Gubernur Bali, Made Mangku Pastika (5)
Gubernur Bali, Made Mangku Pastika
‎Denpasar, (Metrobali.com) –
Gubernur Bali, Made Mangku Pastika meminta kepada semua pihak untuk tak membandingkan bencana Gunung Agung tahun 1963 dengan apa yang terjadi saat ini. Jatuhnya korban saat letusan tahun 1963 oleh sebab keterbatasan segala hal pada saat itu. Namun kini, segala sesuatunya sudah siap termasuk early detection (deteksi dini) dan early warning (peringatan dini) yang dimiliki pemerintah dalam kesiapsiagaan bencana. Pastika menjamin jika Gunung Agung meletus tak akan jatuh korban jiwa, karena 28 desa terdampak sudah dikosongkan dari aktivitas warga.
‎”Oleh karena itu, jangan bandingkan dengan tahun 1963. Karena tahun itu mobil juga tidak ada, alat komunikasi gak ada, listrik gak ada, jalan masih rusak, pemerintahan juga tidak stabil,” kata Pastika, Kamis 5 Oktober 2017.
Seandainya pun terjadi letusan, maka secara manajemen pengendalian bencana kita sudah lakukan dengan sebaik-baiknya,” paparnya.
Jika pun terjadi letusan hari ini, Pastika menjamin tak akan ada korban jiwa. Sebabnya, ia melanjutkan, warga dari 28 desa terdampak sudah dikosongkan.‎ “Semua sudah mengungsi. Kemudian alat deteksi dini kita sangat canggih. Jadi bisa early detection dan early warning, sehingga tidak ada orang yang tidak mendapat informasi kalau terjadi letusan,” ucapnya.
‎Pastika berharap hal ini akan membuat wisatawan yang akan berlibur ke Bali tak perlu khawatir. Ia mengakui sejumlah wisatawan khawatir dengan bencana Gunung Agung. “Mudah-mudahan dengan penjelasan saya ini tidak jadi cancel turisnya ke Bali. Mudah-mudahan. Ini harus kita jelaskan secara benar, karena mereka tidak mengerti. Dia pikir Bali itu masih orang primitif gitu. Tidak! Bali itu semua pengungsinya saja pakai mobil. Mobilnya lebih bagus dari mobil kalian semua. Ada CRV, ada juga yang pakai Alphard lagi. Ada Fortuner, lengkap ada macam-macam. Ada yang bawa truk 15 unit,” kelakar Pastika.
Letusan Gunung Agung pertama kali terjadi pada ‎19 Februari 1963 01.00 WITA. Saat itu terjadi letusan dan hujan abu. Leleran lava menyertai letusan terjadi sejak 21 Februari 1963. ‎Pada tanggal 17 Maret 1963, terjadi letusan paroksima. Awan letusannya mencapai kurang lebih 5 kilometer. Terjadi gumpalan asap tebal, awan panas mengendap di lereng selatan dan utara di Tukad Daya mencapai kurang lebih 14 kilometer dari puncak gunung.
Endapan abu letusan mencapai Pulau Madura bagian utara. Letusan paroksima terjadi lagi tanggal 16 Mei 1963 dengan ketinggian asap kurang lebih 1.000 meter di atas puncak. Awan panas mengendap di lereng selatan dan utara di Tukad Uah mencapai 12 kilometer dari puncak. Endapan abu letusannya mencapai Pulau Kangean.
Aktivitas erupsi Gunung Agung berlangsung sejak 19 Februari 1963 berakhir pada 27 Januari 1964. Volume produk erupsi 1963-1964: 0,83 km2.‎ Energi kalor yang dilepaskan 2,189.10 (25) Erg.
Korban manusia:
Meninggal karena awan panas 280 orang dan 59 luka-luka.
Meninggal karena piroklastika 163 orang dan 201 orang luka-luka.
Meninggal karena lahar 165 orang dan 36 luka-luka.
‎(catatan: untuk energi kalor yang dilepaskan angka 25 di dalam tanda kurung mestinya kecil di atas angka 10, semacam kuadrat atau kubik) JAK-MB