Kampung Toris  Wakili Badung
Mangupura (Metrobali.com)-
 
           
            Lomba desa adat ini merupakan upaya untuk melestarikan adat, budaya bali yang berlandasakan ajaran agama hindu. Lomba ini bukan sekedar lomba untuk foya-foya melainkan juga sarana untuk mengantisipasi masuknya budaya asing yang tidak sesuai dengan adat dan budaya Bali yang adiluhung. “Awal tim turun dari kendaraan sampai ditunjukkan atraksi atau pawai kami melihat krama desa adat Kuta sudah bisa menunjukkan 3 bhaga yang akan dilombakan dari yang tradisional sampai yang modern. Serta kami lihat Desa Adat Kuta sangat komit dalam pelestarian lingkungan yakni adanya kegiatan yang bertujuan melestarikan Penyu. Jadi tidak salah kalau Kuta itu sebagai salahsatu Benteng Budaya Bali yang tangguh,” Demikian diuangkapkan oleh tim penilai desa adat Provinsi Bali Ketut Suastika yang juga merupakan Kadis Kebudayaan Provinsi Bali saat menilai DA Kuta sebagai Duta Badung dalam lomba desa adat tingkat provinsi Bali Tahun 2014 di Pura Desa DA Kuta, Kamis (16/10).
Hadir dalam kesempatan tersebut, Wakil Bupati Badung, Made Sudiana bersama Nyonya sri Sudiana, Anggota DPRD Badung, I Gst. Anom Gumanti, Kadis Kebudayaan, I.B. Anom Bhasma, Kabag Kesra, Camat kuta,Lurah seKuta, Danramil Kuta, Kapolsek Kuta, Bendesa DA sekecamatan Kuta serta tokoh masyarakat DA Kuta.
 
Ketut Suastika mengatakan, Kuta masih teguh mempertahankan tradisi budaya yang berlandaskan Tri Hita Karana, krama Desa Kuta tidak terpengaruh oleh budaya asing yang bersifat negatif. Boleh dikatakan Kuta itu sebagai desa tradisional dalam pergaulan internasional. “Pelaksanaan Tri Hita Karana ini tidak berhenti sampai loma desa adat ini selesai akantetapi harus terus ditingkatkan. Disamping itu Budaya dialog dan rembug harsu diutamakan dalam menyelesaikan masalah yang melibatka adat, “ kata Suastika.
 
Wakil Bupati Badung, I Made Sudiana mengungkapkan dengan pelaksanaan lomba desa adat ini juga diharapkan juga dapat membangkitkan semangat generasi muda yaitu sekaa teruna untuk ikut melestarikan adat, budaya Bali, dimana sekaa teruna itu merupakan penerus dari adat budaya Bali. “Adat dan budaya Bali ini merupakan ibu dari pariwisata di Bali, jika adat dan budaya Bali luntur dan punah tentu akan dapat menyebabkan wisatawan tidak mau berkunjung ke Bali yang dapat mengakibatkan perekonomian di Bali akan terganggu. Untuk itu kita semua harus mempunyai komitmen yang sama untuk melestarikan adat dan budaya Bali, “ ungkap Sudiana.
            Sementara itu Bendesa DA Kuta, Wayan Swarsa melaporkan, DA Kuta terdiri dari 13 Banjar Adat dengan jumlah  2208 KK dan memiliki LPD dengan total aset Rp.363 milyar lebih dimana 10 % sampai 20% keuntungan LPD dipergunakan untuk meningkatkan kesejahteraan krama DA Kuta serta untuk mendukung kegiatan-kegiatan adat seperti ngaben masal, nyekah masal.” Krama DA adat kuta dalam kesehariannya tidak pernah lepas dari adat dan budaya Bali karena mempunyai tatanan yang tidak meniru adat ydan budaya yang tidak sesuai dan pantas dengan adat budaya Bali. Hal ini dapat dilihat dari atraksi dan pawai krama DA Kuta” lapornya.
            Dalam pawai ini dipertunjukkan kegiatan adat dan budaya tradisional sampai modern serta dipertontonkan kecak, pertunjukan Karate, silat Tarung Drajat serta pertunjukan Barong say dari Vihara Dharmayana Kuta. RED-MB