Denpasar, (Metrobali.com)

Hal ini angat ironis. Di tengan rencana pembangunan empat Mega Proyek : Parkir bertingkat di Besakih (Karangasem), Pusat Kebudayaan Bali (Klungkung), Tower Suryapada di Buleleng dan Tol Jagat Kerthi Bali, kini Bali terhempas dari deretan Propinsi terkaya di Indonesia.

Bali begitu terpuruk selama 2.5 tahun terakhir akibat pandemi. Tidak ada paket kebijakan penyelamatan ekonomi Bali untuk menekan kemerosotan ekonomi dan tidak melakukan kompensasi terhadap kemerosotan industri pariwisata dan agenda penyelamatan pengusaha dari risiko kebangkrutan.

Ironinya, dana negara yang terbatas ” dihambur-hamburkan” untuk proyek yang sulit dapat dipertanggung-jawabkan dari kelayakan ekonomi keuangan dan kepentingan budaya dan penyelamatan lingkungan. Misalnya: proyek pembangunan parkir bertingkat di Besakih, PKB di Desa Gunaksa Klungkung dan rencana proyek jalan tol Gilimanuk – Mengwi, serta rencana pembangunan Tower Suryapada di daerah Buleleng.

Dengan dibangunnya mega proyek Pusat Kebudayaan Bali, maka APBD Bali akan mengalami tekanan selama 6 tahun, dari 2024 – 2029, karena harus mencicil hutang per tahun Rp.393 M dari biaya proyek PKB. Belum terhitung bunga Bank untuk melunasi hutang PEN Rp 1.5 T dan hutang BPD Bali Rp.854, 3 M.

Di dalam rancang proyek tersebut ada beban fiscal cukup berat tahun 2024 – 2029, di tengah ketidakpastian ekonomi di tahun-tahun ke depan.

“Oppotunity cost” proyek-proyek di atas mahal. Karena kalau dana tersebut dipergunakan untuk program penciptaan kesempatan kerja produktif terutama di daerah perdesaan, pengembangan berkelanjutan UMKM dan trobosan di sektor pertanian, serta kemanfaatan peningkatan kesejahteraan rakyat maka ekonomi Bali akan terselamatkan.

Penulis : Jro Gde Sudibya, pengamat ekonomi dan kebudayaan dan pengamat kecendrungan masa depan (trend watcher)