Kabinet Merah Putih Presiden Prabowo: Kecenderungan Sosialistik atau Tetap Pro Oligarki?
Presiden Prabowo Subianto bersama anggota Kabinet Merah Putih mengikuti kegiatan latihan baris berbaris saat Retret Kabinet Merah Putih di Akademi Militer, Magelang, Jawa Tengah, Sabtu (26/10/2024)
Denpasar, (Metrobali.com)-
Kabinet Merah Putih Presiden Prabowo Subianto memberikan addres ke publik, apakah melanjutkan pemberian privilige ke belasan oligarki, atau lebih memilih jalan sosialistik.
Pengamat ekonomi politik dan pembangunan, I Gde Sudibya mengatakan, berbagai program kabinet Merah Putih sedang menanti.
Penyediaan makan siang bergizi, pemutihan kredit bermasalah petani, nelayan , UMKM, serta kebijakan perpajakan lebih progresif untuk mengungkit ekonomi kelas menengah ke bawah.
Masalah lain, lanjut I Gde Sudibya adalah menyelesaian konflik agraria untuk melindungi kepentingan jutaan masyarakat adat, atau melanjutkan pemberian Izin Usaha Pertambangan bagi belasan oligarki, yang selama ini telah memperoleh surplus ekonomi luar biasa.
“Proyek fenomenal di jaman kekuasaan Jokowidodo seperti proyek IKN apakah akan dilanjutkan, dengan konsekuensi alokasi dana untuk program kesejahteraan sosial terpangkas?” tanya I Gde Sudibya.
Dikatakan, bagaimana posisi politik pemerintah, terhadap proyek BSD (Bumi Serpong Damai), proyek PIK II , Pondok Indah Kapuk Dua, yang ditetapkan sebagai PSN (Proyek Strategis Nasional) yang merugikan kepentingan publik.
Berbagai pertanyaan muncul. Bagaimana tindak lanjut dari UU Cipta Kerja tahun 2020 yang liberal kapitalistik, resentralisasi kebijakan, apakah tetap dipertahankan atau dikoreksi segaris dengan spirit konstitusi, sebagaimana penegasan Presiden Prabowo dalam pengarahan perdana di Sidang Kabinet pertama?
I Gde Sudibya, pengamat ekonomi politik dan pembangunan mengatakan, jika Presiden Prabowo memilih jalan sosialisme, maka putra ke tiga Bhagawan Ekonomi ini, Prof.Soemitro Djojohadikusumo, pendiri FEUI tahun 1950 yang di forum tingkat dunia disebut Jakarta’s School of Ecomomics, dengan kajian ekonomi pembangunannya yang khas pembangunan ekonomi Dunia Ketiga bisa disebut terus mewarisi ajaran bapaknya.
Dikatakan, jika mengikuti sanga bapak maka Presiden ke 8 akan tercatat dalam sejarah, Presiden yang merintis pendekatan sosislisme sesuai UUD 1945 dalam percaturan kepemimpinan Asia dewasa ini.
“Kepemimpinan yang melawan arus -against the stream leader-, taat azas dengan konstitusi, rasanya pas buat Presiden Prabowo yang punya idealisme untuk menjadi pemimpin Asia ke depan. There’s a chalenging Jobs Mr.President,” katanya. (Sutiawan)