Kebaya Resmi Diakui UNESCO, HIPPI Bali Dorong Tangkap Peluang Ekonomi Kreatif dari Kebaya: Dukung Temu Bisnis dan Pameran IKM, Gelar Rakorda Penguatan Ekonomi Hijau Untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan
Foto: DPD HIPPI Bali bersama tim sinergi mendukung acara Talk Show Temu Bisnis dan Pameran IKM 2024 dan menggelar parade fashion show berkebaya dilanjutkan dengan Rakorda HIPPI Bali 2024 di Trans Studio Mall (TSM) Denpasar pada Sabtu, 14 Desember 2024.
Denpasar (Metrobali.com)-
Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Provinsi Bali menyambut positif kebaya telah sah diakui dan ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO pada 4 Desember 2024. Sinergi kolaborasi juga terus dijalin HIPPI Bali untuk menangkap peluang ekonomi kreatif dari kebaya pasca penetapan dari UNESCO tersebut.
Dukungan tersebut ditunjukkan secara nyata oleh HIPPI Bali dengan menguatkan sinergisitas antara dunia usaha dengan UMKM serangkaian turut menyukseskan acara Talk Show Temu Bisnis dan Pameran IKM 2024 yang digelar oleh Dinas Industri dan Tenaga Kerja Kabupaten Jembrana di Atrium Utama Trans Studio Mall (TSM) Denpasar pada Sabtu, 14 Desember 2024. Acara ini dimeriahkan fashion show berkebaya dari Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI Bali) bersinergi dengan HIPPI Bali, Dharma Wanita Persatuan LLDikti Wilayah VIII Bali NTB, Jegeg Undiknas, Perempuan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Bali, dan tim sinergi.
Fashion show berkebaya yang berlangsung meriah ini mengkat tema “Parade Kebaya Indonesia-Kebaya Indonesia sudah tercatat di UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak Benda: Kebaya Kita Indonesia Banget, Kebaya Anti Ribet”. Para peserta tampak anggun berlenggak-lenggok di atas panggung mengenakan kebaya kebanggaan mereka yang menunjukkan identitas jati diri perempuan Indonesia.
Seperti diketahui, kebaya sudah dicatatkan dan diakui sebagai Warisan Budaya Takbenda oleh UNESCO dan hal ini menjadi peluang bisnis bagi UMKM khususnya di bidang fashion kreativitas produk kebaya lebih bergeliat. HIPPI Bali mendorong peluang bisnis kebaya ini ditangkap oleh UMKM dan anggota HIPPI di Pulau Dewata khususnya dengan menguatkan sinergi dengan berbagai pihak.
Rangkaian kegiatan ini ditutup dengan Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) HIPPI Bali 2024, yang mengusung tema “Penguatan Ekonomi Hijau Untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan HIPPI se-Bali.”
Sinergi Majukan IKM
Di sisi lain Talk Show Temu Bisnis dan Pameran IKM 2024 bertema Warisan Leluhur, Kreasi Masa Kini yang digelar oleh Dinas Industri dan Tenaga Kerja Kabupaten Jembrana ini menjadi ajang strategis untuk membahas kolaborasi, pemberdayaan, dan sinergi dalam pengembangan ekonomi lokal. Talkshow ini menghadirkan tiga narasumber kompeten yang mengupas isu-isu penting bagi kemajuan industri kecil dan menengah (IKM) serta pemberdayaan perempuan.
Ketua Umum HIPPI Bali Dr. Gung Tini Gorda, membuka diskusi dengan menekankan pentingnya sinergi antara pengusaha pribumi dan pelaku IKM sebagai kunci keberlanjutan ekonomi daerah. Ketua Umum HIPPI Jembrana, I Kade Rondi Gunawan, memaparkan pentingnya kolaborasi pengusaha pribumi dalam mewujudkan ekonomi hijau dan kreatif. Di sisi lain, Ketua Dharma Wanita Persatuan (DWP) BDI Denpasar, Ny. Ayu Arga Mahendra, menyoroti peran strategis perempuan dalam mendukung pertumbuhan sektor UKM melalui pemberdayaan.
Talk show ini menjadi momentum penting bagi para pelaku usaha IKM untuk memperkuat kolaborasi dan menciptakan ekosistem usaha yang lebih inklusif, berkelanjutan, dan kompetitif.
HIPPI Bali Jembatan Pengusaha Lokal dan IKM
Narasumber pertama, Ketua Umum HIPPI Bali Dr. Gung Tini Gorda, dalam paparannya terkait sinergitas dan peran antara pengusaha pribumi dan IKM menjelaskan, sinergi ini bukan sekadar wacana, melainkan sebuah aksi nyata yang diwujudkan melalui kolaborasi strategis.
“HIPPI Bali memfokuskan perannya sebagai jembatan bagi pengusaha lokal dan IKM untuk mendapatkan akses kepada pembeli potensial, terutama bagi IKM yang telah mencapai tingkat menengah ke atas. HIPPI Bali juga memberikan pendampingan agar pelaku usaha lokal dapat terus berkembang, sekaligus memperhatikan kualitas produk yang dihasilkan,” ujar Gung Tini Gorda.
Dengan spirit sinergi Pang Pade Payu, HIPPI Bali menegaskan komitmen untuk menjaga kualitas produk lokal. Prinsip ini tidak hanya mendorong produk agar laku di pasar, tetapi juga memastikan bahwa setiap produk yang dihasilkan memenuhi standar mutu. Pendekatan ini mencerminkan visi HIPPI untuk memprioritaskan keberlanjutan usaha melalui kolaborasi dengan berbagai komunitas yang menghargai produk lokal.
Melalui kegiatan seperti pameran, HIPPI Bali menunjukkan dukungan nyata terhadap pelaku IKM. Salah satunya adalah dengan langsung membeli dan menggunakan produk lokal, menciptakan hubungan timbal balik yang saling menguntungkan. Gung Tini Gorda menegaskan bahwa kolaborasi merupakan elemen kunci untuk memastikan keberlanjutan dan pengembangan usaha lokal di Bali. Bagi HIPPI, kolaborasi adalah harga mati dalam memperkuat daya saing ekonomi lokal.
Perlu Dukungan Pemerintah Bawa UMKM Naik Kelas
Narasumber kedua, I Kade Rondi Gunawan, yang juga merupakan Ketum HIPPI Jembrana dalam paparannya menyoroti pentingnya sinergi dan kolaborasi antara seluruh pemangku kepentingan untuk mendukung keberlanjutan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM). Menurutnya, sinergitas ini mencakup kerjasama antara pemerintah, pelaku usaha, dan masyarakat untuk memastikan UMKM tetap bertahan dan mampu berperan sebagai tulang punggung perekonomian, baik di tingkat lokal maupun nasional.
Ia menekankan bahwa peran pemerintah sangat vital dalam mendukung eksistensi UMKM, mulai dari memberikan fasilitas hingga memperluas akses pasar. Dukungan ini bertujuan agar UMKM dapat naik kelas, lebih dikenal, dan semakin diminati oleh masyarakat. Sinergi semacam ini dianggap esensial untuk memajukan UMKM sekaligus memperkuat posisinya dalam perekonomian nasional.
Kade Rondi juga mencatat bahwa UMKM memiliki kontribusi yang luar biasa dalam perekonomian Indonesia. Dengan jumlah sekitar 66 juta unit usaha dan tingkat pertumbuhan mencapai 1,5%, UMKM menjadi salah satu pilar utama ekonomi nasional.
“Kita dukung UMKM terus berkembang, tidak hanya menguasai pasar domestik, tetapi juga mampu menembus pasar internasional,” harapnya.
Sebagai bagian dari visi HIPPI menuju Indonesia Emas 2045, fokus organisasi adalah memperkuat peran strategis pengusaha lokal, sehingga UMKM dapat semakin berdaya saing di tingkat global. “Dengan demikian, UMKM tidak hanya menjadi penggerak ekonomi nasional, tetapi juga menjadi duta produk unggulan Indonesia di kancah dunia,” tandasnya.
Narasumber ketiga, Ketua Dharma Wanita Persatuan Balai Diklat Industri (BDI) Denpasar, Ny. Ayu Arga Mahendra, menyoroti pentingnya pemberdayaan perempuan dalam sektor UMKM yang semakin signifikan dan berperan strategis dalam perekonomian. Ia menekankan bahwa perempuan tidak hanya menjadi pelaku utama dalam ekonomi formal, tetapi juga mendominasi berbagai bidang seperti fashion, kuliner, kerajinan tangan, dan jasa, dengan kontribusi yang besar terhadap pertumbuhan ekonomi lokal.
Perempuan, menurutnya, tidak hanya membantu meningkatkan pendapatan masyarakat, tetapi juga menciptakan lapangan kerja, khususnya di daerah pedesaan. “Kehadiran perempuan mandiri yang memberdayakan komunitas lokal menjadi kunci dalam mendorong perkembangan ekonomi di wilayah terpencil. Kreativitas dan inovasi yang dimiliki perempuan memberikan keunggulan kompetitif, terutama dalam merepresentasikan produk dengan sentuhan detail dan estetika yang kuat,” ujarnya.
Era digitalisasi juga disebut menjadi peluang besar bagi perempuan pelaku UMKM. Dengan memanfaatkan media sosial sebagai platform pemasaran, perempuan mampu menjangkau pasar lebih luas melalui konten kreatif seperti video promosi. Pendekatan soft-selling yang efektif ini dinilai dapat dilakukan dengan anggaran minimal, cukup bermodalkan kuota internet.
Ayu Arga Mahendra juga mengungkap data bahwa 64,5% UMKM di Indonesia dikelola oleh perempuan, yang tentunya memberikan kontribusi signifikan untuk Produk Domestik Bruto (PDB) nasional di sektor UMKM.
Acara Talkshow ini juga mendapat apresiasi dari sejumlah peserta yang secara aktif bertanya ke para narasumber.
Kesempatan UMKM Menjalin Kemitraan Strategis
Sementara itu terkait dengan kegiatan temu bisnis dan pameran bertema Warisan Leluhur, Kreasi Masa Kini, yang diinisiasi oleh Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kabupaten Jembrana, Made Dwiari Lestari selaku Kepala Bidang Perindustrian Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kabupaten Jembrana menjelaskan bahwa acara ini menjadi penutup dari rangkaian program sepanjang tahun 2024 yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas dan daya saing Industri Kecil dan Menengah (IKM) di Jembrana. Ditambahkannya, kegiatan ini merupakan hasil optimalisasi Dana Alokasi Khusus (DAK) dari Kementerian Perindustrian, yang telah dimanfaatkan untuk pelatihan peningkatan kapasitas IKM sejak awal tahun.
Acara puncak ini dirancang untuk mempertemukan para pelaku IKM dengan industri yang lebih besar dan berbagai pemangku kepentingan lainnya. Melalui temu bisnis dan business matching, para pelaku usaha diberi kesempatan untuk menjalin kemitraan strategis yang dapat memperluas pasar dan meningkatkan kualitas produksi. “Inisiatif ini juga bertujuan untuk menciptakan hubungan yang berkelanjutan antara IKM dan pihak-pihak yang dapat berperan sebagai mitra pengembangan usaha, seperti HIPPI Bali,” katanya.
Made Dwiari Lestari menekankan bahwa kolaborasi dengan berbagai pihak adalah kunci keberhasilan kegiatan ini. Dengan mendatangkan langsung stakeholder terkait, diharapkan IKM di Jembrana mendapatkan perhatian lebih luas dan peluang untuk menjalin kerjasama yang saling menguntungkan.
Harapannya, kegiatan ini tidak hanya menjadi ajang pameran semata, tetapi juga membuka peluang kemitraan yang berkelanjutan sehingga IKM di Jembrana dapat terus berkembang dan memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian daerah.
Ketua Umum HIPPI Bangli, I Dewa Ayu Supartini, memberikan apresiasi terhadap penyelenggaraan Temu Bisnis dan Pameran IKM yang diinisiasi oleh Dinas Tenaga Kerja dan Perindustrian Kabupaten Jembrana. Menurutnya, kegiatan ini merupakan bentuk dukungan luar biasa dari pemerintah terhadap pengembangan UMKM, khususnya di Jembrana, sekaligus menjadi momentum penting untuk mendorong UMKM Bali agar terus maju dan mampu menembus pasar yang lebih luas, termasuk di luar Bali.
Sebagai bentuk dukungannya, I Dewa Ayu Supartini secara langsung membeli dan menggunakan produk dari peserta pameran. Ia menilai tindakan ini sebagai wujud nyata komitmen pribadi maupun lembaga HIPPI dalam mendukung kesejahteraan dan pengembangan bisnis pengusaha lokal, khususnya di Bali. Hal ini sejalan dengan spirit sinergi Pang Pade Payu, yang menekankan kolaborasi untuk memperoleh keuntungan bersama.
Ia juga mengapresiasi konsep business matching dalam acara ini yang memungkinkan UMKM untuk saling mendukung, bukan bersaing. Dengan melibatkan berbagai elemen masyarakat, kegiatan ini menjadi ajang penting untuk memperkenalkan pengusaha lokal ke publik yang lebih luas. “Kita harapkan event seperti ini dapat terus dilaksanakan untuk memperkuat eksistensi UMKM Bali dan mengangkat kesejahteraan para pelaku usaha pribumi,” ujarnya.
Ajang Promosi Produk UMKM
Kegiatan Temu Bisnis dan Pameran IKM yang diselenggarakan di Trans Studio Mall (TSM) Denpasar mendapat respon positif dari para pelaku usaha. Salah satunya adalah Ni Komang Ani Astuti dari Ani Gallery, yang mengungkapkan apresiasinya terhadap kesempatan memperkenalkan produk lokal, khususnya kain tenun songket khas Jembrana, melalui ajang ini.
Menurut Ani Astuti, pameran semacam ini tidak hanya membantu memperluas pemasaran, tetapi juga membuka peluang bertemu langsung dengan klien potensial, termasuk dari luar negeri. Ia menganggap kegiatan ini sebagai momentum strategis untuk meningkatkan eksistensi produk lokal di pasar yang lebih luas.
Ia berharap agar kegiatan serupa dapat terus dilaksanakan di masa depan, mengingat dampaknya yang signifikan dalam mendukung pengembangan IKM dan memperkuat jejaring bisnis para pelaku usaha.
Sementara itu, Nata Kusuma dari Naraya Textile Garment mengungkapkan bahwa Temu Bisnis dan Pameran IKM memberikan dampak signifikan bagi pelaku usaha UMKM di Jembrana. Menurutnya, acara ini membuka peluang bagi UMKM untuk naik kelas dengan meningkatkan eksposur produk mereka, tidak hanya di tingkat lokal, tetapi juga hingga mancanegara.
Keberadaan pengunjung dari luar negeri di pameran ini menjadi salah satu nilai tambah, karena memungkinkan terjadinya transaksi langsung sekaligus memperkuat branding produk-produk UMKM Jembrana. Selain itu, Nata Kusuma menilai kegiatan ini juga mendorong kepercayaan diri para pelaku UMKM terhadap kualitas dan potensi produk mereka di pasar yang lebih luas. Ia berharap kegiatan seperti ini terus dilaksanakan untuk mendukung pertumbuhan UMKM ke tingkat yang lebih tinggi.
Ibu Dharma dari Sekar Ngoneng menyampaikan harapannya terhadap dampak positif Temu Bisnis dan Pameran IKM bagi pelaku usaha kecil dan menengah (UMKM). Ia menekankan pentingnya kegiatan ini untuk memperluas jangkauan produk lokal Bali, tidak hanya di pasar lokal tetapi juga hingga mancanegara.
Menurutnya, acara ini menjadi peluang strategis bagi UMKM untuk mempromosikan produk-produk unggulan Bali agar lebih dikenal secara global. Ia berharap kegiatan serupa dapat terus berlanjut dan memberikan manfaat nyata bagi para pelaku UMKM dalam memperluas pasar dan meningkatkan eksistensi produk mereka di tingkat internasional.
Bangga Kebaya Diakui UNESCO
Kegiatan Talk Show Temu Bisnis dan Pameran IKM kali ini turut dimeriahkan fashion show berkebaya untuk merayakan momen bahagia setelah kebaya resmi ditetapkan sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO pada 4 Desember 2024 lalu.
Ketua Dharma Wanita Persatuan LLDikti Wilayah VIII Bali NTB, I Gusti Ayu Ngurah Eva Intan Swandhewi, menyampaikan apresiasi atas pencapaian ini, yang merupakan hasil kerja keras berbagai pihak, khususnya Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI).
Ia menegaskan bahwa pengakuan UNESCO ini memperkuat identitas kebaya sebagai milik bangsa Indonesia, sekaligus mengungguli klaim dari negara lain. “Setelah kebaya diakui UNESCO, kami berharap kebaya dapat semakin dikenal dan digunakan oleh generasi muda sebagai bagian dari pakaian sehari-hari,” ujar Eva.
Menurutnya, kebaya tidak hanya cocok untuk acara keagamaan atau formal, tetapi juga bisa dipadupadankan dengan bawahan yang praktis dan nyaman, sehingga relevan untuk aktivitas seperti pergi ke mal atau kegiatan santai lainnya. Ia mengajak generasi muda untuk melestarikan kebaya sebagai bentuk cinta budaya, alih-alih hanya mengadopsi pakaian modern dari luar negeri. Dengan begitu, kebaya dapat terus menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari dan simbol kebanggaan nasional.
Ketua Bidang Humas DPD Perempuan Berkebaya Indonesia (PBI) Bali, Anak Agung Ayu Triyana Tira, menyambut gembira penetapan kebaya sebagai Warisan Budaya Tak Benda oleh UNESCO. Ia mengungkapkan bahwa pencapaian ini merupakan hasil dari kerja keras dan perjuangan bersama elemen-elemen perempuan yang berkomitmen untuk menjadikan kebaya sebagai warisan budaya tak benda.
“Pengakuan dari UNESCO ini bukanlah akhir dari perjuangan, melainkan awal dari upaya untuk terus mengembangkan dan memasyarakatkan kebaya dalam kehidupan sehari-hari,” kata Triyana Tira menegaskan bahwa lantas mengingatkan bahwa sebagai perempuan Indonesia, mereka memiliki tanggung jawab untuk melestarikan dan menghargai budaya kebaya, yang kini telah mendapat pengakuan dunia.
Di Bali, kebaya telah menjadi bagian dari kehidupan sehari-hari, namun pengakuan UNESCO memberikan dimensi baru. Untuk itu, PBI Bali telah mengadakan berbagai kegiatan sosialisasi, seperti Kebaya Goes to Campus, dan diharapkan bisa meluas menjadi Kebaya Goes to School, dan bahkan Kebaya Goes to Banjar. Tujuannya adalah untuk memperkenalkan kebaya sebagai warisan budaya yang patut dihargai oleh semua kalangan, terutama perempuan Bali. Ia mengajak semua pihak untuk mencintai dan menggunakan kebaya sebagai wujud cinta pada budaya Indonesia, serta mengenalkan kebaya kepada masyarakat luas agar semakin dihargai.
Hal senada juga disampaikan oleh Hj. Sri Subekti, selaku Ketua Perempuan Ikatan Cendekiawan Muslim Indonesia (ICMI) Bali. Ia menekankan pentingnya mempertahankan kebaya sebagai warisan budaya Indonesia dan mengajak masyarakat untuk terus mencintai serta menggunakan kebaya dalam kehidupan sehari-hari, baik untuk acara santai maupun formal.
Menurutnya, kebaya masa kini dapat dimodifikasi sehingga cocok digunakan dalam berbagai kesempatan. Ia berharap kebaya tetap menjadi milik Indonesia dan tidak diklaim oleh negara lain. Selain sebagai simbol budaya, kebaya juga dapat memberikan dampak positif bagi perekonomian, terutama untuk UMKM, di mana para penjahit dan desainer lokal dapat terus berinovasi menciptakan kebaya yang praktis dan sesuai dengan perkembangan zaman.
Sri Subekti juga mencontohkan penggunaan kebaya jadul yang masih relevan hingga kini. Meski sederhana dan polos, kebaya klasik ini tetap bisa digunakan dengan bangga, dan dengan sedikit inovasi, seperti padu padan kain endek, songket, atau batik. “Dari sisi ekonomi, dengan semakin digencarkannya sosialisasi Kebaya Anti-ribet, dapat meningkatkan cuan bagi para pelaku UMKM,” katanya.
Rakorda HIPPI Bali Kuatkan Ekonomi Hijau
Kegiatan ini ditutup dengan Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) Himpunan Pengusaha Pribumi Indonesia (HIPPI) Provinsi Bali 2024, yang mengusung tema “Penguatan Ekonomi Hijau Untuk Mewujudkan Ketahanan Pangan dan Kesejahteraan HIPPI se-Bali.”
Ketua Umum HIPPI Bali, Dr. Gung Tini Gorda, menjelaskan bahwa Rakorda ini dilaksanakan untuk menindaklanjuti hasil Rapat Kerja Nasional (Rakernas) HIPPI. Ia menekankan pentingnya mencari keunggulan dari setiap kabupaten dan kota di Bali, dengan fokus pada ekonomi hijau yang semakin relevan dalam konteks saat ini.
Gung Tini Gorda berharap agar semua produk UKM di Bali yang dihasilkan dapat memiliki wawasan lingkungan, mengedepankan keberlanjutan, dan tidak mengeksploitasi alam, meskipun tetap mengutamakan pencapaian keuntungan.
Sementara itu, Ketua Umum HIPPI Kabupaten Badung, Jeni Widiyah, menyampaikan apresiasinya terhadap pelaksanaan Rapat Koordinasi Daerah (Rakorda) HIPPI Bali, yang kali ini dihadiri oleh para Ketua Umum dari seluruh kabupaten/kota di Bali. Jeni juga menyebutkan bahwa Rakorda kali ini juga melibatkan diskusi kerjasama dengan pihak Pegadaian.
Ia juga mengungkapkan bahwa setiap kabupaten/kota telah mengeluarkan ide-ide konstruktif terkait penguatan ekonomi hijau. “Kami berharap agar program-program yang dibahas selama Rakorda dapat diimplementasikan dengan lebih intens dan membawa HIPPI Bali ke arah yang lebih berkembang dan maju,” ujarnya.
Selain itu, ia menekankan pentingnya memperluas pasar produk anggota HIPPI, agar tidak hanya dapat dipasarkan di Bali, tetapi juga secara nasional dan internasional melalui ekspor. Jeni juga menyoroti sejumlah program unggulan yang dimiliki HIPPI dalam mendukung ekonomi hijau, seperti produk beras pribumi, kopi, coklat, serta kolaborasi dengan petani muda dalam pemanfaatan pupuk organik pornas untuk meningkatkan kualitas hasil pertanian.
Ketua Umum HIPPI Kabupaten Buleleng, Alfrieds Agustinus, mengungkapkan bahwa dalam Rakorda HIPPI Bali kali ini, terdapat fokus khusus pada produk-produk UMKM yang berkaitan dengan kesehatan dan kecantikan, khususnya yang berhubungan dengan tren anti-aging atau penuaan dini. Alfrieds menjelaskan bahwa HIPPI kini memiliki seorang dokter konsultan yang bersertifikat dan memiliki latar belakang sebagai spesialis dalam bidang anti-aging.
Dia menekankan bahwa bagi para pelaku UMKM yang memiliki produk kesehatan, keberadaan dokter konsultan ini sangat penting. HIPPI Bali siap memberikan dukungan untuk meningkatkan omset produk-produk kesehatan melalui pelatihan produk yang difasilitasi oleh ahli yang berkompeten di bidang anti-aging.
“Kami juga mengajak pelaku UMKM untuk tidak ragu menghubungi HIPPI Bali, membawa produk mereka untuk dipelajari dan mendapatkan bimbingan dari konsultan tersebut,” kata Alfrieds.
Melalui Rakorda ini, HIPPI Bali telah melahirkan produk baru yang memberikan akses kepada pelaku UMKM untuk mendapatkan pelatihan dan dukungan dalam mengembangkan produk kesehatan dan kecantikan. HIPPI Bali juga menegaskan komitmen visi organisasi ini mewujudkan Bali sebagai pusat ekonomi hijau. (wid)