Jangan Sampai Aset Malah Jadi Liabilitas, Demer Dorong Optimalisasi Aset PTPN dan Peran Danantara untuk Tarik Investasi Asing
Foto: Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Golkar Gde Sumarjaya Linggih (Demer) mendorong optimalisasi aset PTPN dan peran Danantara untuk menarik investasi asing.
Jakarta (Metrobali.com)-
Komisi VI DPR RI menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) bersama Direktur Utama PT Perkebunan Nusantara III (Persero) dan PT Perkebunan Nusantara I pada 19 Maret 2025. Salah satu isu utama yang dibahas adalah optimalisasi aset PTPN yang kini lebih menjadi beban ketimbang keuntungan bagi perusahaan, serta peran Danantara dalam menarik investasi asing ke Indonesia.
Dalam rapat itu, Gde Sumarjaya Linggih atau Demer, Anggota Komisi VI DPR RI dari Fraksi Golkar, menyoroti aset PTPN yang berada di kawasan perkotaan namun tidak lagi produktif sebagai lahan perkebunan. Ia menilai kondisi ini harus segera ditangani agar tidak membebani perusahaan.
“Jangan sampai aset-aset ini justru menjadi liabilitas yang terus membebani keuangan PTPN. Kita harus berani mencari solusi agar aset ini bisa lebih optimal,” tegas Demer.
Politisi senior Golkar ini juga mengingatkan bahwa PTPN harus tetap menjalankan perannya sebagai agen pembangunan, tidak hanya berorientasi pada keuntungan, tetapi juga mempertimbangkan dampak lingkungan. Menurutnya, pertumbuhan ekonomi yang tidak dikelola dengan baik bisa berdampak negatif, seperti bencana banjir akibat tata kota yang buruk.
“Kalau pertumbuhan ekonomi justru menyebabkan banjir dan masalah lingkungan, itu bukan pertumbuhan yang sehat. PTPN harus mencari solusi terbaik agar tidak hanya mengejar keuntungan, tapi juga menjaga keseimbangan lingkungan,” lanjutnya.
Dorongan untuk Investasi Asing dan Peran Strategis Danantara
Selain optimalisasi aset PTPN, Demer juga menyoroti peran Danantara dalam menarik investasi asing. Ia menekankan pentingnya skema inbreng (penyertaan modal dalam bentuk aset) untuk memperkuat Danantara sebagai motor penggerak investasi.
“Kami baru saja rapat dengan dua Wakil Menteri BUMN, Pak Tiko dan Pak Dony, membahas Danantara dan pentingnya inbreng. Ini sangat dibutuhkan agar Danantara lebih berdaya dalam menarik investasi asing,” ungkap Demer.
Menurutnya, saat ini banyak investor asing yang masih bersikap wait and see, padahal Indonesia memiliki pasar yang sangat potensial. Sementara negara lain, seperti Tiongkok, justru mengalami penurunan ekonomi dan populasi.
“Investor asing sebenarnya ingin masuk ke Indonesia karena pasar kita tumbuh, sementara Tiongkok justru mengalami penurunan. Dalam 10 tahun ke depan, populasi mereka bisa turun dari 1,4 miliar menjadi 700 juta. Ini peluang bagi kita,” jelasnya.
Namun, tantangan terbesar adalah stabilitas politik yang belum sepenuhnya diyakini oleh investor asing. Oleh karena itu, menurut Demer, Danantara harus menjadi jaminan stabilitas investasi agar kepercayaan investor meningkat.
“Kenapa mereka ragu? Karena politik kita setiap lima tahun selalu berubah. Makanya, Danantara harus bisa menjadi jaminan bagi investor bahwa investasi di Indonesia tetap aman,” tegasnya.
Pertumbuhan Ekonomi Harus Didukung Inovasi, Bukan Sekadar Pemberantasan Korupsi
Demer optimistis jika strategi ini berjalan dengan baik, pertumbuhan ekonomi Indonesia bisa mencapai 8% pada 2029. Ia menekankan bahwa investasi dan inovasi harus menjadi fokus utama untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, bukan sekadar pemberantasan korupsi.
“Korupsi tentu harus diberantas, tapi kalau hanya fokus di situ tanpa mendorong investasi, ekonomi kita tidak akan maju. Yang dibutuhkan adalah kebijakan yang bisa meningkatkan investasi dan menciptakan lapangan kerja,” ujarnya.
Demer juga meminta masyarakat untuk tidak langsung mengkritik kebijakan baru tanpa memberikan solusi. Ia menegaskan bahwa program Danantara ini akan diawasi ketat, termasuk oleh mantan presiden yang ikut terlibat dalam pengawasannya.
“Jangan buru-buru nyinyir sebelum melihat hasilnya. Program ini harus diberi kesempatan untuk membuktikan efektivitasnya. Kalau ada kritik, sertakan solusi, jangan hanya asal menolak,” pungkasnya.
Menurut Demer, di bawah kepemimpinan Presiden Prabowo, pemberantasan korupsi sudah mulai berjalan, tetapi tetap harus diimbangi dengan kebijakan yang bisa mendorong investasi dan kesejahteraan rakyat.
“Pak Prabowo sudah mulai menyisir kasus korupsi besar. Tapi itu saja tidak cukup, kita juga butuh solusi untuk meningkatkan investasi. Danantara adalah salah satu jawabannya. Dengan strategi yang tepat, ekonomi kita akan tumbuh dan rakyat akan lebih sejahtera,” tutupnya. (dan)