MetroBali

Selangkah Lebih Awal

Investor Cemas Pasokan Kosong, Harga Minyak Kembali Naik

Ilustrasi: Tempat penampungan minyak di Tanjung Sekong, Banten (ANTARA FOTO/Rosa Panggabean)
New York (Metrobali.com)-

Harga minyak sedikit lebih tinggi pada akhir perdagangan Kamis (Jumat pagi WIB), didorong oleh prospek kekosongan pasokan global setelah sanksi-sanksi AS terhadap eksportir minyak mentah utama Iran mulai berlaku dalam lima minggu lagi.

Presiden AS Donald Trump minggu ini mendesak Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) meningkatkan produksi mereka guna mencegah kenaikan harga lebih lanjut, menjelang pemilihan umum paruh waktu pada November untuk anggota-anggota Kongres AS.

“Pasar terus bergerak lebih tinggi di tengah kekhawatiran bahwa hilangnya ekspor Iran tidak akan dibuat-buat,” kata Gene McGillian, direktur riset pasar di Tradition Energy, di Stamford Connecticut, seperti yang dikutip dari Reuters.

Para analis mengatakan bahwa OPEC dan Rusia tampaknya tidak akan segera meningkatkan produksi mereka seperti yang diminta Trump. Menteri Energi AS Rick Perry telah mengesampingkan penggunaan cadangan minyak mentah strategis AS untuk menurunkan harga minyak.

Namun para pelaku pasar khawatir Trump akan beralih untuk menjual minyak dari cadangan minyak strategisnya untuk membatasi kenaikan harga minyak, yang ia gambarkan sebagai negatif bagi perekonomian.

Kontrak berjangka minyak mentah Brent paling aktif untuk penyerahan Desember ditutup naik 0,59 dolar AS ke level 81,38 dolar AS per barel, di bawah level tertinggi sesi 81,90 dolar AS tetapi masih dalam kisaran tertinggi empat tahun pada Selasa (25/9) sebesar 82,55 dolar AS.

Minyak mentah Brent untuk pengiriman November bertambah 0,38 dolar AS menjadi menetap di 81,72 dolar AS per barel di London ICE Futures Exchange. Kontrak berjangka November akan berakhir pada perdagangan Jumat (28/9) waktu setempat.

Sementara itu, minyak mentah AS, West Texas Intermediate (WTI) untuk pengiriman November naik 0,55 dolar AS menjadi menetap di 72,12 dolar AS per barel di New York Mercantile Exchange.

“Di atas kertas, Anda dapat berdebat bahwa sudut pandang teknis dan fundamental menunjukkan harga yang lebih tinggi, jadi saya pikir itu akan berlanjut hingga minggu depan dan seterusnya,” kata manajer senior Saxo Bank, Ole Hansen.

Namun Hansen mengatakan dia “kesulitan untuk melihat” harga mencapai 100 dolar AS per barel.

“Sudah di 80 dolar AS, kita sekarang melihat harga minyak lokal emerging-market cukup dekat dengan dimana kita mencapai tertinggi beberapa tahun yang lalu … perlombaan untuk melindungi konsumen dari kenaikan harga lebih jauh dari sini dapat berpotensi berdampak pada pertumbuhan permintaan lebih cepat daripada yang telsh diperkirakan,” kata Hansen.

Tetapi bank Jepang, Mitsubishi UFJ Financial Group, mengatakan dalam sebuah catatan kepada klien bahwa risiko-risiko pasar “sangat condong ke sisi kenaikan dan sementara kita tidak secara eksplisit meramalkan Brent naik ke 100 dolar AS per barel, kita melihat risiko-risiko material ini mulai membuahkan hasil.”

Estimasi sangat bervariasi tentang berapa banyak sanksi-sanksi AS dapat menghapus minyak mentah Iran dari pasar, dari 500.000 barel per hari (bph) hingga dua juta barel per hari.

Di tertinggi 2018 pada Mei, Iran mengekspor 2,71 juta barel per hari, hampir tiga persen dari konsumsi minyak mentah global harian.

Arab Saudi diam-diam akan menambahkan minyak ekstra ke pasar dalam beberapa bulan mendatang untuk mengimbangi penurunan produksi Iran, tetapi ia khawatir mungkin perlu membatasi produksi tahun depan karena AS akan memproduksi lebih banyak minyak mentah.

OPEC memiliki sedikit kapasitas cadangan. Iran adalah produsen terbesar ketiga kelompok tersebut.

Sumber : Antaranews.com