Foto : Pemerhati kebijakan publik yang juga praktisi hukum Togar Situmorang‎, S.H., M.H., M.AP‎., yakin GWK jadi ikon baru pariwisata dan meningkatkan perekonomian Bali.

Denpasar (Metrobali.com)-

Setelah 28 tahun tertunda, akhirnya patung Garuda Wisnu Kencana (GWK) berhasil diwujudkan. Kehadiran GWK ini diyakini akan menjadi ikon baru pariwisata Bali dan mendatangkan semakin banyak wisatawan ke Pulau Dewata.

“GWK saat ini merupakan ikon baru bagi Bali bukan hanya alam dan budaya tapi juga patung hasil karya anak bangsa yang modern dan bisa juga membantu dalam meningkatkan perekonomian di Bali,” kata pemerhati kebijakan publik yang juga praktisi hukum Togar Situmorang‎, S.H,M.H,MAP‎ kepada awak media, Senin (6/8/2018).

Togar juga mengaku sangat bangga atas terselesaikannya pembangunan Garuda Wisnu Kencana ( GWK ) Bali setelah berproses lebih dari 28 tahun dengan berbagai polemiknya.  Seperti diketahui wujud rasa syukur atas selesainya pembangunan patung GWK yang baru rampung setel 28 tahun itu, Sabtu malam (4/8/2018) digelar perhelatan bertajuk “Swadharma Ning Pertiwi” di GWK Cultural Park, Jimbaran, Badung. GWK tidak hanya menjadi suatu karya seni dan diproses secara kesenian, tapi juga menjadi suatu terobosan ilmu dan teknologi.

Dunia pengisahan tradisi dan kandungan kosmologinya, menjadi berada di zaman sekarang dengan sebenar-benarnya, dengan menumbuhkan dirinya lewat perkembangan terkini dan mewujudkan inti gagasan dan semangat ke tingkatan berikutnya.

Togar yang dikenal sebagaiadvokat tersohor di Bali itu juga mengungkapkan makna patung Wisnu yang dalam kepercayaan Hindu melambangkan kekuatan utama pemelihara alam semesta dijadikan figur perwujudan modern kebudayaan dan tradisi kuno. Sementara garuda, burung raksasa lambang kebebasan dan pengabdian tanpa pamrih.

“Makna dari Patung Garuda Wisnu Kencana didedikasikan sebagai simbol dari misi penyelamatan lingkungan dan dunia,” ungkap Togar yang juga dikenal mantan “panglima hukum” pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Bali dalam Pilgub 2018, Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra dan I Ketut Sudikerta (Mantra-Kerta) itu.

Lebih jauh advokat ramah dan murah senyum itu menjelaskan jika patung GWK itu sekaligus diproyeksikan untuk mengikat tata ruang dengan jarak pandang hingga 20 km sehingga dapat dilihat dari Pantai Kuta, Sanur, Nusa Dua, hingga Tanah Lot, dengan tinggi 121 M dan dengan total berat 300 ton.

“Kemegahan patung GWK akan diperkuat oleh fasilitas pendukung yang berada di sekitarnya. Salah satunya adalah Lotus Pond, satu ruang alami yang dikelilingi pilar-pilar batu cadas yang mampu menampung pengunjung hingga 7.500 orang,” jelas advokat yang juga dikenal berani itu.

Togar yang sangat mencintai Bali itu menerangkan Lotus Pond sangat ideal dijadikan tempat pertunjukan berskala besar, seperti musik kolosal atau upacara tradisional serta gala dinner. Selain itu, terdapat juga Amphitheatre, ruang pertunjukan terbuka dengan delapan ratus tempat duduk. Pendek kata, jika terlaksana, Taman Budaya GWK akan menjadi megaproyek pertama di bidang budaya dan pariwisata di Indonesia.

“Tentu saja, megaproyek yang menjadi gambaran mimpi dan ambisi pemerintah kala itu, akan menjadi sumber kebanggaan seluruh bangsa terutama masyarakat Bali,” tegas Togar.

Sebelumnya, Seniman Nyoman Nuarta yang menjadi penggagas GWK sejak 28 tahun lalu mengatakan patung GWK ini merupakan persembahan untuk bangsa Indonesia. Pagelaran “Swadharma Ning Pertiwi” melibatkan berbagai seniman yang membawakan repertoar tentang keindonesiaan yang beragam dan dipersatukan dengan motto Bhinneka Tunggal Ika sehingga berhasil melampaui berbagai peristiwa sejarah.

Puncaknya dilakukan penyerahan penghargaan kepada 120 seniman yang selama ini bekerja keras menyusun patung GWK. “Saya yakin GWK akan mampu mendongkrak sektor pariwisata Bali. Wisatawan mancanegara akan meningkat ke Bali dengan kehadiran GWK ini,” tegas Nuarta optimis.

Sementara, Deputi Bidang Pengembangan Pemasaran Pariwisata Mancanegara Kementerian Pariwisata I Gde Pitana mengatakan setidaknya ada tiga keuntungan dengan selesainya patung GWK. Manfaat pertama adalah adanya destinasi wisata baru. Sebagai wahana rejunevasi pariwisata Bali.

“Tidak hanya budaya dan alam tapi Bali juga menampilkan karya manusia modern. Manfaat kedua adalah GWK bisa menjadi icon baru bagi Bali bahkan Indonesia. Dan yang ketiga, GWK bisa menjadi pusat pertumbuhan ekonomi baru,” jelas Pitana.

Pewarta : Widana Daud

Editor    : Whraspati Radha