panusunan siregar 1

Denpasar (Metrobali.com)-

Bali mengalami inflasi perdesaan sebesar 0,49 persen selama Agustus 2014, atau persentasenya jauh lebih tinggi daripada rata-rata tingkat nasional yang tercatat 0,37 persen.

“Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran pengamatan, 29 provinsi di antaranya mengalami inflasi dan empat provinsi deflasi perdesaan,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali Panusunan Siregar di Denpasar, Selasa (2/9).

Ia mengatakan bahwa Bali berada pada urutan ke-13 dari 29 provinsi di Indonesia yang mengalami inflasi perdesaan. Kondisinya makin baik jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi tertinggi di Indonesia, yakni 1,05 persen.

Sekarang ini, kata dia, inflasi perdesaan tertinggi terjadi di Sumatera Barat, yakni 1 persen dan inflasi perdesaan terendah di Maluku Utara dan DKI Jakarta masing-masing sebesar 0,07 persen.

Deflasi perdesaan tertinggi terjadi di Sulawesi Utara sebesar 0,48 persen dan terendah di Kalimantan Selatan sebesar 0,03 persen.

Panusunan Siregar menambahkan bahwa kondisi inflasi perdesaan di Bali yang lebih tinggi daripada rata-rata nasional itu menunjukkan nilai tukar petani (NTP) di Pulau Dewata sebesar 105,21 persen pada bulan Agustus 2014, atau naik sebesar 0,70 persen jika dibanding NTP bulan sebelumnya sebesar 105,14 persen.

Kondisi NTP Bali itu lebih tinggi daripada rata-rata NTP tingkat nasional pada bulan yang sama tercatat 102,06 persen. “Itu artinya tingkat kesejahteraan petani di Pulau Dewata masih lebih baik jika dibandingkan rata-rata secara nasional,” katanya.

Subsektor utama yang mendorong naiknya NTP Bali adalah subsektor hortikultura yang mengalami kenaikan sebesar 1,09 persen. Berbagai komoditas pertanian yang dihasilkan petani dikelompok ke dalam lima subsektor, yakni tamanan pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan, dan perikanan.

“NTP diperoleh dari perbandingan indeks yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani semakin tinggi NTP. Namun, makin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani,” kata Panasunan Siregar. AN-MB