pkb karangasem

Denpasar (Metrobali.com)-

Duta seni Kabupaten Karangasem memboyong sembilan bendera kerajaan di daerah itu untuk menyemarakkan pawai Pesta Kesenian Bali (PKB) ke-36 di Denpasar, Jumat (13/6).

Puluhan seniman pria dan wanita dengan mengenakan busana khas daerah Karangasem itu diiringi dengan alunan musuk tradisional khas Karangasem Tamburdengan karakter suara yang keras, mengalun bertalu-talu.

Kondisi demikian menambah semaraknya penampilan duta seni Kabupaten Karangasem, menyusul penampilan tari maskot daerah itu yakni Tari Puspa Hredaya yang diiringi gong Baleganjur.

Tim kesenian yang didukung sekitar 250 seniman tabuh dan tari itu yang menyusul barisan sepuluh pasang muda-mudi berpakaian khas Karangasem, yakni pakaian adat Desa Pakraman Timbrah yang memiliki corak dan keunikan tradisi yang khas.

Demikian pula penampilan tiga kreasi Gebogan, kombinasi rangkaian janur, kue, dan buah sebagai sarana rituall tradisi Desa Pakraman Yeh Poh.

Kreasi gebogan bunga dan janur lokal merupakan hasil karya dan kreativitas bidang kerajinan yang diberi kebebasan untuk memvisualisasikan gagasan ke dalam sebuah bentuk kreasi gebogan.

Gebogan Buah (Pemios Sumbu), Bunga dan Janur diusung oleh belasan ibu- ibu anggota PKK Kecamatan Manggis dan Kecamatan Abang Kabupaen Karangasem.

Barisan keempat berupa mobil hiasyang dikhawal petugas keamanan desa adat (pecalang) menampilkan tokoh seniman legendaris yang berjasa yang telah mendapatkan penghargaan seni Dharma Kusuma, penghargaan tertinggi dalam bidang seni dari Pemerintah Provinsi Bali.

Penampilan duta seni Karangasem itu ditutup dengan barisan gong suling sebagai musi pengiring pragmentasi yang berjudul “Giri Putri”, sebuah potret kehidupan masyarakat Bali dalam konsep kosmologi Tri Hita Karana.

Giri (Gunung) adalah simbol keagungan dan kesejahteraan bagi masyarakat Hindu. Konsep Giri Putri memiliki makna yang sama dengan Tri Hita Karana yakni menjaga keseimbangan alam macro maupun alam micro menuju kesejahteraan.

Namun di tengah hantaman arus budaya global dengan latar belakang agama, budaya dan adat-istiadat yang berbeda membuat semakin tenggelamnya. Untuk menjawabnya, salah satu upaya yang dapat dilakukan dengan merevitalisasi nilai-nilai kearifan lokal di zaman kehidupan agraris untuk membentengi terpaan budaya global.

Fenomena kehidupan seperti itu dicoba untuk dimanifestasikan ke dalam sebuah garapan seni pragmentari yang mengambil judul “Giri Putri”. AN-MB