petani.

Padahal, kata dia keunggulan ethos kerja petani Bali sudah menyejarah, sehingga kekuatan budaya tidak dipergunakan oleh negara untuk meningkatkan kemakmuran petani, yang berarti pula kesejahteraan masyarakat secara luas, akibat dampak pengganda (multiplier effect) dari peningkatan kesejahteraan petani.

Menurutnya, dampak menjalar, “backward and forward linkeage” dari industri pariwisata terus diwacanakan dalam beberapa dasa warsa, tetapi tidak upaya serius dalam pengembangan strategi dalam menghubungkan sektor pertanian di wilayah belakang dengan industri pariwisata di pelataran depan.

Di era Gubernur Mantra, katanya, wacana kebijakan pembangunan Bali telah tergolong maju, membuat simulasi ekonomitri, dari 1 dolar AS yang dibelanjakan para turis, berapa persen yang diterima masyarakat Bali termasuk untuk para petani.

“Ide mulya ini, belum sempat dirumuskan dalam kebijakan komprehensif sebagai instrumen kebijakan. Tantangan bagi Gubernur dan Wakil Gubernur terpilih Koster – Giri, untuk merumuskannya kembali, sesuai dengan ungkapan Pak Mantra, ” Manut Desa, Kala, Patra”,” kata Jro Gde Sudibya, anggota MPR RI Utusan Daerah Bali 1999 – 2004, ekonom, berpengalaman sebagai konsultan perekonomian Bali.

Jurnalis : Nyoman Sutiawan