Foto: Grace Anastasia Surya Widjaja, S.E., anggota Komisi II DPRD Provinsi Bali Partai Solidaritas Indonesia (PSI) mengucapkan Selamat Hari Raya Imlek yang jatuh pada Jumat 12 Februari 2021.

Denpasar (Metrobali.com)-

Perayaan pergantian tahun telah menjadi tradisi yang tumbuh dan berkembang di tengah masyarakat Indonesia yang dikenal dengan keberagamannya. Setiap agama dan suku bangsa yang ada di Indonesia, memiliki tradisi memperingati pergantian tahunnya masing-masing.

Namun hal yang dipastikan nampak sama adalah dirayakannya pergantian tahun dengan kemeriahan yang menunjukkan kebahagiaan akan pengharapan yang lebih baik terhadap kondisi hidup dan kehidupan di tahun yang baru.

Begitu pula menjelang Hari Raya Tahun Baru China atau Imlek 2021 jatuh pada Jumat 12 Februari. Ini juga menyebabkan libur panjang akhir pekan hingga Minggu 14 Februari 2021 yang terjadi di tengah masa pandemi Covid-19.

Masyarakat pun diminta merayakan Imlek dengan cara berbeda dari tahun-tahun sebelumnya untuk mencegah penyebaran Covid-19 yang lebih tinggi.

“Saya berharap warga masyarakat yang merayakan Imlek dimasa pandemi ini untuk dilakukan secara sederhana dan tetap di rumah saja”, harap Grace Anastasia Surya Widjaja, S.E., anggota Komisi II DPRD Provinsi Bali, Rabu (10/2/2021) menanggapi perayaan Imlek di masa pandemi saat ini.

Perayaan sederhana yang dimaksud adalah tidak melakukan perayaan yang mengundang kerumunan. Tradisi masyarakat Tionghoa, lanjut Grace, tidak berbeda dengan tradisi masyarakat Hindu Bali.

Sebagai contoh, menjelang pergantian tahun baru saka, jika tidak masa pandemi, dirayakan dengan arakan ogoh-ogoh dan obor, namun pada masa pandemi, hal itu ditiadakan. Masyarakat Hindu Bali, hanya melakukan ritual di rumahnya masing-masing, tanpa berkerumun.

“Tradisi Imlek juga demikian. Karena tradisi masyarakat kita di Indonesia bersifat komunal, dan dimasa pandemi ini, saya sangat berharap dilakukan penyesuaian untuk tidak mengundang kerumunan dan lebih baik rayakan di rumah saja bersama keluarga kecil masing-masing,” Grace menegaskan.

Di sisi lain, Grace, yang juga keturunan Tionghoa ini menyampaikan bahwa tradisi dalam setiap perayaan Imlek yang biasanya dilakukan adalah sembahyang bersama keluarga ke klenteng, mengunjungi sanak keluarga dan memberikan angpao.

“Untuk dimasa pandemi ini, saya menyarankan jika memungkinkan kita sembahyang di rumah saja bersama keluarga kecil kita. Untuk memberikan angpao, bisa dilakukan melalui transfer dan untuk bertemu keluarga lain bisa lakukan dengan fasilitas video call yang saat ini masyarakat sudah semakin terbiasa menggunakannya,” ucap Grace menyarankan.

Pada prinsipnya, Grace yang juga srikandi Partai Solidaritas Indonesia (PSI) ini menegaskan, kita sebagai masyarakat yang berbudaya, memiliki kewajiban untuk menumbuhkan empati kita terhadap masyarakat luas dimasa pandemi ini.

Salah satu caranya adalah, menyesuaikan segala bentuk kegiatan yang kita lakukan, seoptimal mungkin sesuai dengan anjuran pemerintah berkaitan dengan penerapan protokol kesehatan.

Seluruh warga masyarakat keturunan Tionghoa, punya hak untuk melakukan perayaan imlek, Grace melanjutkan penjelasannya, Namun kita juga memiliki kewajiban untuk membantu percepatan berlalunya pandemi ini. Caranya inimal dengan menyesuaikan setiap aktivitas tradisi kita dengan penerapan protokol kesehatan oleh masing-masing dari kita sesuai anjuran pemerintah.

“Kepada seluruh saudara-saudara saya yang merayakan Imlek, saya mengucapkan Gong Xi Fa Cai, Xi Nian Kuai Le, Wan Shi Ru Yi, Sui Sui Ping An. Semoga pandemi ini cepat dapat diatasi,”ucap Grace mengakhiri tanggapannya. (wid)