Seorang Warga Negara Asing (WNA) asal Korea melakukan pengerusakan di Pura Goa Raja Besakih, di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem pada Senin (7/8/2023) sekitar pukul 18.00 Wita.

Karangasem, (Metrobali.com)-

Pura Goa Raja, bagian dari “jejer kemiri pura ring sawewengkon Basukhian”, tempat para raja Bali di masa lalu melakukan “tapa bratha” memohonkan kekuatan dan kebijaksanaan sareng Ida Bhatara ring Giri Toh Langkir dalam memimpin Bali. Goa ini tembus di Goa Lawah, dimana kekuatan dan kearifan kepemimpinan yang terberkati “ngider bhuwana” ring sawewengkon jagat Bali”.

Menurut Jro Gde Sudibya, Pengasuh Dharma Sala “Bali Werdhi Budaya”, Br.Pasek, Ds.Tajun, Den Bukit Bali Utara dari sastra yang datang kemudian, Bali disimbolikkan dengan Padma Bhuwana, Bunga Padma berkelopak 8, menggambarkan kekuatan Tuhan Ciwa di 8 penjuru angin Bali.

Dikatakan, Pura Goa Lawah berada di Tenggara, pemujaan Tuhan Maheswara dengan pengurip 8, yang sederhananya “dimulainya” perputaran kekuatan Ciwa dari Pura Goa Lawah ke seluruh Bali.

“Dari keyakinan dan juga kekuatan mistik, semestinya Pura Goa Raja adalah tempat yang damai, ada kekuatan cakti yang menjaganya dari setiap potensi “keletehan”. Tetapi faktanya “keletehan” telah terjadi,” katanya.

Diberitakan, seorang Warga Negara Asing (WNA) asal Korea melakukan pengerusakan di Pura Goa Raja Besakih, di Kecamatan Rendang, Kabupaten Karangasem pada Senin (7/8/2023) sekitar pukul 18.00 Wita.

Dalam keterangannya Kapolres Karangasem AKBP Ricko AA Taruna, melalui jajaran Polsek Rendang yang dipimpin Kapolsek Rendang Kompol Made Suadnyana, membenarkan peristiwa tersebut.

Menurut Jro Gde Sudibya, “Sasmita” keletehan tersebut, merupakan lanjutan saja dari “kebrebrehan”yang berlangsung di Besakih, akibat proyek Besakih senilai Rp.950 M, yang tidak direncanakan dengan matang, bias ke kepentingqn komersiil, menodai khasanah kekayaan spiritualitas Besakih.

Dikatakan, Besakih adalah puncak “dunia dalam” inner world, dunia batin manusia Bali. “Gangguan” terhadap Besakih, bisa “mengoyak” dunia batin masyarakat Bali, berhadapan dengan dunia luar yang sarat dengan persoalan, mengikuti “hukum besi” Rwa Bhineda.

“Kerapuhan di dunia dalam, mudah menimbulkan anomali pada masyarakat Bali, insan-insan manusia rapuh karakternya bahkan kebingungan sosial, yang salah merasa benar “menikmati” kesalahannya, yang benar dipersalahkan tanpa rujukan etika – moral. Dipersalahkan model “suryak siu”, yang intinya “memuja” kepentingan personal, dan kepentingan bercokol “vested interest” kelompok,” kata Jro Gde Sudibya kepada Metrobali.com, Rabu 9 Agustus 2023.

Masih menurut Jro Gde Sudibya, karena Besakih merupakan “sesuduk kayun” bersama secara niskala, “keletehan” yang menimpa Goa Raja, semestinya kita bersama berbenah, melakukan koreksi, terutama mereka yang menjadi panutan, untuk menghindari bencana besar yang sudah tentu tidak kita inginkan bersama.

“Berdasarkan informasi warga yang mengetahui peristiwa tersebut pelaku melakukan perusakan terhadap kelengkapan sarana prasarana persembahyangan yang ada di areal Pura Goa Raja Besakih saya sudah perintahkan Kanit Reskrim dan anggota untuk melakukan pemeriksaan lebih lanjut,” beber Kompol Suadnyana.

“Kami belum bisa menerangkan soal kronologi dan motifnya bule itu melakukan pengerusakan, sementara dari pengakuan awal orang asing tersebut dia mendapatkan bisikan gaib untuk menuju Pura Goa Raja Besakih. Namun setelah sampai di sana didapati oleh seorang warga bahwa orang asing tersebut telah melakukan pengerusakan sarana prasarana yang ada di Pura tersebut. Saat ini kami dari Polsek Rendang masih melakukan pemeriksaan lebih lanjut guna membuat terang peristiwa yang terjadi,” tandas Kapolsek Suadnyana. (Adi Putra)