Denpasar (Metrobali.com)-

 

Meskipun Dinas Sosial (Dinsos) Kota Denpasar telah melakukan razia terhadap para pengamen remaja memakai baju adat Bali melalui l Satpol PP. Ketiganya namun keberadaannya makin bertambah banyak jumlahnya, hal ini sangat meresahkan masyarakat terutama para pengguna jalan.

“Bali ini terkenal dengan agungnya adat dan budayanya tapi kenapa para pengamen di lampu merah tersebut harus mengenakan pakaian adat?” tanya Yanuar Nahak, seorang pengamat sosial kemasyarakatan yang juga praktisi hukum di Denpasar, Jum’at (5/11/2021).

Menurutnya, jangan karena berdalih terdampak pandemi mereka bisa bebas sesukanya mencari uang di jalanan dan bertameng mengenakan pakaian adat agar mudah mencari simpati para pengguna jalan.

Dirinya memberikan apresiasi terhadap kesigapan Satpol PP yang telah menjaring razia bahkan telah berhasil dipulangkan oleh Dinas Sosial (Dinsos) Kota Denpasar namun entah mengapa keberadaannya malah makin subur menjamur dibeberapa persimpangan dan lampu merah di kota Denpasar bahkan berbaur dengan para anak-anak penjual tissue.

“Solusinya adalah kepada masyarakat pengguna jalan agar jangan memberi uang kepada mereka karena sepertinya terorganisir artinya ada orang yang mengkoordinir mereka, aktifkan saja para Pecalang untuk memantau keberadaan mereka,” terang Yanuar Nahak yang juga aktif dalam kepengurusan organisasi Forum Bela Negara (FBN) Bali ini.

Menurutnya, Percuma untuk dipulangkan bahkan dijemput orang tuanya jika masyarakat masih memberikan uang kepada mereka.

 

Pewarta : Hidayat