Badung (Metrobali.com)

 

Pemerintah Indonesia semakin gencar mempromosikan pengembangan hilir industri rumput laut, sebuah sektor yang memiliki potensi besar untuk produk turunan seperti biostimulan, pupuk organik, item pangan, bioplastik, dan bahkan biofuel dalam jangka panjang.

Untuk mempercepat pengembangan ini, Kementerian Koordinator Bidang Kemaritiman dan Investasi (Kemenko Marves) bekerja sama dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, BRIN, Kementerian PPN/Bappenas, serta kementerian dan lembaga terkait lainnya. Mereka juga menggandeng mitra pembangunan nasional dan global dalam menyelenggarakan “Seminar on Accelerating the Upstream-Downstream Integration of the Seaweed Industry and the Launching of the International Tropical Seaweed Research Center (ITSRC)” yang diadakan secara daring dan luring pada Rabu, 22 Mei 2024.

Menko Luhut Binsar Pandjaitan, dalam sambutannya, menyatakan bahwa rumput laut adalah sumber daya terbarukan yang sangat menjanjikan bagi masyarakat, kemakmuran, dan planet kita. Namun, untuk membuka potensi penuh dari rumput laut tropis, diperlukan pendekatan dan strategi baru yang dilakukan bersama-sama.

“Rumput laut adalah sumber daya terbarukan yang sangat menjanjikan bagi Masyarakat, bagi kemakmuran dan planet kita. Namun untuk membuka potensi rumput laut tropis, diperlukan pendekatan dan strategi baru, yang harus kita lakukan bersama-sama,” ujar Menko Luhut.

Indonesia, dengan iklim tropis dan sinar matahari sepanjang tahun, memiliki kualitas rumput laut terbaik yang sering disebut sebagai “Emas Hijau” karena potensi berkelanjutannya. Namun, industri rumput laut Indonesia masih menghadapi berbagai tantangan.

Sebagian besar rumput laut diekspor dalam bentuk bahan mentah atau dijadikan karagenan dan agar-agar. Skala kecil dan produktivitas budidaya yang rendah disebabkan oleh kurangnya penggunaan mekanisasi dan teknologi, serta tantangan perubahan iklim dan penyakit.

Menko Luhut menekankan bahwa riset dan teknologi adalah kunci untuk mengatasi tantangan ini. Indonesia memiliki banyak institusi yang melakukan penelitian terhadap rumput laut, seperti KKP, BRIN, perguruan tinggi, asosiasi, dan industri.

Kolaborasi antara pemangku kepentingan nasional dan global perlu diperkuat. Seminar ini membahas berbagai topik terkait rumput laut, termasuk pendekatan inovatif untuk memerangi perubahan iklim, peluang komersial, tren pasar, wawasan industri, peluang pembiayaan, dan tren baru dalam inovasi berbasis teknologi.

Menko Luhut berharap bahwa Indonesia dapat menjadi pemimpin global dalam industri rumput laut dan inovasinya di masa depan.

Peluncuran International Center for Tropical Seaweeds (ICTS) dilanjutkan dengan seminar yang mengusung tiga tema besar: Pendekatan Inovatif untuk Mengatasi Perubahan Iklim dan Peluang Komersial dalam Keanekaragaman Hayati Rumput Laut di Indonesia; Wawasan Industri, Tren Pasar, dan Peluang Pendanaan Masa Depan untuk Industri Rumput Laut di Indonesia; dan Tren Riset dan Teknologi yang Mendorong Inovasi dalam Industri Rumput Laut.(Tri Widiyanti)