Kekeringan Ekstrim Melanda Bali: BPBD Terjun Langsung dalam Penanggulangan
BPBD Bali distribusi air bersih di wilayah terancam kekeringan ekstrim seperti Karangasem, Buleleng, Kintamani dan Jembrana (dok. BPBD Bali)
Denpasar (Metrobali.com)
Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Provinsi Bali, I Made Rentin, mengungkapkan keprihatinannya mengenai kekeringan ekstrim yang saat ini melanda sejumlah wilayah Bali.
Kekeringan ekstrim, menurut Rentin, terjadi ketika jumlah hari tanpa hujan (HPH) mencapai lebih dari 60 hari.
“Di wilayah Kubu, Karangasem, kekeringan telah berlangsung lebih dari 90 hari. Begitu juga di beberapa kecamatan di Buleleng, seperti Gerokgak dan Tejakula, serta di Kintamani, Bangli,” ujarnya setelah Rapat Paripurna di Gedung DPRD, Provinsi Bali, Senin 2 Oktober 2023.
BPBD, katanya telah mengambil langkah antisipasi dengan melakukan droping air bersih di beberapa lokasi terdampak, seperti Kabupaten Jembrana, Buleleng, Kintamani, dan Karangasem.
“Masyarakat dapat mengambil air secara gratis di lokasi-lokasi tersebut,” kata Rentin.
Sementara itu, data dari Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menunjukkan bahwa Bali masih berada dalam periode musim kemarau. Awal musim hujan diperkirakan baru akan terjadi pada pertengahan bulan November 2023.
Selain itu, wilayah utara, barat, selatan, dan timur Bali memiliki potensi kekeringan meteorologis, serta potensi angin kencang di pesisir dan gelombang tinggi di perairan selatan Bali.
Rentin juga mengajak semua pihak, tidak hanya pelaku usaha dan swasta, tetapi juga seluruh warga Bali untuk bersatu membantu mengatasi kekeringan ekstrim ini.
BPBD katanya telah berkoordinasi dengan berbagai stakeholder, termasuk dinas lingkungan hidup, dinas Perkim, PMI, Damkar, dan PDAM di berbagai kabupaten/kota Bali, untuk mengatasi dampak kekeringan ekstrim ini.(Tri Prasetiyo)