Jembrana (Metrobali.com)-

Kabupaten Jembrana untuk kesekian kalinya gagal meraih Adipura. Padahal sejak tahun lalu Pemkab Jembrana gencar melakukan penataan ruang terbuka hijau (RTH), seperti di Lapangan Umum Negara dan Lapangan Umum Dauhwaru, Jembrana. Juga penataan taman kota diantaranyadicivic centre, area Gedung Kesenian Bung Karno, batas kota dan sepanjang ruas jalan ditanami pohon perindang.

Kabag Humas Pemkab Jembrana, Suherman, Rabu (19/6) saat dikonfirmasi membenarkan jika Jembrana tahun ini gagal meraih Adipura. Padahal Pemkab Jembrana telah melakukan berbagai upaya. Diantaranya melakukan revitalisasi taman kota, program kali bersih (prokasih) dan menggalakkan kegiatan gotong royong dan kerja bakti. Namun ternyata tidak membuahkan hasil.

Dikatakannya dalam menjaga dan menciptakan kebersihan diperlukan komitmen bersama dan kesadaran masyarakat. Termasuk tata  cara pengelolaan sampah. Dari sampah rumah tangga, pasar hingga pada pembuangan akhir TPA. Dan yang tidak kalah pentingnya adalah kesadaran masyarakat untuk menjaga dan membuang sampah. Pasalnya selama ini banyak masyarakat masih membuang sampah di sungai dan di tempat tempat pembuangan sampah liar sehingga menimbulkan kesan kumuh. Padahal pemkab sudah menyediakan dan membuat tempat pembuangan sampah sementara sebelum dibawa ke TPA.

Menurutnya yang menjadi batu sandungan selama ini adalah pengelolaaan sampah rumahan dan sarana pendukung untuk pengangkutan dan TPA Peh yang sudah kelebihan batas (overload). Sehingga sampak di TPA nampak tinggi. “ Kita sudah berupaya untuk menatanya. Namun indikator penilaian lebih kepada sampah rumahan dan cara pengelolaannya. Kedepan kita lakukan penghijauan di pinggir kali” Ujar Suherman.

Sementara pengamatan dilapangan, disejumlah titik pasar tradisional pengelolaan sampah dan penghijauan masih jauh dari  kurang. Termasuk prokasih yang belum maksimal. Dimana kondisi sungai Ijogading masih menjadi alternatif untuk tempat pembuangan sampah. Sehingga tampak kotor. MT-MB