Foto: Pasangan Calon Walikota dan Wakil Walikota Denpasar, Gede Ngurah Ambara Putra-Made Bagus Kertha Negara (Paket Amerta) dalam debat terbuka perdana Sabtu (10/10/2020).

Denpasar (Metrobali.com)-

Debat terbuka perdana Pemilihan Walikota dan Wakil Walikota Denpasar Tahun 2020 yang berlangsung Sabtu (10/10/2020) di Grand Inna Bali Beach, Denpasar menuai beragam komentar mulai dari yang positif, hingga yang memberikan catatan kritis.

Pasca debat perdana ini publik dapat memberikan penilaian langsung atas progam-program visi misi kedua pasangan calon. Baik kepada paslon nomor urut 1 I Gusti Ngurah Jaya Negara-Kadek Agus Arya Wibawa (Jaya Wibawa) maupun paslon nomor urut 2 Gede Ngurah Ambara Putra-Made Bagus Kertha Negara (Amerta).

Usai menyaksikan debat perdana ini, Agung Manik Danendra (AMD) tokoh milenial Denpasar langsung memberikan komentar kritisnya terhadap visi misi dan progam yang dijanjikan paslon Amerta. Bagi AMD kebanyakan progam yang dijanjikan Amerta adalah PHP (Pemberi Harapan Palsu).

Program Amerta yang memberi dana setiap tahun untuk pembuatan ogoh, desa adat, dadia, dan lainnya yang jumlahnya bervariatif ada yang Rp 10 juta, hingga Rp 25 juta menurut AMD itu PHP (Pemberi Harapan Palsu).

Terkait janji program Amerta yang dituding PHP, Calon  Walikota Denpasar Gede Ngurah Ambara Putra menepis anggapan miring ini. Ambara beranggapan yang penting harus ditonjolkan semangatnya dulu dalam memberikan bantuan kepada kelompok masyarakat yang disebutkan Amerta dalam progam visi misinya.

“Yang penting semangatnya dulu, karena desa adat saja bisa. Tentu akan dicarikan jalan bagaimana bantuan itu bisa berkelanjutan. Tidak hanya ogoh-ogoh tapi juga untuk membangun program daya saing  generasi muda ke depan,” beber Ambara optimis saat menjawab pertanyaan wartawan Metro Bali via pesan WhatsApp.

Ambara juga menyoroti progam paslon Jaya Wibawa yang berencana membuat krematorium di Setra (Kuburan) Badung yang diklaim jadi bagian progam pengembangan orange economy.

“Paslon 1 ada akan membuat krematorium di setra Denpasar. Ini kemunduran budaya,” sindir Ambara. “Coba tanya tokoh-tokoh budaya Bali apa setuju?,” tanya Ambara.

Calon Wakil Walikota Denpasar Made Bagus Kertha Negara yang mendampingi Ambara juga tidak terima progamnya disebut PHP. “Kita dikatakan PHP, lho gimana PHP orang saya sebagai wakil bendesa adat dan tahu bahwa setiap tahun tingkat 1 (Pemprov Bali) bisa memberikan dana Rp 300 juta (dana bantuan untuk desa adat). Jadi kenapa dibilang PHP,” papar Bagus Kertha Negara.

Menurutnya disinilah kelihatan tidak ada kerjasama antara Gubernur, Walikota, dan Bupati di Bali. “Kalau Gubernur saja bisa mencarikan dana Rp 300 juta untuk desa adat, masak Walikota untuk menambahkan yang tadi kami sampaikan (saat debat perdana) untuk Banjar adat tidak lebih dari Rp 60 juta tidak bisa,” ungkapnya.

“Mestinya kan kalau dilihat Gubernur seperti itu berani memberikan Rp 300 dalam setahunnya, kenapa tidak Walikota,” tegasnya.

Bagus Kertha Negara menegaskan apa yang disampaikan Amerta dalam program-program penjabaran visi misinya menjadi suatu hal yang memang harus dilakukan. “Juga biar seimbang antara desa adat dan banjar adat juga kecipratan,” katanya

“Apa sich artinya untuk memberikan anak-anak kita sendiri, Rp 25 juta untuk ogoh-ogoh, Rp 5 juta untuk ibu-ibu PKK dan untuk prajuju banjar sekitar Rp 30 juta,” tuturnya.

“Disinilah kelihatannya seorang pemimpin yang tidak peduli dengan masyarakatnya. Makanya dibilang kita dibilang PHP. Lho mestinya kan berterima kasih kita bisa memberikan tanggapan dan stetmen seperti itu,” katanya lagi.

“Itu mestinya jadi acuan bagaimana bisa memberikan kesejahteraan ke depan untuk masyarakat lebih banyak,” sambung pria yang juga Wakil Bendesa Adat Desa Adat Denpasar ini.

Sementara terkait tudingan dirinya diparkir oleh Ambara dalam debat perdana sebab hampir tidak mendapatkan kesempatan bicara, Bagus Kertha Negara juga membantah tudingan itu.

Ia menjelaskan sudah ada kesepakatan dirinya dengan Ambara bahwa dalam debat perdana ini Ambara yang lebih banyak menyampaikan program visi misi dan menjawab pertanyaan panelis maupun pernyataan paslon Jaya Wibawa. Sementara Bagus Kertha Negara berperan sebagai pembisik yang baik.

“Kami sudah bersepakat. Jadi satu sebagai pembicaranya dan tiang pembisiknya,” jelas Bagus Kertha Negara lewat rekaman suara dirinya yang dikirimkan ke WhatsApp wartawan Metro Bali.

Siap Mundur


Seperti diberitakan sebelumnya ada satu pernyataan menghentak yang bisa dibilang sebagai sebuah kejutan dari Amerta di akhir sesi debat atau pada sesi closing statement (pernyataan penutup) masing-masing paslon.

Jika terpilih nantinya sebagai Walikota dan Wakil Walikota Denpasar, Amerta menegaskan siap mundur jika dalam dua tahun kepemimpinannya tidak bisa menjalankan dengan baik atau mengeksekusi visi misi dan progam-progam yang dijanjikan saat ini.

“Jika tidak terbukti dalam dua tahun kami siap mundur,” kata Ambara dan Bagus Kertha Negara kompak.

Dalam closing statement-nya, Ambara menegaskan progam jangka pendek Amerta dalam penanganan Covid-19 bagaimana memberikan subsidi dan stimulus kepada masyarakat, begitu pula kepada pelaku UMKM.

Progam jangka panjang bagaaimana membangun kemandirian ekonomi sebagai wujud kedaulatan rakyat. Amerta menekankan pertumbuhan ekonomi dari, oleh dan untuk rakyat sehingga masyarakat Kota Denpasar dapat memenuhi kebutuhan dasar seperti pangan, papan dan sandang.Begitu juga akses pelayanan kesehatan dan pendidikan masyarakat dapat dioptimalkan.

“Pertumbuhan ekonomi Kota Denpasar pasti tinggi. Harapannya para birokrasi di Kota Denpasar mampu memberikan kultur daya saing sehingga mampu mereka mandiri,” kata Ambara.

Ambara lantas membeberkan janji-janji stimulus atau bantuan anggaran/santunan kepada sejumlah kelompok masyarakat penerima jika dirinya bersama Bagus Kertha Negara terpilih sebagai Walikota dan Wakil Walikota Denpasar.

Misalnya dana Rp 1 juta untuk kelahiran, Rp 10 juta untuk kematian, prajuju Banjar Rp 3 juta, STT (Sekaa Teruna Teruni) Rp 25 juta, PKK Rp 5 juta, kelompok Dadia Rp 5 juta.

“Dan untuk pemuka agama, petani, nelayan, pedagang pasar formal non formal kami berikan sekolah gratis, pendidikan gratis,” papar Ambara.

“Dan jika tidak terbukti dalam dua tahun kami siap mundur,” kata Ambara dan Bagus Kertha Negara kompak menutup pernyataannya.

Dituding PHP


Seperti diberitakan sebelumnya AMD menyoroti tidak kompaknya paslon Amerta. Bagi AMD, dari awal sampai akhir debat, Ambara tampak sangat mendominasi seperti “One Man Show” tidak memberikan kesempatan bagi Bagus Kertha Negara untuk berbicara.

“Bagus Kertha Negara seperti diparkir oleh Ambara. Buat apa dia disana kalau hanya seperti togog (patung),” sindir AMD.

Bahkan AMD dengan seksama mengamati durasi bicara Bagus Kertha Negara bahkan tidak mencapai satu menit yakni total sekitar 30-40 detik pada dua kesempatan.

Pertama di awal debat saat pemaparan visi misi paslon Amerta. Kedua pada sesi terakhir closing statement (pernyataan penutup) paslon.

Beda halnya dengan Kadek Agus Arya Wibawa yang diberikan kesempatan bicara secara proporsional oleh Cawali Jaya Negara yakni sekitar 8-10 menit.

“Disini saja sudah kelihatan mana yang kompak, solid dan chemistry-nya sudah sangat bagus, mana yang sepertinya tidak kompak atau bisa saja seperti ibaratnya paslon dadakan kawin paksa,” sindir AMD.

Lebih lanjut AMD merinci jawaban tepat dari paslon Jaya Wibawa. Salah satunya mengenai tingkat Indeks Kebahagiaan warga Kota Denpasar .

“Ini dijawab bagus dan tepat oleh paslon Jaya Wibawa, sementara paslon Amerta melebar kemana-mana, nggak fokus. Ketidakkompakan paslon Amerta juga terlihat jelas didominasi Ambara, sedangkan calon wakilnya Bagus Kertha diparkir alias no coment,” tegas AMD lagi.

Tidak hanya itu, program Amerta yang memberi dana setiap tahun untuk pembuatan ogoh, desa adat, dadia, dan lainnya yang jumlahnya bervariatif ada yang Rp 10 juta, hingga Rp 25 juta menurut AMD itu PHP (Pemberi Harapan Palsu).

Bantuan anggaran rutin yang dijanjikan ini bertentangan dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor 13 Tahun 2018 tentang Perubahan Ketiga atas Petaturan Menteri Dalam Negeri Nomor 32 tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari Anggaran dan Pendapatan Belanja Daerah.

Dalam pasal 4 ayat (4c) disebutkan pemberian hibah dan bantuan sosial ini tidak boleh dilakukan terus menerus setiap tahun. “Disamping itu juga uangnya darimana?,” tanya AMD.

Progam brilian lainnya dari Jaya Wibawa yang diacungi jempol oleh AMD seperti program pertukaran pelajar keluar negeri. “Ini juga diacungi jempol oleh anak-anak milenial Denpasar,” tegas AMD yg pernah menjadi mahasiswa teladan dan terlibat program pertukaran mahasiswa keluar negeri saat dirinya kuliah S-1.

“Melihat debat perdana yang sangat seru ini sudah jelas program kerja Jaya Wibawa relevan untuk Denpasar MAJU. Sedangkan progam Amerta lebih banyak PHP,” tutup AMD. (dan)