Karya Seni Tenun Tangan dari Limbah Pukat Ikan Selat Torres Dipamerkan di CushCush Galeri
Ket foto : Tampilan instalasi ‘Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants’ oleh Erub Arts di CushCush Gallery, Bali 2023. Gambar milik CushCush Gallery.
Denpasar, (Metrobali.com)
Pameran unik yang menampilkan karya seni Penduduk Selat Torres dibuka di CushCush Gallery, Denpasar, Bali, Jumat 21 Juli 2023.
Pembukaan ini menyusul kesuksesan peluncuran pameran pada bulan Mei di Museum of Modern and Contemporary Art in Nusantara (MACAN) di Jakarta.
Dengan tema ‘Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants’ menampilkan 18 karya seni tenun tangan yang terbuat
dari limbah pukat ikan (jaring hantu/ghost nets) yang dirangkai oleh kelompok seniman Selat Torres, Erub Arts.
Konsul-Jenderal Australia di Bali, Anthea Griffin menjelaskan, tema tersebut terinspirasi oleh lautan yang menghubungkan Australia dan Indonesia.
“Pameran unik ini memamerkan seni kontemporer Penduduk Selat Torres dan menciptakan platform untuk
mengeksplorasi bersama berbagai tantangan lingkungan hidup, termasuk pengurangan limbah plastik dan konservasi laut,” kata Anthea di Denpasar, Jumat 21 Juli 2023 malam.
Lanjutnya, dengan menampilkan kawanan ikan, penyu laut, dan keluarga pari manta raksasa. “Koleksi karya seni ini menggabungkan budaya Penduduk Selat Torres, seni kontemporer, dan advokasi lingkungan,” imbuhnya.
Dia berharap dengan penggunaan kembali pukat ikan ini tidak hanya memberdayakan sampah plastik, tetapi juga mendorong bagaimana semua dapat berkontribusi bagi pengurangan sampah plastik dan menjadi pelindung lautan yang lebih baik.
Event yang didukung oleh Qantas Airways, ‘Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants’ akan dipajang di
CushCush Gallery hingga 30 Juli 2023.
Ditambahkan co-founder CushCush Gallery, Suriawati Qiu bahwa pihaknya senang dapat berkolaborasi menyelenggarakan event pameran.
“Kami senang sekali bisa berkolaborasi dengan Konsulat-Jenderal Australia di Bali dan Museum MACAN untuk menghadirkan pameran Ghost Nets untuk publik Bali. Isu-isu yang diangkat melalui pameran sangat bergema dengan tantangan lingkungan penting yang telah dihadapi komunitas-komunitas di Bali dalam beberapa tahun terakhir. Kami berharap pameran ini akan lebih menyoroti
isu-isu lingkungan, dan memicu solusi kolektif,” ujarnya.
Ditambahkan Aaron Seeto, Direktur Museum MACAN, bahwa dengan adanya kerjasama antara Kedutaan Besar Australia, Konsulat-Jenderal Australia di Bali dan CushCush Gallery dapat membawa inisiatif penting ke Indonesia.
“Kami sangat senang bekerja sama dengan Kedutaan Besar Australia, Konsulat-Jenderal Australia di
Bali dan CushCush Gallery untuk membawa inisiatif penting ini ke Indonesia, untuk berbagi karya
kreatif Seni Erub dan budaya kelompok seniman Erubam Kepulauan Selat Torres kepada audiens
kami,” ujarnya.
Untuk mendukung pameran ini, Konsulat-Jenderal Australia di Bali dan CushCush Gallery juga akan
mengadakan serangkaian acara publik gratis.
Ini akan mencakup pemutaran film dokumenter lingkungan ‘Pulau Plastik’ dan diskusi panel dengan co-produser Andre Dananjaya pada 27 Juli pukul 19.00 wita serta lokakarya anak-anak dengan bercerita, kolase dan wayang kulit pada pukul 29 Juli, di CushCush Gallery pukul 10.00 wita. (RED-MB)