seni-patung1

Pahat itu dipukul secara perlahan dengan palu di tangan kanan, mengikuti inspirasi dalam menciptakan karya seni, menggunakan kayu sebagai bahan bakunya.

Sosok wanita mengenakan baju training yang biasa digunakan untuk olahraga itu duduk di lantai, matanya secara teliti mengikuti jari-jari tangan yang memegang pahat untuk membuang serpihan kayu yang tidak dibutuhkan lagi.

Mengukir menggunakan kayu sebagai bahannya digeluti para wanita berbaur dengan pria, baik remaja putri maupun ibu rumah tangga di Banjar Mas, dekat perkampungan seniman Ubud, Kabupaten Gianyar, daerah “gudang seni” di Bali, sekitar 15 km timur laut Denpasar.

Padahal pekerjaan itu umumnya digeluti kaum pria, sehingga keterlibatan para wanita untuk menggeluti aktivitas mengukir sedikit agak janggal. “Awalnya agak risih, namun sekarang terbiasa, bahkan sebagian ibu-ibu rumah tangga selesai memasak nasi menggeluti kegiatan mengukir, termasuk dalam proses pengalusan hingga siap dipasarkan ” tutur Ni Nyoman Ningsih seorang pengukir patung.

Sepanjang jalan Desa Mas menuju perkampungan seniman Ubud itu berjejer bengkel kerja para seniman dan perajin, baik di pinggir jalan maupun dalam lingkungan rumah tangga untuk menghasilkan berbagai jenis cindera mata berbahan baku kayu untuk kepentingan ekspor, serta sebagai kenang-kenangan wisatawan pulang ke negaranya.

Sebagian besar masyarakat setempat menggeluti aktivitas industri kecil dan kerajinan rumah tangga, mulai dari anak-anak di luar kegiatan mengikuti proses belajar mengajar, remaja hingga orang tua, baik wanita maupun pria.

Bahkan satu keluarga membentuk satu kelompok kerja yang terdiri atas suami-istri dan semua putra-putrinya. Namun ada pula yang membentuk kelompok kerja terdiri atas beberapa keluarga dengan satu orang koordinator.

Made Sumarta (35) seniman lainnya mengaku, mewarisi keahlian mengukir dari orang tuanya, mengkoordinasikan warga sekitarnya yang bisa mengukir dan mau diajak bekerja sama dalam satu kelompok kerja.

Industri kecil dan kerajinan rumah tangga juga berkembang di daerah pelosok pedesaan lainnya di Bali, sehingga mampu menopang perolehan ekspor non migas Bali, Kepala Biro Humas Pemerintah Provinsi Bali I Ketut Teneng.

Industri kecil dan kerajinan rumah tangga mampu menopang sekitar 80 persen dari total ekspor non migas Bali setiap tahunnya. Kegiatan yang mampu menyerap ratusan ribu tenaga kerja itu menjadi prioritas pembangunan Bali, disamping sektor pertanian dan pariwisata.

Ketiga sektor prioritas itu saling terkait satu sama lainnya, dengan harapan mampu meningkatkan pendapatan dan taraf hidup masyarakat Bali.

Patung menonjol Ketut Teneng menjelaskan Bali mampu meraup devisa sebesar 486,06 juta dolar AS selama 2013, naik tipis hanya 0,88 persen dibanding tahun sebelumnya yang hanya 481,83 juta dolar AS.

Sementara triwulan I-2014 menghasilkan sebesar 132,96 juta dolar AS, meningkat 8,35 persen dibanding triwulan yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 122,71 juta dolar AS.

Perolehan devisa tersebut ditopang oleh hasil industri kecil dan kerajinan rumah tangga karena mampu memberikan andil sebesar 80 peren dari total perolehan devisa tersebut.

sektor industri kecil yang ditekuni perajin dan pekerja tingkat rumah tangga di Pulau Dewata mampu menghasilkan devisa sebesar 49,98 juta dolar AS selama tiga bulan pertama 2014, meningkat 9,92 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 45,47 juta dolar AS.

Sedangkan usaha kerajinan juga tingkat skala rumah tangga yang melibatkan masyarakat pelosok pedesaan menghasilkan 55,96 juta dolar AS, meningkat 11,87 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya yang tercatat 40,76 juta dolar AS.

Patung dan aneka jenis cindera mata lainnya hasil kerajinan dari bahan baku kayu sentuhan tangan-tangan terampil seniman dan perajin Bali mampu bersaing di pasaran ekspor.

Sentuhan unsur seni dan berbagai jenis rancang bangun mampu menarik perhatian konsumen mancanegara, sehingga jenis matadagangan bernilai ekonomis tinggi itu banyak dipesan mitra usaha di Bali.

Cindera mata dari bahan baku kayu itu mampu meraup devisa sebesar 18,92 juta dolar AS pada triwulan I-2014 atas pengapalan 20,92 juta unit, hanya salah satu dari 17 jenis cindera mata hasil kerajinan industri kecil di Bali.

Sementara matadagangan berupa tas dan aneka jenis perhiasan dari bahan logam, perak, emas dan kerang dirancangkan dalam berbagai disain yang unik dan menarik mampu mampu menarik perhatian konsumen mancanegara.

Dibeli di Singapura Wayan Subandi (53), seorang pengusaha aneka kerajinan perak di Sukawati, Kabupaten Gianyar menuturkan, wisatawan mancanegara yang melakukan perjalanan wisata yang ingin mengoleksi perhiasan buatan perajin Bali bisa mendapatkan di Singapura maupun Hong Hong sebagai kota dagang internasional.

Pengusaha dari kedua negara itu paling gencar memesan barang perhiasan berupa gelang, giwang, kalung dan bros yang bercirikan khas Bali.

Importir asal Singapura dan Hong Kong paling banyak membeli aneka barang perhiasan berbahan baku perak dan emas buatan perajin Bali, untuk dijual kembali kepada wisatawan mancanegara yang singgah ke negeri itu.

Konsumen luar negeri tertarik membeli aneka perhiasan perak. Mereka yang belum sempat ke Bali bisa membelinya di Singapura maupun Hong Kong, karena perajin Bali cukup kreatif mengembangkan rancang bangun (desain) sesuai perkembangan zaman yang dipadukan dengan muatan lokal sehingga kelihatan unik dan antik.

Importir asal Singapura dan Hong Kong di awal 2014 tercatat paling banyak membeli perhiasan buatan perajin Pulau Dewata, dan mereka banyak memboyong aneka seni perhiasan yang dipesan untuk memenuhi konsumen setempat.

Badan Pusat Statistik (BPS) Bali mencatat, nilai ekspor perhiasan dan permata Bali selama Maret 2014 mencapai 6,1 juta dolar AS bertambah hingga 26 persen jika dibandingkan periode bulan sebelumnya hanya seharga 4,8 juta dolar.

Konsumen Singapura tercatat paling tinggi membeli perhiasan dari daerah ini mencapai sekitar 27 persen selama Maret 2014, menyusul dari Hong Kong yang sekitar 16 persen sedangkan sisanya dari Amerika Serikat, Belanda dan Eropa lainnya.

Pasar perhiasan perak di Singapura maupun Hong Kong kini semakin berkembang dan mampu menguasai pasar di negeri itu , tutur Pengusaha di pusat kerajinan perak asal Desa Celuk, Wayan Wija saat berada di bengkel kerjanya.

Aneka barang kerajinan buatan tangan-tangan terampil asal Bali berupa kuda laut, ikan arwana dibuat dari bahan baku kerang, kemudian dihiasi dengan ukiran perak cukup disenangi konsumen mancanegara.

Demikian pula ular besar atau naga yang dibuat dari bahan baku kerang dan diisi ukiran dari bahan baku perak juga laris ke pasaran ekspor, kata dia sambil menunjukkan berbagai jenis kerajinan kerang yang diisikan perak, dan kelihatan antik. AN-MB