panusunan siregar

Denpasar (Metrobali.com)-

Bali mengalami inflasi pedesaan sebesar 0,36 persen pada Juni 2014, jauh lebih rendah dibanding rata-rata tingkat nasional yang mencapai 0,74 persen.

“Dari 33 provinsi di Indonesia yang menjadi sasaran pengamatan, seluruhnya mengalami inflasi pedesaan,” kata Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Provinsi Bali, Panusunan Siregar di Denpasar, Jumat (4/7).

Ia mengatakan, Bali menempati urutan ke-25 dari 33 provinsi di Indonesia yang mengalami inflasi prdesaan, kondisinya semakin baik jika dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang mengalami inflasi tertinggi di Indonesia yakni 1,05 persen.

Sementara sekarang inflasi pedesaan tertinggi terjadi di Kalimantan Tengah sebesar 1,33 persen dan terendah di Sumatera Utara yang hanya 0,02 persen.

Panusunan Siregar menambahkan, kondisi inflasi perdesaan di Bali yang jauh lebih rendah dari rata-rata nasional itu menunjukkan posisi daya tukar petani di Pulau Dewata sebesar 104,56 persen pada Juni 2014, meningkat 0,14 persen dari bulan sebelumnya yang tercatat 104,55 persen.

Kondisi itu menunjukkan posisi daya tukar petani Bali lebih tinggi dari rata-rata NTP nasional yang tercatat 101,98 persen pada bulan yang sama. Itu artinya tingkat kesejahteraan petani Bali masih lebih baik dibanding rata-rata secara nasional.

Ia juga menjelaskan, subsektor utama yang mendorong naiknya NTP Bali adalah subsektor tanaman perkebunan rakyat yang mengalami kenaikan sebesar 1,23 persen.

Berbagai komoditas pertanian yang dihasilkan petani dikelompok ke dalam lima subsektor, yakni tamanan pangan, hortikultura, tanaman perkebunan rakyat, peternakan dan perikanan.

NTP diperoleh dari perbandingan indeks yang diterima petani terhadap indeks harga yang dibayar petani semakin tinggi NTP, namun semakin kuat pula tingkat kemampuan daya beli petani.

NTP juga menunjukkan daya tukar dari produk pertanian terhadap barang dan jasa yang diperlukan petani untuk konsumsi rumah tangga.

Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga pedesaan pada Juni 2014, NTP Bali mengalami kenaikan 0,14 persen dibandingkan dengan bulan sebelumnya.

Kenaikan NTP disebabkan oleh naiknya nilai indeks yang yang diterima petani sebesar 0,45 persen lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks yang dibayar petani sebesar 0,31 persen, ujar Panusunan Siregar. AN-MB